Run

2.5K 235 13
                                    

Keesokan harinya...

Malam ini Eun dan Soon Deok makan malam bersama. Itu merupakan permintaan Eun yang ingin sekali makan berdua dengan istrinya.

Tadi nya, Soon Deok menolak dengan alasan bahwa Pangeran harus makan bersama keluarganya. Tapi, dia tau bahwa eu itu sangat keras kepala dan tidak mau mendengarkan.

Terkadang Soon Deok berfikir, sikap Eun semakin hari semakin manja dan romantis?

Baru saja siang tadi, Eun membawakannya sebuket bunga yang indah. Saat itu tentu saja Soon Deok sangat kaget, bingung, dan terharu disaat bersamaan.

Tapi, Eun menghancurkan itu semua dengan berkata " Aku tidak sengaja membelinya. Karena pedagang itu memaksa ku membelinya. Jadi, ku beli."

Seketika hati Soon Deok yang tadinya senang merasa sedih lagi.

Dan entah kenapa Eun memaksanya untuk makan malam berdua saja di dalam kamar.

Mereka memakan makanan mereka dengan diam. Tidak ada yang berbicara untuk sekedar menghilangkan kecanggungan.

Eun melirik Soon Deok yang tampak tidak bersemangat memakan makanannya. Ia sedikit merasa bersalah kepada istrinya itu karena membuat Soon Deok merasa sedih kembali.

Padahal ia tadinya ingin membuat kejutan untuk Soon Deok dengan membeli sebuket bunga yang indah.
Tapi, harga diri dan ego nya membuatnya tidak mau mengakuinya.

"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak suka makan bersama ku?" Tanya Eun pelan. Ia kembali melirik Soon Deok yang menghentikan makannya.

Kemudian Soon Deok menatap Eun dengan senyuman yang dibuat-buat.

"Bukan apa apa, Yang Mulia. Lanjutkan saja makannya. Setelah itu kita akan tidur." Ucap Soon Deok dengan lirih.

"Aku tidak mau tidur! Kau saja yang tidur. Aku mau keluar saja." Eun bersiap untuk pergi tapi tangan Soon Deok menahannya.

Mereka berpandangan sebentar.

"Tidak. Jangan keluar, Yang Mulia." Soon Deok masih menahan tangan Eun dengan harapan jika Eun mau menuruti permintaan nya.

"Baiklah. Tapi, katakan padaku. Kenapa kau diam saja? Aku sedikit merasa aneh dengan sikap mu." Tanya Eun yang sudah duduk dihadapan Soon Deok lagi. Tapi, kali ini ia tidak memakan makanan nya.
Ia lebih memilih memandang wajah Soon Deok yang seperti mencari alasan yang lain.

"Katakan dengan jujur. Aku ini suami mu bukan musuh mu." Lanjutnya dengan nada penuh penekanan.

Soon Deok melirik Eun ragu. Ia merasa bingung harus berkata jujur atau bohong. Ia pasti akan malu jika mengatakan jika ia diam hanya karena kejadian tadi siang.

Ia mengigit bibir bawahnya gugup.

"Aku sedikit kecewa dengan kata-kata mu tadi siang, Yang Mulia." Ucapnya masih mengigit bibir bawahnya. Ia melihat ekspresi wajah Eun yang tampak bersalah itu. Apa ia tidak salah lihat?

"Maaf. Maafkan aku. Tapi, aku janji akan membelikan mu sesuatu nanti. Tapi sekarang makanlah makanan mu nanti keburu dingin." Ucap Eun tulus dengan raut muka yang bersalah.

"Tidak, Yang Mulia. Kau tidak salah. Aku lah yang terlalu memasukkan kedalam hati. Jadi maafkan aku." Kini Soon Deok lah yang meminta maaf.
Eun mendengus kecil melihat kelakuan istrinya itu. Sikap Soon Deok tidak pernah berubah, pikirnya.

"Aku yang salah. Dan aku meminta maaf. Kalau begitu cepat habiskan makanan mu dan kita akan tidur setelah itu." Ujar Eun tulus dengan senyuman indahnya.

Setelah mereka selesai menyantap makanan nya. Mereka beranjak tidur.

Seperti biasa, Eun tidur di kasur dan Soon Deok tidur di lantai dengan matras sebagai alas tidurnya.

Eun sudah sering meminta Soon Deok tidur di sampingnya. Tapi, Soon Deok selalu menolaknya.

Saat Soon Deok ingin mematikan lampu. Diluar terdengar suara seperti teriakan dan barang-barang yang di jatuhkan.

Eun yang mendengar suara itu segera berdiri dan melihat Soon Deok yang bersiap membawa pedang nya.

"Ada apa? Kenapa ribut sekali?" Tanya Eun khawatir. Soon Deok mengangkat bahunya pertanda jika ia juga tidak tau.

Kemudian dengan penasaran, ia menarik tangan Soon Deok agar mengikutinya. Mereka menelusuri setiap lorong-lorong kediaman Pangeran Eun yang terbilang besar itu.

Sampai di ujung lorong yang menghadap langsung dengan halaman depan mereka mengintip di sisi gelap.

Tampak jika pasukan Pangeran Yo yang sedang mencari sesuatu.

Eun melebarkan matanya saat melihat Kakeknya di dorong hingga jatuh di kaki Kakaknya itu - Pangeran Yo atau Pangeran ke 3.

"Dasar bajingan!" Teriak Kakek Eun yang bernama Wang Gyu itu.

"Kami sudah menangkap Wang Gyu, tapi kami tidak menemukan keberadaan Pangeran Eun, Yang Mulia." Ucap seorang prajurit kepada Pangeran Yo.

Mendengar jika Sang kakak ingin menangkapnya membuat sebagian hati Eun merasa sakit. Ia meringis saat mengetahui itu.

Soon Deok yang mendengar itu juga mulai merasa waspada.

"Cari Pangeran Eun segera dan bawa ia kehadapan ku!" Perintah Pangeran Yo kepada semua prajuritnya.

Seketika itu juga Spon Deok menarik tangan Eun yang masih terdiam itu dengan kuat, agar mengikutinya.

Ia membawa Eun kedalam kamar dan mengemas barang-barang yang di perlukan.

Tak lupa ia membawa ketapel kesayangan Eun di atas meja dan memasukkannya kedalam tas.

Setelah semuanya selesai, ia membawa Eun menuju ke pintu belakang.

Mereka berlari, hingga mereka sampai di Damiwon.

Soon Deok segera membawa Eun menuju sebuah kamar tempat persembunyian mereka nantinya.

Kamar ini sangat kecil, sehingga orang-orang tidak akan menyangka jika mereka bersembunyi disana.

Ia kemudian menepuk bahu Eun yang masih diam mematung itu.

Ia tau jika Run terlalu Syok melihat kejadian itu. Ia kemudian merasakan jika Eun memeluknya erat.

"Aku...tidak menyangka jika Yo hyung akan mencari ku. Bagaimana dengan nasib keluarga ku? Apa mereka selamat?" Tanya Eun dibendung kesedihan. Soon Deok dengan cepat mengelus punggung Eun agar suaminya itu merasa sedikit tenang.

Terdengar isak tangis Eun yang mulai mereda.

"Aku yakin mereka baik-baik saja, Yang Mulia." Ucap Soon Deok pelan.

'Tapi aku tidak merasa yakin dengan itu, Yang Mulia.' Lanjutnya dalam hati.

"Benarkah?" Tanya Eun mencoba memastikan.

"Ye, kita akan berlindung disini beberapa hari setelah itu kita akan pergi dari sini menuju ke Tamra." Jelas Soon Deok yang sudah melepas pelukannya dari Eun. Eun terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Sementara itu, aku akan menyamar menjadi pelayan disini, Yang Mulia. Dan kau tidak usah keluar dari kamar ini, mengerti?"

"Hemm... Baiklah." Ucap Eun kemudian membaringkan diri dia tas kasur yang berukuran kecil itu.

Sedangkan Soon Deok menatap Eun yang sudah tertidur itu dengan sedih.

"Kita akan pergi dari sini, Yang Mulia.
Aku janji akan melindungi mu sampai nafas terakhir ku."
.
.
.
.
.
.
Next?

Sedikit info untuk kalian.

Mungkin di cerita ini akan aku ubah alur ceritanya.
Rencananya nanti Eun dan Soon Deok itu tidak mati, tapi melarikan diri ke Tamra.

Apa kalian setuju?

Sekian dari ku.

Jangan lupa untuk vote dan komentar oke?

Gomawo reader!

Wang Eun & Soon Deok #MS2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang