Pain Pain Go Away

22.7K 731 1
                                    

Carlo naik ke tempat tidur pasien,memelukku dari belakang. Hangat tubuhnya begitu terasa, sekeltika itu aku merasa aman, merasa terlindungi. Kemudian ia Berbisik dengan pelan,

“Aku mencintaimu Emily. Sejak pertama aku bertemu denganmu, hingga saat ini perasaanku masih sama bahkan semakin mencintaimu.”

Pelukan nya semakin erat seakan enggan berpisah denganku. Mataku panas, entah mengapa aku ingin menangis. Setelah apa yang aku lalui hari ini. Aku bahkan yakin aku akan mati hari ini. Melihat Carlo menyelamatkan ku dengan menghabisi puluhan Anak buah Cassie demi menyelamatkanku, ketakutan terdalam dalam diriku bangkit menghantui pikiran ini. Aku takut jika sesuatu yang buruk menimpanya. Aku meneteskan air mata dalam keheningan malam. Semoga saja Carlo tidak mendengar tangisanku.

Tapi memang aku tak mampu menyembunyikan kesedihanku, alih-alih menangis dalam diam , aku malah terisak, dan ketika mendengarnya Carlo bangun dari posisi nya. Dan membalikkan tubuhku. Kemudian ia bertanya ,

“mengapa kau menangis? Apa yang kau pikirkan?” Carlo meletakkan tangan nya di kepalaku,kemudian mengusapnya lembut. Aku begitu sedih, aku tidak akan bisa kehilangan nya. Jika aku tewas pada kejadian tadi pagi, aku tidak akan bisa bertemu dengan nya lagi. Aku ketakutan. Aku pun takut jika ia terluka dan meninggalkanku untuk selamanya. Pikiran ku mulai bermain-main dengan perasaanku. Aku tidak menyukai ini karena menjadikan ku begitu lemah,menjadi rapuh. Takut akan hal-hal kecil yang belum tentu terjadi.

“Hei...”,kata Carlo sambil kembali berbaring memelukku.

“kau begitu berani melawan banyaknya anak buah Cassie yang tubuhnya lebih besar darimu. Aku ketakutan sekali jika salah satu dari mereka berhasil membunuhmu” aku kembali menangis. Tidak sanggup untuk kehilangannya.

“ kau tak kalah beraninya denganku,Emily, penuh luka di seluruh tubuhmu dan kau tetap berdiri tegar di depan mereka. Cassie adalah wanita lemah,dia tak akan bertahan hidup satu hari jika tak ada yang mematuhi perintahnya. Tapi kau, kau adalah seorang malaikat Emily, bahkan kematian pun enggan menyentuhmu, aku tak mengerti bagaimana Tuhan menyelamatkanmu bahkan dalam keadaan terluka parah seperti itu.” Kata-katanya menguatkan ku bagaikan oase di gurun pasir, begitu menyejukkan sehingga aku mampu menyandarkan seluruh hidupku padanya. Tanpa kehadiran nya aku takkan ada hingga saat ini.

“ Carlo...” kata-kataku terhenti seiring isak tangisku ku genggam tangan nya yang melingkar di pinggangku.

“kau mencintaiku?” tanya Carlo.dari nada suaranya aku tahu ia tersenyum mengatakan nya. Dia mendenguskan nafasnya tepat di belakang telinga ku. Ia begitu erat memelukku dari belakang.

Ahh Carlo, bahkan saat seperti ini kau senang sekali menggodaku. Malu mengatakannya. Aku memilih mengangguk tanda pengakuan ku aku mencintainya.

Dia memeluk pinggangku dari belakang dengan hati-hati karena jahitan di perutku. Dan mencium bagian belakang leherku. Aku tahu dia senang sekali karena pengakuanku ini. Dalam pelukan nya aku merasa aman, merasa damai seakan tak ada apapun yang ku takutkan. Kehadiran nya menguatkan ku. Ku sadari kalau aku memang mencintainya.

“kau takut sesuatu terjadi padaku? Kalau begitu jangan lakukan sesuatu yang membuatku kecewa..” kata Carlo. Matanya menerawang dan kemudian ia memelukku semakin erat dan kepalanya bersandar di bahu ku

“apa itu...” jawabku.

“menangis..”

Aku menghentikan tangisku dan menghapus air mataku dengan segera. Kemudian bertanya,

“Seperti ini?”

“hmmm begitu lebih baik..kau memang wanita yang cantik, Emily.” Katanya mencubit pipiku, kemudian ia membalikkan tubuhku, mendekatkan wajahnya dengan pelan dan mencium bibirku. Api yang ku sangka padam kini kembali menyala membara dalam dadaku. Lebih panas lebih besar, mengalir di setiap aliran darah dalam tubuhku

EMILY ( HUGE REVISION : PENDING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang