Chapter Fifteen

82 8 0
                                    

Suara memekakan yang muncul dari alarm tak membuat gue terbangun sama sekali. Bahkan alarm tak ada fungsinya pagi ini. Hanya bisa memejamkan mata selama kurang lebih dua jam, gue menanti malam berganti pagi secepat mungkin. Ditemani jantung yang berdegup tak karuan dan berbagai perasaan yang berkecamuk, gue menatap langit-langit kamar sambil berkelana dalam pikiran.

Gue pun memutuskan untuk mandi karena satu jam lagi tim make-up akan tiba di rumah gue bersama dengan tim dokumentasi untuk mengabadikan persiapan gue beserta keluarga gue untuk acara pertunangan gue dan Mike yang akan terlaksana tujuh jam lagi.

Tanpa perlu usaha yang besar gue bangkit dari tidur gue dan menuju ke kamar mandi untuk segera bersiap-bersiap membersihkan tubuh gue sebelum nantinya wajah gue akan dirias oleh tim make up.

Setelah menyelesaikan kegiatan gue di dalam kamar mandi yang durasinya cenderung lebih lama dari biasanya. Karena terlalu banyak melamun tentunya dan pikiran gue yang tidak menyatu dengan tubuh gue. Hingga gue hampir menggunakan conditioner untuk mencuci muka. Untungnya gue sadar sebelum conditioner itu sempat tertuang di telapak tangan gue.

Gue pun menuju meja rias untuk mengeringkan rambut menggunakan mesin pengering rambut. Sambil menyenandungkan lagu 'Hari Ini Esok Lusa' gue mengeringkan rambut sambil menyisir rambut dengan jari jemari gue. Gue tertawa kecil dan senyuman mengembang di bibir gue ketika gue ingat lagi malam itu, ketika gue merupakan orang paling bahagia di dunia saat itu.

Setelah kering sempurna, gue pun mulai memoleskan wajah gue dengan beberapa skincare agar nantinya seluruh lapisan wajah gue mulai dari yang terluar sampai terdalam tetap terjaga meskipun akan dibalut berbagai jenis make up dalam waktu yang lama.

Gue pun memastikan penampilan gue yang kesekian kalinya di cermin sebelum akhirnya memberanikan diri keluar dari kamar gue. Dengan mengenakan celana hitam berbahan katun dan kemeja putih, gue pun melangkahkan kaki menuruni anak tangga menuju lantai dasar.

Mama sudah berada di sana tengah menata sarapan di atas meja makan. Gue pun juga menemukan sosok Mia tengah duduk di sofa ruang keluarga. Ketika ia menyadari kedatangan gue, ia pun menghentikan aktivitasnya, yaitu berkutat dengan ponselnya dan langsung memeluk tubuh gue begitu tiba-tiba hingga membuat gue sedikit terhuyung ke belakang.

"GISELLE! GUE BENAR-BENAR GAK NYANGKA AKHIRNYA HARI INI DATANG JUGAA!," serunya sambil terus memeluk gue erat. "CONGRATULATION, YA SAYANG! SEBENTAR LAGI LU BAKAL TUNANGAN!," serunya lagi lalu membelai punggung gue.

"Makasih ya, Mia. Gue tunggu lu nyusul sama Jay, ya," ujar gue lalu tertawa kecil.

"Apa nih, nyusul-nyusul?," ujar sebuah suara yang kedengarannya ada di belakang gue, dan sudah gue pastikan itu Jay.

"Tuh, disuruh nyusul sama adik kamu," ujar Mia.

"Udah siap kamu? Mau besok?," tanya Jay dengan bergurau.

"Gak jelas kamu," ujar Mia lalu meninju pelan lengan Jay.

Kemudian gue mendengar suara derap kaki yang tengah menuruni anak tangga, yang pastinya adalah papa. Ia pun menghampiri mama yang berada di meja makan.

"Nah, karena semuanya udah kumpul, ayo kita sarapan dulu. Nanti masuk angin kalo gak sarapan," ujar mama.

Kami semua pun mengangguk mantap dan langsung merapat ke meja makan dan duduk di kursi kosong. Mama menyendokkan nasi goreng ke piring kami satu per satu. Di meja makan juga ada telur dadar dan perkedel.

Sebenarnya gue tidak terlalu nafsu makan pagi ini. Perut gue sama sekali tidak keroncongan. Tidak ada rasa lapar sediktpun di sana. Hanya rasa gugup yang terus memacu degup jantung gue yang bisa gue rasakan. Namun, agar setidaknya tubuh gue berenergi supaya bisa tetap berdiri tegap selama acara berlamgsung, gue menyuapkan sedikit demi sedikit makanan yang ada di piring gue.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang