Pagi ini Aku dan Jace memutuskan untuk pergi bersama ke kampus. Kulihat badan Jace semakin lama semakin mirip seorang laki-laki. Baru pertama kali aku mengenal seorang transgender dan perubahannya begitu nyata perbedaannya.
Jace menyadari bahwa sedari tadi saat berjalan aku terus menatap punggungnya. Dia berhenti berjalan, aku pun terkejut dan mengalihkan pandanganku ke wajahnya.
"Dasar mesum!!", bentaknya sambil menarik telingaku.
Aku tertawa jahil. Padahal aku tidak membayangkan apa-apa."Hei..hei...hei... Tunggu dulu. Aku hanya melihat punggungmu". Sanggahku sambil kesakitan karena dia menjewer telingaku dengan keras.
Jace terus berjalan menyeret ku diiringi tatapan penghuni kampus. Sebagian dari mereka tertawa, sebagian lain hanya menatap tak peduli.
Ahhh aku hampir lupa, tas dan dompetku yang diambil berandal itu. Mereka memintaku agar mengambil tas itu di tempat kemarin.
Takut terjadi sesuatu,aku lalu meminta pertolongan Jace untuk menemaniku, paling tidak dia akan membelaku apabila terjadi hal yang tidak aku inginkan.
"Jace.. Aku meminta bantuanmu.."
Dia menoleh kearahku kemudian bertanya,
"Hm?"
" Para berandal kemarin masih menyita tas dan dompetku dan aku harus menemui mereka ditempat itu".
" Ah benar, jam 10.00 kan, ayo kita pergi bersama.."
"Tapi..aku lupa jalan menuju tempat itu".
"Ah kau pelupa sekali. Ayo ikuti aku.".
Aku dan Jace melangkah menuju aula kosong dimana para bocah sok jagoan itu mengosongkan tas ku pada hari kemarin.
Sekali lagi aku harus berhadapan dengan mereka??? Ah. Ini cukup melelahkan dan sedikit berlebihan untuk penyamaran ku. Hanya saja mereka juga mengambil dompet yang berisi identitas baruku.. Akan sulit bagi Kotaro untuk mendapatkan itu kembali jika aku kehilangannya.
Tiba di depan aula kosong, Jace masuk terlebih dahulu dan melihat-lihat di sekitar. Ia menggenggam tanganku untuk memastikan aku berada di belakangnya.
Tiga orang sudah menghadang kami. Mereka berjalan mendekat. Ahhh.. Aku benci ini.. Tolong jangan sakiti aku...
Mataku terpejam. Pasti mereka menyakitiku!!!Jace berdiri di depanku, tapi ternyata, satu dari mereka menyerahkan tasku ke tangan Jace.
"Ku hargai keberanianmu, anak baru. Cassandra Lee".
Aku membuka mataku, ternyata tidak ada apa-apa yang terjadi.Dia menyeringai. Aku mengambil tas dari tangan Jace, kami pun dengan cepat pergi dari tempat itu.
Aku takut sekali!!!
Jace diam saja, tidak mengatakan hal apapun. Kenapa dia berubah dengan cepat? Dari yang tadinya cerewet, tiba-tiba ia menjadi pendiam. Tempo hari pun begitu.
"Umm,Cassandra. Aku ada kelas pagi ini, aku pergi dulu."
"Ah,ya. Baiklah. Terimakasih ya"
Aku dan Jace kemudian berpisah di koridor. Aku melambaikan tangan namun dia tak menoleh. Dia pendiam sekali, tak ada basa basi. Ah ya sudahlah.
Yang menyita pikiranku sekarang adalah para preman kampus tadi. Setengah tak percaya semudah itu mereka mengembalikan tas yang mereka ambil kemarin. Aku bahkan mengira mereka akan mem-bully ku dan mempermalukanku terlebih dahulu sebelum mengembalikannya. Ternyata mereka tak sehebat apa yang Jace katakan.
-Kelas sudah selesai, kini saatnya aku bertemu Jace di Kantin. Aku mendengar sesuatu, suara ponsel berdering. Ku tolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri untuk mencari asal suara . Kini tak hanya suara, aku pun merasakan getaran ponsel. Ahh suara itu berasal dari tas ku. Ponselku berbunyi kupikir. Tapi, ternyata tidak.
Setelah aku cari lebih dalam ada sebuah ponsel. Ponsel siapa ini??? Mengapa ada disini??? Takut untuk menjawab panggilan di ponsel tersebut, aku berniat menyerahkan nya ke petugas keamanan kampus.
Sambil memegang ponsel yang terus menerus berdering itu aku berjalan menuju kantor keamanan kampus, aku bahkan setengah berlari. Karena jaraknya cukup jauh.
Kemudian tiba-tiba seorang perempuan menabrakku. Dia tampak kesal dan menatap ponsel yang berdering di tanganku.
"Kamu pencuri, kembalikan ponselku!!!" teriaknya sambil menunjuk ponsel yang ku pegang.
"Siapa kau, bagaimana aku tahu kau pemilik ponsel ini?"
Ah sial. Aku berada di tengah lapangan basket kampus dan semua mata memandang ku dengan bingung.
Kuangkat badanku dengan bertumpu pada tanganku perlahan. Aku akan mencoba menjelaskan keadaan nya.
"Kauuuu....!!!", nada bicara perempuan itu meninggi.
Belum sempat aku bicara sebuah tamparan mendarat di pipi kiri ku.
"Ayo !!! Kembalikan ponselku!!!!"
Aku marah. Dengan bingung aku menyerahkan ponsel yang ku pegang.
"Aku bukan pencuri"
" lantas, mengapa ponsel ini ada padamu? Ponsel ini tidak mungkin berjalan sendiri bukan???"
Apa mungkin... Preman kampus itu memasukkan ponsel ke dalam tas sebelum mengembalikannya padaku???
Sebelah kakinya menginjak perutku dan yang lebih sialnya dia memakai sepatu hak tinggi.
"Berandal itu.Yang memasukkannya ke dalam tas ku.", aku berbicara terbata-bata karena menahan sakit.
Tak ada satupun yang berani melerai, mereka sibuk menatapku dan membicarakan tentang aku yang mencuri ponsel perempuan ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana dan kapan berandal itu memasukkannya ke dalam tas ku.
"Kau pikir aku akan percaya kata-kata mu? Tunggu saja sampai kau membusuk di penjara. Kau tidak tahu kau berurusan dengan siapa!"
Teman-teman perempuan itu menyeretku menuju kantor keamanaan disaksikan puluhan mata yang memandangku dengan tatapan jijik. Aku merasa sedang di adili dan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan.
Bagaimana ini. Bagaimana jika mereka membawaku ke polisi dan mengusut asal usulku? Pemyamaranku akan terbongkar.
( To be Continued .. )
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILY ( HUGE REVISION : PENDING )
Romance⚠⚠⚠18+⚠⚠⚠ ⚠⚠⚠KONTEN DEWASA⚠⚠⚠ "Shut up and kiss me". Emily to Carlo Menceritakan tentang seorang wanita yang bekerja di sebuah Firma Hukum ternama yang bertemu dengan pria misterius yang terjebak dengannya di sebuah lift dan perjalanannya mengungkap...