Chapter Six

1K 73 19
                                    

"Sorry banget, Ron gue gak bisa jalan sama lu besok,"

"Kenapa gak bisa?,"

"Gue ada urusan mendadak,"

"Gak bisa ditunda? Padahal yang ngajak lu loh,"

"Iya, gue tauu. Tapi gue ada urusan yang mendadak bangettt dan pentinggg parah. Sorryyyy banget, ya Ronn. Nanti kita atur lagi deh jadwal jalannya,"

"Oke deh. Semoga urusan lu lancar yaa,"

"Iyaa. Makasihh,"

Gue pun mengakhiri panggilan di handphone gue dengan Aaron. Terdengar dengan sangat jelas bahwa ia sangat kecewa dengan pembatalan yang gue lakukan. Namun, apa boleh buat? Gue harus menemui Mike untuk menjawab rasa penasaran gue.

Semakin hari niat gue semakin bertambah, juga kepercayaan gue untuk menemui sosok Mike. Ia yang telah lama hilang tanpa jejak, kini muncul secara tiba-tiba. Gue sangat penasaran dengan sosok Mike yang beberapa hari lalu menghubungi gue via line.

Beribu pertanyaan sedari kemarin sudah terlintas di benak gue. Tentunya pertanyaan yang meragukan niat gue. Jika memang sosok yang gue temui ini bukan Mike, namun orang lain, mungkin saja ia memiliki suatu klu yang bisa membantu gue untuk bisa berjumpa dengannya.
Jika sosok itu benar Mike, tentunya gue akan meminta kejelasan. Kejelasan akan hilangnya dia selama ini. Mengapa ia memalsukan kehidupannya

Seketika apa yang sedang gue pikirkan buyar seketika ketika mendengar sebuah bunyi yang berasal dari handphone gue.

Mike : Udah gak sabar ya nungguin matahari terbit besok pagi?

Gue sangat kaget saat melihat notifikasi LINE tersebut. Gue merasa dia sedang memata-matai gue saat ini. Gue semakin bingung. Bingung akan pergi menemuinya atau tidak. Gue sudah membatalkan janji gue dengan Aaron, sahabat gue. Gue bahkan dengan bodohnya membatalkan janji gue dengan Aaron demi menemui sosok Mike yang belum tentu terbukti kebenarannya. Tetapi, bisa dibilang sosok Mike ini 85% benar adanya. Karena ia bukan mengetahui LINE gue dari IDnya, namun dari nomor handphone. Gue juga bahkan memiliki nomornya.

Gue pun memutuskan untuk mengistirahatkan pikiran serta jiwa raga gue. Gue akan memutuskan segalanya besok. Gue sudah lelah, sangat lelah. Keraguan masih terus merasuk namun keyakinan juga ingin mencoba masuk ke dalam.

***

Cahaya matahari mulai masuk ke dalam kamar gue. Kedua mata gue terus dipaksa untuk dibuka oleh matahari pagi ini. Mata gue masih terasa sangat berat. Wajar, semalam gue tak bisa terlelap. Gue justru terus memikirkan hal itu. Hingga akhirnya tekad gue bulat, untuk menemuinya hari ini. Jam dinding telah menunjukkan pukul delapan pagi.

Gue mengambil handphone gue yang masih berada di atas tempat tidur. Handphone gue bergetar.

Mike : Good morning sweetieee :*

Gue kembali dikagetkan oleh sebuah notifikasi dari Mike. Dia seperti kamera CCTV, yang mengetahui segala gerak-gerik gue. Gue pun memutuskan untuk membalas LINEnya itu.

Me : Morninggg
Me : Hari ini ketemuan jamber?
Mike : Jam 11
Me : Okk
Me : See yaa!
Mike : See youu tooo Sellyyy

Gue memutuskan untuk tidak membalas chatnya lagi. Tiga jam dari sekarang, gue akan bertemu dengannya. Bertatap muka secara lamgsung, bukan lagi menggunakan perantara LINE.

Gue pun mulai mempersiapkan diri gue. Gue mengeluarkan seluruh pakaian yang ada di lemari gue. Gue mencari baju yang pas untuk gue kenakan hari ini, namun bagi gue semua baju yang ada di atas kasur gue saat ini, semuanya sangat tidak cocok untuk gue kenakan.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang