Chapter Thirteen

68 6 0
                                    

"Mike datang jam berapa?," tanya mama sedikit berteriak karena ia tengah sibuk menyiapkan makan siang di dapur, sementara gue baru saja kembali dari kamar mandi.

"Jam setengah satu, ma," jawab gue lalu ikut bergabung bersama mama untuk menyiapkan makan siang.

Hari ini adalah jadwal gue dan Mike untuk mengambil undangan di kantor event organizer yang mengurus pertunangan kami. Kami akan memastikan undangannya sesuai dengan desain yang kami mau sebelum benar-benar kami sebarkan.

Dalam acara pertunangan kami, tak banyak orang yang kami undang. Sebatas kerabat dekat dan sanak saudara. Tak terasa acara sudah di depan mata. Kurang dari satu bulan, hubungan kami berada di jenjang yang lebih serius.

Mike juga akan ikut makan siang bersama keluarga gue, sebelum nantinya kami akan berangkat ke kantor event organizer. Bukan gue yang mengajaknya makan siang bersama, namun mama lah yang mengajaknya. Kebahagiaan memang sesederhana melihat keakraban orang-orang yang kalian cintai.

***

Gue memandangi sekilas meja makan yang sudah penuh dengan berbagai macam hidangan, mulai dari nasi putih, sup iga, ayam bakar, bakwan udang, cumi goreng tepung, sayur bayam, dan telur dadar. Gue juga membuka kulkas, mengintip keadaan pudding tiramisu yang telah gue buat untuk makanan penutup siang nanti. Setelah memastikan semuanya sempurna, gue melangkahkan kaki gue dengan senyum yang mengembang sambil bersenandung kecil menuju ke ruang keluarga.

"Girang banget, sih. Mentang-mentang mau ada tamu istimewa, ya?," ledek mama ketika gue hendak mendaratkan tubuh gue ke sofa.

"Ih.. mama.. gak gitu.." ujar gue yang tiba-tiba kehabisan kosa kata untuk menanggapi ucapan mama.

"Sabar, ya. Ini udah jam dua belas lewat sepuluh. Mike sebentar lagi pasti sampe," ujar mama.

"Aku gak nunggu Mike, ma. Ih.. udah ah aku mau ke kamar aja, deh," ujar gue yang tak lagi bisa menghadapi ucapan mama setelah ini.

Gue pun meninggalkan ruang keluarga dan menaiki tangga menuju kamar gue, menghindari serangan mama yang bertubi-tubi dan mengambil ponsel gue yang gue tinggal di kamar. Gue pun memutuskan untuk mengirim pesan pada Mike, mengingatkannya untuk tiba di rumah gue tepat waktu. Meskipun tanpa perlu gue ingatkan, dia pasti akan tiba tepat waktu pastinya.

Me : Lima belas menit lagi jam 1230

Mike langsung membuka pesan yang gue kirim. Ia tidak membalas pesan gue melainkan langsung menelpon gue. Gue pun mendengus geli sebelum menjawab panggilan darinya.

"Halo.."

"Sepuluh menit lagi aku sampe. Tungguin, ya."

"Iyaa.. aku cuma ingetin kamu, kali aja kamu lupa."

"Aku gak mungkin lupa dong sayang. Bilang aja kamu kangen sama aku."

"Ih.. kok geer banget sih kamu!"

"Aku gak geer. Aku emang tau, kamu pasti kangen sama aku. Padahal, baru sehari kita gak ketemu sehari, loh."

"Eh.. apaan sih kamu. Sok tau banget deh."

"Ya udah.. aku bentar lagi sampe, nih. Bye sayang."

"Bye.."

Gue pun memutuskan sambungan telepon lalu langsung berhambur keluar kamar. Gue pun menuruni tangga dan menuju ke ruang keluarga, menanti kedatangan Mike. Hati gue tak tenang menunggu-nunggu kedatangan Mike ke rumah gue. Perasaan gue dipenuhi oleh ketidak sabaran akan kehadirannya juga rasa bahagia karena ia akan makan siang bersama dengan seluruh anggota keluarga gue.

Ting tong...

"Ma, biar aku aja yang buka," ujar gue ketika mama sudah berdiri dari duduknya.

Gue berlari kecil sambil merapikan rambut gue yang sedikit berantakan. Setelah menghela napas panjang, gue pun membuka pintu utama dan mendapati Mike di hadapan gue. Ia membelai puncak kepala gue sebelum menapakkan kakinya ke dalam rumah gue. Saat gue hendak menutup pintu, papa sudah memarkirkan mobilnya di garasi.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang