In The Name Of Love

23.2K 787 5
                                    

Carlo membantuku duduk di kursi roda. Ternyata lukaku sembuh dengan baik. Sehingga hari ini Aku bisa menggunakan kursi roda. Carlo meminta izin meninggalkanku sejenak untuk berolah raga di halaman belakang.

Karena melihatku bosan Suster mengajakku agar berkeliling lingkungan sekitar. Aku berjalan-jalan mengitari perumahan tempat tinggal Carlo. Hanya ada beberapa rumah besar di satu komplek ini. Udara pagi disini cukup segar. Dengan di dorong Suster aku menikmati sekali jalan-jalan santai ini. Suster kali ini berbeda dengan suster saat Cassie datang kemarin. Kali ini tubuhnya lebih tinggi dan lebih bugar.

“Emily?????”

Seseorang memanggilku dari belakang. Laki-laki. Itu bukan suara Carlo.

Itu Zedd!!!

Aku berpaling dan melihat Zedd meninggalkan mobilnya dan berlari kearahku. Ia mengenakan pakaian kerja, mengapa dia ada di sini? Wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Ia berlutut di depan kursi roda ku. Melihat wajah dan bibir ku tanpa olesan makeup dan lipstik ,masih pucat dan di dorong dengan kursi roda.

Ia terdiam, sambil membuka selimut yang menutupi pahaku dia kembali terkejut melihat perban terbalut di kakiku. Ya zedd. Kakiku baru saja di operasi.

Ia mengelus tanganku tanpa berbicara. Kemudian seorang wanita keluar dari mobilnya dan memangginya “sayang”

Kini giliranku yang terkejut. Zedd memejamkan matanya dan menghela nafas panjang,tanpa sepatah katapun ia berdiri dan menyentuh pipiku. Sepertinya ia juga bingung hendak berkata apa. Karena aku terlanjur tahu dia sudah berhenti untuk mencintaiku. Susterku kemudian menjauhkan tangan nya dan mengisyaratkan nya agar segera pergi. Zedd kemudian pergi dan kembali ke mobilnya. Sesekali ia berpaling melihatku. Aku masih tidak menyangka akan bertemunya disini. Bertanya kabarku pun tidak.

Aku tahu zedd,mencintaiku membuatmu lelah. Dan kau telah memilih untuk menyerah. Baguslah.. Semoga kau mendapatkan apa yang tak kau dapatkan dariku,yaitu kebahagiaan.

Awalnya aku pikir Zedd akan bertahan sedikit lebih lama , aku masih berharap padanya dan setelah apa yang kami lalui. Tapi ternyata ia memilih untuk berhenti. Aku memang membuat orang-orang di sekitarku menjadi sial. Apa aku harus pergi saja dari sini? Tapi aku begitu merindukan Carlo.

Aku meminta suster untuk kembali ke rumah Carlo. Ia diam dan tetap mendorong membawa kursi rodaku menjauh dari rumah Carlo. Aku memintanya sekali lagi dan Ia menolak bahasanya lebih kasar dari sebelumnya. Ia terus membawaku ke sebuah mobil minivan.

Aku meronta, dan berteriak tapi ia membekap mulutku, cengkraman tangan nya kuat sekali sehingga aku tak kuasa untuk melawan,lalu ia menyuntikkan cairan hijau di leherku. Seketika itu juga aku tak sadarkan diri.

Lama tak sadarkan diri, aku tersadar di tempat tidur di sebuah ruangan kosong yang luas. Suara seseorang berjalan memakai sepatu hak tinggi membuatku benar-benar terbangun.
“kau sudah bangun,nona Emily. Bos kami akan senang bertemu dengan mu. Kata seorang wanita dengan pakaian sekretaris muda kepadaku.

Bos? Bos siapa??
“sayangku Emily...”
Suara seorang wanita terdengar dari balik pintu ruangan. Aku terkejut mencoba duduk tapi aku takbisa duduk sendiri.

Dan Carlo..

Carlo pasti khawatir. Memikirkan aku sekarang. Dimana aku saat ini.

“ kau begitu cantik walaupun tak ada makeup di wajahmu “ Kata wanita itu sambil tersenyum memandangku.

CASSIE..

“Apa yang kau inginkan dariku Cassie? Apakah Alex yang menyuruhmu?”

Cassie tak menjawab apapun ia hanya terdiam memandangku penuh benci.
Cassie kemudian menyuruh anak buahnya untuk mendudukkan ku di kursi, mengikat kaki dan tanganku. Jahitan yang ada di bagian pahaku mengencang, aku menjerit kesakitan meminta agar mereka tidak mengikat pahaku.

EMILY ( HUGE REVISION : PENDING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang