08:00 wib
Aku mengerjabkan mataku saat sinar matahari mulai menelusup masuk ke dalam mengenai mataku. 'Jam berapa ini?' aku memilik jam dinding untuk memastikan jam berapa. Bertapa terkejutnya saat melihat jam 8. Astaga aku telat. Aku merogoh saku ku untuk mengambil hp. Ada 10 pesan masuk, dari Dika Diki dan Windy. Kubuka satu persatu
Dika : Lian lo dimana? Tante Lidia bilang lo nginep dirumah temen lo? Siapa? (1)
Diki: woy udah hampir jam 7 nyet!! Lo dimana (2)
Diki: nyet gurunya udah masuk, lo dimana bego!! (3)
Dika: woy jam pertama udah dimulai, lo dimana? Buruan masuk!! (4)
Windy: Li lo dimana? Kata kembar kunyuk lo mau brangkat (5)
Windy: Li gue terpaksa bilang lo sakit sama bu Ifa. (6)
Dika: Li gue terpaksa bilang lo sakit sama bu Ifa. (7)
Diki: Li gue terpaksa bilang lo sakit sama bu Ifa. (8)
Dika: sebenarnya lo dimana sih? Lo fine2 aja kan? (9)
Diki: tadi pagi gue temu Lio berduaan sama Aika. (10)Tanganku mulai mengetik pesan untuk membalas pesan mereka agar tidak khawatir. Tapi untuk mengenai Lio aku tidak memperdulikannya. Pandanganku kembali beralih ke Liam. Dia masih saja menutup matanya, kuambil kompresnya dan tanganku memegang dahinya, syukurlah demamnya sudah turun. Aku bangkit dan berjalan ke lemari milik Liam. Aku memutuskan untuk mandi. Kuambil kemeja putih panjang dan membawanya kemar mandi.
Tak butuh lama 15 menit kemudian aku sudah selesai mandi, aku keluar kamar mandi dan berjalan kedapur untuk mencari makanan. Aku lapar, perutku belum disini dari kemarin sore.
Tapi sayangnya tidak ada makan dikulkas hanya ada sayuran dan daging ayam yang masih mentah juga beras dilemari atas. Baiklah kuputuskan untuk memasak ayam kecap dan sup makaroni.
Pertama kuambil apron untuk melindungi bajuku agar tidak kotor. Lalu ku ambil Sayuran dan daging ayam beserta bumbu-bumbu yang kubutuhkan. Tangaku mulai merajang bumbu halus untuk ayam kecap, tak lupa aku sudah merebus air juga memanaskan taflon.
Tubuhku terlonjak kaget saat sepasang tangan memelukku erat dari belakang.
"Apa gue mimpi ada malaikat cantik masak di dapur gue?" gumam Liam lirih.
"Liam... Gue lagi masak!!" aku mendengus kesal.
"Terus??" tanya Liam lagi.
"Gimana gue mau lanjutin masaknya kalo lo meluk gue mulu, gue jadi susah geraknya!!"
"Tapi gue gak mau lepasin," ucap Liam manja."Liam.. Ntar masakan gue gosong!! Mending lo duduk manis nunggu malaikat lo selesai masak." aku memutarkan mataku jengah.
"Ide Bagus." Liam beranjak ke meja makan, seperti ucapanku tadi. Dia duduk manis seperti anak tk sedang belajar.
Tak butuh lama, setengah jam kemudian masakanku selesai. Aku menyajikannya didepan meja makan. Tanpa babibu Liam langsung menyambarnya seperti orang tidak pernah lihat makanan. Tapi anehnya dia hanya mengambil nasi dan lauk sedikit. Dengan kesal aku menambahkannya nasi juga lauknya.
"Gimana sembuh kalo makanya cuma dikit. Buruan makannya abis itu minum obat." aku menyodorkan obat yang tadi kudapatkan dari kotak p3k.
Ia mengerucutkan bibirnya, "baiklah sayang."
"Liam stop panggil gue sayang. Kita udah putus." ucapku mengingatkan.
"Gak gue kan udah berkali-kali bilang kalo lo cuma milik gue. Jadi jangan bilang lagi kalo lo mau minta putus Dan anggap aja lo gak pernah minta putus. Karena sampe kapanpun jawabanya masih sama gue gak akan terima." ucap Liam tegas.
"Tapi--"
"Sayang, percaya atau gak gue rasa malam itu kita emang menyatu. Lo tau kan maksud gue?" ucap Liam santai sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Blue
Teen FictionRintih air membasahi, Beribu nafas.. beribu jiwa.. Rintik air menggenangi, Seluruh ruas yang ada.. Mengalir.. tuk sucikan kesalahan.. Turun dengan damai.. Dihentak gemuruh badai, Mengalunkan ketenangan.. Menggoyahkan kedamaian, Ada sunyi.. tatkal...