Chapter Eight

898 50 7
                                    

Jarum jam masih terus berdetik menemani gue yang terjaga di 'pagi' ini. Gue telah mencoba berbagai jenis posisi ; miring ke kiri, kanan, terlentang, tengkurap namun semuanya nihil. Gue masih saja terjaga dan tak bisa kembali menikmati alam mimpi.

Mungkin karena gue takut akan apa yang sebentar lagi gue hadapi. Beberapa jam lagi, lebih tepatnya. Bukan mungkin. Tapi itu jawabannya. Lima jam dari sekarang gue akan keluar dari zona nyaman gue. Gue akan mengadu nasib gue di beberapa perusahaan yang akan gue datangi nantinya.

Gue meraih ponsel untuk mencoba menghubungi Mike. Tidak tahu kenapa gue memilih untuk menghubunginya. Tentu saja, ini sangat mengganggunya tetapi dibandingkan dengan perlakuannya selama lima tahun terakhir ini, siapa yang lebih sering mengganggu?

"Hmm.. Tahu deh aku sekarang. Pantes dulu sering kebangun, jadi gara-gara lagi ada yang kangenin"

"Nomor yang anda hubungi sedang berada di luar jangkauan. Silahkan coba lagi"

"Kode minta dijangkau?"

"Maaf pesan yang anda masukkan salah. Silahkan coba lagi"

"Kenapa sih kamu? Pagi-pagi buta udah aneh-aneh deh"

"Salah lagi. Silahkan coba lagi"

"Tidur gih kamu. Beberapa jam lagi kamu aku jemput. Love you, Selly"

"Pesan diterima. Love you too, Mikey"

"Mikee. Jangan matiin dulu"

"Eits. Bukan 'operator'?"

"Ilang operatornya. Passwordnya udah disebut"

"Password?"

"Kalimat terakhir"

Mike terdiam. Tak ada suara yang dikeluarkan kami berdua. Gue yakin. Dia sedang berpikir keras.

"OH! I love you?"

"Selamat pesan yang anda masukkan benar lagi. Jangan diulang terus. Nanti yang dengar bisa melayang"

"I LOVE YOU FOR FOREVER AND EVER. LOVE YOU TO THE MOON AND NEVER BACK!!"

"Love you more than forever and ever. Love you to the another galaxy and never back!"

"Good morning, pretty"

"Good morning, Mikey"

"Tidur gih. Satu atau dua jam. Biar kamu semangat cari kerjanya"

"Oke deh. Bye, Mike!"

"Bye, Sel!"

Entah bagaimana caranya ide konyol tadi bisa terlintas di pikiran gue. Berlagak seperti operator. Sungguh konyol. Tapi, justru membuatku kembali merasa dicintai. Kembali merasakan indahnya kasih sayang darinya.

Selama tiga hari terakhir ini gue merasa berbeda. Perbedaan yang gue rasakan tentunya condong ke arah yang positif. Ini semua berkat kembalinya sumber kebahagiaan gue yang sempat hilang.

Berbicara dengannya sebentar saja lewat telepon sudah mulai bisa mengobati rasa gelisah yang gue rasakan. Hati gue mulai terasa lega. Segala beban pikiran juga mulai sirna. Mata gue juga mendadak memberat. Keadaan tersebut akhirnya sukses membawa gue kembali menjelajahi alam mimpi.

***

"Selamat pagi, calon istriku yang garing."

Sapaan yang barusan tertangkap oleh indera pendengaran gue langsung membuat mata gue terbelalak. Awalnya gue hanya mengerjapkan mata dan berniat untuk tidur lima menit lagi namun mendengar suara khasnya membuatku terlonjak kaget.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang