Chapter Two

2K 138 25
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

Kemudian pintu pun terbuka. Sosok mama berada di depan pintu. Wajahnya yang sendu berubah cerah ketika melihat kedatangan gue.

"Giselle.. Kamu kemana aja?" Mama langsung memeluk gue dan mengelus puncak kepala gue. Ia juga mengecup dahi dan pipiku.

"Ma.. Jangan nangis lagi yaa.. Maaf aku udah bikin kalian semua khawatir. Tadi diculik sama Marco." ujar gue.

"Apa? Diculik? Sama Marco? Gimana ceritanya? Kan dia pacar kamu." Mama tampak kebingungan.

"Aku baru aja putusin dia tadi pagi. Dia gak terima. Terus.. Ya gitu deh ma.." jelas gue.

"Ya udah.. Lain kali, kamu hati-hati ya.. Mama gak mau kehilangan kamu." ujar mama.

"Iya ma.." jawab gue. "Eh iya.. Kenalin, ini Aaron.. Dia yang nyelamatin aku dari Marco." sambung gue. Lalu mama dan Aaron berjabat tangan.

"Makasih ya, Aaron.. Kamu udah nyelamatin anak tante.. Masuk dulu yuk." ajak mama.

"Wah.. Gak usah repot-repot tante.. Ini juga udah malem.. Aku harus pulang.." ujar Aaron.

"Oh gitu ya.. Ya udah deh.. Besok-besok main kesini lagi ya, Aaron.." ujar mama.

"Iya tante. Makasihh yaa.." jawab Aaron. "Giselle, gue balik ya.." ujar Aaron.

"Iya.. Hati-hati ya.." ujar gue.

Ia pun tersenyum lalu berpamitan pada mama. Setelah motor sport milik Aaron mulai menjauhi rumah gue, kami pun masuk ke dalam rumah.

"Giselle! Akhirnya lu pulangg!" seru Jay. Ia pun segera menghampiri gue dan merangkul gue. "Lu kemana aja sih? Ngelayapan ya?" tanya Jay.

"Heh! Mulut tuh dijaga! Lu kakak gue apa bukan sih? Adek diculik kaga tahu." omel gue pada Jay.

"Hah?! Lo diculik? Sama siapa? Bawa sini penculiknya. Biar gue hajar." ujar Jay.

"Jiahh.. Telat maksimal. Yang nyulik udah dihajar abis-abisan sama Aaron." ujar gue.

"Aaron? Siapa lagi tuh? Pacar baru lu? Atau.. Simpenan?" tanya Jay.

Gue pun meninju bahunya. "Hush! Ngaco! Dia itu yang bantuin gue pokoknya. Dan yang pasti bukan pacar atau simpenan gue." ujar gue.

"Si Marco emang kemana? Bukannya dia pacar sekaligus bodyguard lu? Kok bukan dia yang nolongin lu?" tanya Jay.

"Orang yang nyulik dia.." ujar gue.

"Apa? Yang nyulik si Marco?" tanya Jay dengan nada tak percaya.

"Iya.. Dia gak terima gue putusin kemaren pagi. Terus nyulik.." ujar gue.

"Wah.. Bajingan banget jadi cowok. Gak gentle.." ujar Jay. "Liatin aja.. Besok, jangan harap bisa lewatin gua dengan tenang.." lanjut Jay.

Gue hanya menggelengkan kepala gue sambil tersenyum. Lalu meninggalkan ia sendiri di ruang tengah. Well, gue bersyukur punya kakak kaya Jay. Meskipun otaknya kadang somplak, tapi gue sayang sama diaa..

***

Mama, Jay, dan gue pun berkumpul di ruang makan. Kami pun menyantap sarapan kami dengan lahap, meskipun papa sedang mengurus proyeknya di Surabaya.

Setelah piring makan gue kosong. Gue pun berpamitan sama mama.

"Hati-hati ya.. Jangan lupa sama pesen mama tadi pagi.." ujar mama.

"Iyaa ma.. Doain semoga berhasil." jawab gue.

"Siapp. Mama doainn.." ujar mama.

"Eitss.. Tunggu dulu. Mulai sekarang, lu ke kampus bareng gue." ujar Jay sambil meneguk segelas susu coklat yang dibuatkan oleh Bi Ratih.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang