Bab 11

25.7K 1.3K 5
                                    

"Indah ihhh, gua kan parno jadinya, ganti film napa?" Protes Yana karena dia dan Indah sedang berada dikamar Indah sambil menonton film horor di laptop Indah.

"Sekali-kali ini Yan, bosen kali nonton barbie, tontonan tidak mendidik." sahut Indah sambil fokus pada layar laptop.

"Emang film hantu gini tontonan mendidik menurut lo?"

"Hehe, gak sih tapi kan ada momen-momen bikin kita tegang gitu."

"Terus itu mendidik?"

Indah bingung mau menjawab apa jadi dia hanya memasang muka senyum tanpa dosa.

Ceklek..
Pintu terbuka menampilkan wajah yang ditunggu-tunggu sedaritadi.

"Darimana tuan?" tanya Indah mengintimidasi kedatangan Evan.

"Ihh bau rokok, Evan ngerokok nih Ndah." lapor Yana yang mengendus-ngendus bau Evan.

"Bener Van?" tanya Indah menatapnya tajam.

"Hehe, cuma sebatang kok serius." jawab Evan sambil melangkah mundur.

"Cuma sebatang? Lo serius? Mau gua sandra lagi?" tawar Indah sarkatis.

"Ampun ya Ndah, Yan sekotak aja kok seriusan." kata Evan sambil berusaha keluar dari kamar Indah tapi Yana sigap menarik rambut Evan hingga dia tidak bisa keluar.

"Tadi katanya sebatang sekarang ngaku sekotak ntar seberapa banyak lagi Van? Ngerokok mulu, mau mati?" tanya Yana sarkatis.

"Sikat gigi sana! hilangin bau rokok dari mulut lo!" perintah Indah sambil kembali menonton film horor dilaptop yang ada dipangkuannya. Yana pun naik ke ranjang dan duduk disebelah Indah. Evan langsung menuju toilet yang masih berada dikamar Indah.

Setelah Evan lebih terlihat segar. Dia ikut naik ke atas ranjang dan duduk disebelah Indah.

"Katanya mau curcol kok jadi nonton?" tanya Evan sambil menyenderkan kepalanya dibahu Indah.

"Oke yaudah kita mulai curcolnya." kata Indah sambil menjeda film lalu menaruh laptopnya di atas meja belajarnya.

Mereka ber-3 turun dari ranjang lalu duduk diatas karpet dengan posisi membentuk segitiga dan ada botol kosong ditengah mereka.

"Gunting kertas batu." seru Evan. Mereka sama-sama mengacungkan tangan dengan hasil Indah mengeluarkan batu, Evan mengeluarkan batu dan Yana mengeluarkan kertas.

"Nah gua yang mutar." kata Yana bersemangat. Dia lalu memutar botol lalu botol berhenti tepat di dia sendiri.

"Nah loh Yan, keluarin dah tuh semua beban lo." kata Indah sambil menyandarkan diri diranjang.

"Gua diputusin Sandi." gumam Yana pelan tapi masih didengar Evan dan Indah.

"Really?" tanya Evan.

Yana mengangguk lesu, "Gua gaktau ada salah apa sampe dia mutusin gua."

"Lo harus kuat dong Yan, cowok kan ba-" kata-kata Indah langsung dipotong Yana.

"Cowok emang banyak Ndah, tapi belum tentu ada yang kaya dia, belum tentu bisa gua sayang kaya dia, dia itu beda dan sekarang.." kata Yana sambil menitikan air mata.

"Sekarang dia juga yang ninggalin lo? Apa gua bilang cowok kaya Sandi itu udah ketauan sifatnya brengsek." kata Indah.

"Lo gak boleh nilai orang dari luarnya dong Ndah, gitu-gitu dia baik kalo sama gua." bela Yana.

"Kalo dia baik, kalo dia sayang sama lo, dia gak mungkin ninggalin lo, dia gak mungkin mutusin lo Yana." kata Evan kesal dengan Yana yang slalu putus nyambung dengan Sandi yang menurutnya memang kurang baik sifatnya.

Bendahara Kelas [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang