Like?

2.4K 229 5
                                    

Sudah beberapa hari ini istana di selimuti keheningan.

Pasalnya selir Oh yang merupakan selir kesayangan raja meninggal dunia akibat dari hukuman gantung.
Ia mengaku jika yang berencana ingin membunuh raja adalah dirinya.
Dan kemudian dihukum gantung sebagai hukuman.

Sama hal nya dengan kedua orang ini.
Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Soon Deok meletakkan sebuah buku di hadapan Eun yang sedang duduk di atas kursi.

"Apa ini?" Tanya Eun yang bingung melihat Soon Deok yang tiba-tiba meletakkan sebuah buku di hadapannya.
Di perhatikan nya judul buku itu baik-baik.

"Buku." Jawab Soon Deok sedapat mungkin.
"Aku tau itu buku. Untuk apa kau memberikan ini pada ku?"

"Aku yakin kau belum membacanya.
Dan dilihat dari sikap mu, sepertinya kau sedang kebosanan, Yang Mulia."
Ucap Soon Deok mencoba setenang mungkin.

Eun memicingkan matanya menatap kearah istrinya itu.

Dia meremehkan ku?

"Kau menantang ku? Kau pikir aku tidak pernah membacanya? Aku sudah sering membacanya!" Katanya dengan percaya diri.

"Aku tidak percaya." Soon Deok masih tidak percaya jika Eun sudah membaca buku itu. Ia tau jika Eun tidak pernah menyukai buku bahkan menyentuh nya saja tidak.

"Karya dari Mencius? Apa kau ingin menguji kepintaran suami mu sendiri? Aku taruhan, terserah mau kau apakan tangan ku supaya kau percaya." Kata Eun sambil menjulurkan tangannya.

"Tangan ini milikku sekarang." Ucap Soon Deok menandai tangan Eun dengan tinta.

"Selanjutnya!"
.
.
.
Kini wajah Eun di penuhi oleh coretan yang dibuat oleh Soon Deok.

"Coret saja semuanya! Tangan ku, leher dan kaki ku. Ambil saja semuanya!" Teriak Eun kesal.

"Selanjutnya." Soon Deok bersiap ingin mencoret tangan Eun tapi Eun melarangnya.

"Kau tidak bisa memiliki ini. Ini hanya milik Hae Soo." Gumam Eun pelan tapi cukup jelas didengar oleh Soon Deok membuat nya kesal dan cemberut.

Ia membalikkan tubuhnya tidak ingin menatap Eun.

Melihat itu Eun merasa sedikit bersalah. Ia tegak dari duduk ya dan menghampiri Soon Deok.

"Kau...tidak menangiskan?"

Tiba-tiba saja Soon Deok merasakan ada yang berbahaya. Ia mendorong Eun sehingga lelaki itu terbaring di atas meja dengan Soon Deok di atasnya.

Ternyata pisau yang dilemparkan tadi itu mengenai ikat rambut Soon Deok sehingga rambut Soon Deok tergerai dan menerpa wajah Eun.

Seakan terpesona, Eun membulatkan matanya melihat pemandangan itu.

"Ayah!" Soo. Deok segera membalikkan tubuh untuk melihat siapa yang hampir saja membuat Eun celaka.

"Ternyata anakku masih hidup dan sehat."

Dan mengalihkan mata menatap Eun yang terbaring diatas meja.

"Hei kenapa kau tertidur di atas meja? Apa kau terlalu takut mati?"
Lanjut Panglima Park dengan nada mengejek.

"Ayah hampir saja membunuh nya.
Bagaiman jika ia mati terkejut?!" Bela Soon Deok.

"Ia tidak akan mati. Jika dengan hal seperti itu saja ia takut. Bagaimana ia bisa hidup di dunia yang keras ini?"
Ucap Panglima Park.

"Appo." Lirih Eun sambil bangun dan berjalan seperti anak kecil dengan memegang sukunya yang terasa sakit.

"Apa ada yang sakit? Aku akan menghembusnya." Tawar Soon Deok dan tanpa perlawanan Eun menunjukkan sukunya yang terasa sakit.

Soon Deok kemudian menghembuskan siku Eun dengan teliti.

Eun baru sadar jika Soon Deok ternyata adalah gadis yang cantik dan baik hati.

Ada apa denganku? - Eun

.
.
.
.
.
Next?

Wang Eun & Soon Deok #MS2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang