Until Death Do Us Apart

27.5K 823 62
                                    

Seorang pemuda berperawakan tinggi masuk sambil menyingkirkan tubuh tak bernyawa Frank dengan kakinya, ia menyeringai ke arah mayat Frank yang tergeletak berlumuran darah, tertelungkup di hadapan laki-laki itu.

Oh Frank, Carlo pasti sedih sekali. Aku mengintipnya dari balik pintu, menahan nafas menutup mulut dan membuka mata dan telingaku lebar-lebar, laki-laki itu mengangkat senjatanya kembali. Mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk masuk.

Tak lama sekumpulan orang bersenjata masuk ke dalam rumahku, berpakaian setelan rapi seperti para mafia di sebuah film dengan senjata di tangan mereka masing-masing. Siapa mereka, apa yang mereka cari? Laki-laki yang menjadi pemimpinnya memerintahkan sesuatu,

“ Cari mereka berdua, kita perlu mereka hidup-hidup! Jangan sampai ada celah terlewat, cari terus !” kata-katanya tegas di iringi anggukan seluruh anak buahnya yang kemudian menyebar ke seluruh pelosok rumah.

Carlo mengintip, kemudian ia bergumam, menggumamkan sebuah nama, entah siapa. Ia menggenggam tangan ku,mencium bibir dan keningku. Memberikanku sebuah senjata yang aku bahkan tidak bisa menggunakannya kemudian berkata,

“Jika kita tidak bisa melewati ini..”matanya menatapku dalam bibirnya bergetar. Aku tidak percaya ini. Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku memotongnya dengan penyangkalan,

“sshht.... Tidak! Apa yang kau bicarakan,Carlo. Tentu kita akan baik-baik saja. Lagi pula siapa mereka ?? Yang membutuhkan kita hidup-hidup !!” bentakku dambil berbisik.

“ Emily !! Heii...hei.. Dengar aku, jika kita tidak mampu melewati ini,berjanjilah padaku. Lari lah ke arah utara. Hanya Utara,  melewati hutan ini dibelakang rumah ini sekitar 5 mil kemudian kau akan menemukan sebuah kabin, seseorang bernama Kotaro akan menuggumu disana. Berjanjilah kau akan terus hidup hingga nanti.” Jelas Carlo. Air matanya berlinang, dengan terbata-bata ia mengatakan nya kepadaku. Kedua tangan nya menyentuh wajahku yang berlinangan air mata dan penuh tanda tanya dikepalaku. Apa arti semua ini, ada apa ini Carlo? Aku bingung tidak bisa menjawab dan tidak dapat mencerna kata-kata yang diucapkan Carlo kepadaku. Mataku terus tertuju ke arah matanya.

“Emily!!!!! Apakah kau mengerti!! Itu adalah utara!!!! Kau harus berlari ke arah sana secepat mungkin yang kau bisa. Aku akan menahan mereka disini. Kotaro akan menjelaskan semua kepadamu dia akan menjagamu. Apakah kau mendengarku?????!” jelas Carlo dengan tegas. Kali ini ia mengatakan nya dengan lantang dan tak terlihat air mata padanya.

Aku mengangguk meskipun banyak pertanyaan di benakku. Semua kejadian ini terlalu cepat terjadi dan tidak bisa aku mengerti.

Suara langkah kaki anak buah orang itu mendekat. Carlo mulai mengangkat senjatanya. Dan mengisyaratkan aku untuk membuka jendela dan melarikan diri lewat jendela. Aku mencium Carlo dengan seluruh jiwaku berharap agar kami dapat melewati ini dan bersama kembali. Anak buah laki-laki itu mendobrak pintu ruangan tempat kami bersembunyi. Dalam seketika pintu itu terbuka. Dan puluhan orang masuk, Carlo berteriak kepadaku,

“Emily , LARI !!!!”
Sambil menembaki semua anak buah laki-laki misterius itu ia berteriak ke arahku agar segera pergi.  Dengan frontal Carlo menembaki mereka, tampak beberapa dari mereka tergeletak bersimpuh menahan darah di tubuh mereka. Melihat kedua mata Carlo aku meneteskan air mata. Ia berjuang demi hidupku.

Tepat saat naik ke jendela,aku melihat mereka menembaki Carlo, dengan membabi buta mereka menembakinya, dada kiri Carlo terkena tiga tembakan, tubuhnya jatuh, matanya masih menatapku, seakan berteriak menyuruhku untuk segera berlari, dengan cepat tubuh Carlo yang tak berdaya ditangkap dan di seret keluar ruangan. Darahnya membekas di lantai.

Carlo Terbunuh..

Carlo... Kekasihku...
Seketika kenangan bersama Carlo terkintas di pikiranku. Betapa ia melindungiku, mencintaiku dan menjagaku bahkan sejak kami pertama bertemu,hingga akhir hidupnya.

Aku jatuh di sisi lain dari rumah musim panas ku. Sebuah hutan, aku berlari ke arah utara seperti yang di instruksikan oleh Carlo Mencari sebuah kabin dan seorang laki-laki bernama Kotaro.

Aku berlari meneteskan air mata dan menenteng  senjata di tanganku. Mengapa mereka mencari aku dan Carlo. Pertanyaan itu terus terulang di kepalaku. Otakku berubah menjadi semacam pemutar film kehidupan ku, memutar kisah cintaku dan Carlo, masih ingat ketika kata-kata dan ciuman terakhirnya mendarat lembut di bibirku. Mataku panas, aku menangis semakin menjadi. Aku bahkan tidak akan membuat kematian Carlo menjadi sia-sia.

“Tetaplah Ke utara Emily...!!!”
“Utara...”

Aku akan kesana. Aku akan terus hidup demi Carlo.

(To Be Continued..)

EMILY ( HUGE REVISION : PENDING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang