Liana provDering ponsel mengagetkanku.
Liam: apa maksudmu?
Liana: kau bilang malam itu tidak terjadi apa-apa bukan? Jadi kufikir hubungan ini kita selesaikan sampai sekarang saja! Aku punya kehidupan ku sendiri, begitu pula kau! Jadi lebih baik kita sudahi hubungan ini.Aku menimbang-nimbang pesan yang baru kutulis, lalu kutekan tombol kirim. Baiklah ini yang terbaik. Setelah ku survey dari internet jika dua orang melakukan hubungan intim, sang wanita pasti akan merasakan rasa sakit didaerah kewanitaannya dan aku tidak. Begitu pula dengan dengan ranjang. Jika dua orang melakukan hubungan intim apa lagi yang pertama kali pasti akan meninggalkan bekas seperti noda merah atau mirip dengan darah. Dan aku yakin 100% tidak ada noda atau darah itu diranjang ku tidur. Lagi pula Liam mengatakan dia tidak melakukan apa-apa bukan?
Drrtt drrrt..
Liam: aku bilang MUNGKIN.
Lian: aku yakin tidak terjadi apa-apa. Aku percaya padamu, kau orang baik bukan? Kau tidak akan melakukan hal seperti itu. Hmm akan ku kabari jika terjadi sesuatu.
Liam: apa ada yang lain?
Lian: apa maksudmu?Aku mengerutkan dahi ku tak mengerti.
Drrttt drtttt
Liam: pacar maksudku.
Aku diam dan menatap Lio yang tak jauh dari tempatku sekarang. Apa dia masih marah dan menjauhiku? Aku mendesah pelan. Tentu saja bukan?Lian: tidak ada, tapi aku tidak ingin membuat seseorang marah.
Liam: siapa? Apa dia spesial?Spesial? Apa orang yang suka membuatmu dongkol, marah, jengkel, romatis, dan tersenyum itu spesial?
Lian: ya, dia sangat spesial. Sudah dulu ya gue ada urusan sebentar.
Liam: iya.Aku mendengus lega.
"Benar kata orang berbohong itu terkadang ada baiknya juga.""Lo bohong sama siapa?"
"Kepo."
Aku masih menatap Lio yang sedang berbicara dengan teman satu ganknya di tempat parkir. Ia masih sibuk melepaskan helmnya. Kenapa kau terus saja terlihat sempurna? Apa aku mencintaimu? Ya aku selalu mencintaimu bukan?
"Lian? Lo liatin apa?"
Pandanganku beralih pada Dika. "Ah enggak, yuk kekelas aja yux."
"Oke deh."
Lagi-lagi suasana berubah jadi hening. Fikiranku masih saja berterbangan memikirkan nama Lio! Aku bisa gila lama-lama.
"Aduh." dahiku yang Malang kenapa bisa dahiku berciuman dengan pintu kelasku sih! Argh bodoh!!
"Hahahaha makanya kalo jalan liat-liat jangan mikirin Lio mulu!"
"Haha lucu? tertawa aja sepuas lo! Dan jangan sebut-sebut nama Lio didepan gue!"
"Hahaha lagian suruh siapa lo bengong sambil jalan! Kan kasian pintunya!"
Kuletakan tasku dengan kasar aku mengerucutkan bibirku. Sakit!!!
"Hay jangan manyun mulu! Jelek tau!" ucap Diki.
"Bodo!"
"Jelek tau kalo manyun mulu! Bibir lo aja bisa gue iket pake iket rambut mama gue!"
"Diki!!! " kupukuli tangannya tanpa ampun.
"Iya-iya ampun deh ampun."
"Udah deh kebiasaan banget kalo berantem gak bisa berhenti-berhenti. Kita kekantin aja yux. Laperr!!"
"Cemon!!!"
"Gue gak ikut!" ucapku tegas.
"Lo ikut apa gue gendong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Blue
Teen FictionRintih air membasahi, Beribu nafas.. beribu jiwa.. Rintik air menggenangi, Seluruh ruas yang ada.. Mengalir.. tuk sucikan kesalahan.. Turun dengan damai.. Dihentak gemuruh badai, Mengalunkan ketenangan.. Menggoyahkan kedamaian, Ada sunyi.. tatkal...