Karena dia orang yang berarti oleh karena itu kamu harus memertahankannya sepenuh hati
INSIDE YOU
...
"Gue takjub ada orang lain yang ngunjungi gue ke sini."
Rangga membalas senyuman sinis, diperhatikannya ruangan penuh obatan itu lalu Revan di sebelahnya, luka secara fisik itu mulai tampak menghilang namun masih membutuhkan beberapa proses terapi mengingat beberapa anggota masih menyisakan ngilu dan nyeri. "Dan gue lebih takjub lo hafal nama gue, Rev."
"Segitu parahnya ya gue," tawa Revan renyah, perlahan-lahan digerakkannya tubuh, tangan, kepala, sedikit demi sedikit latihan agar kembali menjadi sedia kala. "Gue kenal lo karena Eren."
"Hm," gumam Rangga pertanda iya, lalu tersenyum samar. "Maaf kalau gue nanya lo di situasi yang enggak tepat kayak gini tapi-"
"Gue enggak pacaran sama Eren tapi di saat terakhirnya gue melakukan suatu hal yang lebih dari itu," potong Revan langsung, sebelah sudut bibir itu terangkat setengah menatap Rangga, meremehkan. Ya, terlalu mudah pikiran cowok itu untuk dibaca. "Gue pengen lamar dia haha ... tapi siapa disangka kalau pada akhirnya dia ...."
"Pergi," lengkap Revan menelan ludah, tawa yang jelas terdengar renyah itu kini menghilang perlahan, bersamaan dengan sorot mata sendu yang menerawang jauh. "Maaf, padahal gue udah tau lo suka dia, tapi gue yang enggak tau diri ini malah ambil dia dari lo.""Gue enggak punya hak untuk itu. Perasaan Eren ya Eren yang nentuin, gue sebagai sahabat cuma bisa mastiin apakah dia bahagia atau tidak. Selagi dia bahagia meskipun sama orang lain ya gue bisa apa? Gue bahagia melihat dia."
"Gue belum sempat kunjungi keluarga dia," Revan memejamkan mata, diembusnya napas panjang, terbaring lemah. "Gue benar-benar payah."
"Iya lo memang payah," ucap Rangga langsung, diambilnya sebotol air mineral lalu membantu laki-laki itu minum. "Seberat apa pun masalah lo jangan pernah nanggung semuanya sendirian Rev, kalau lo melakukannya ada banyak orang yang salah paham dengan sikap lo."
"Gue, Resa, menganggap lo orang yang paling enggak tanggung jawab terkait Eren, di pemakamannya lo enggak datang, dan tanda-tanda lo buat balas perasaan Eren benar-benar sedikit. Seandainya aja Atha enggak cerita tentang lo ke gue, gue enggak bakal pernah bisa mahami diri lo Rev."
Revan tersenyum samar, menatap sendu. "Hubungan keluarga gue dengan Eren sempat ada konflik, di mana bokap gue ingin jalin kerja sama sampai nentuin masa depan anak-anak mereka buat satukan dua perusahaan, dan dari keluarga Eren sendiri enggak setuju dengan cara itu. Tapi siapa disangka saat penolakan itu terjadi malah gue sama Eren yah lo tau sendiri perasaan kita gimana."
Rangga mengerjapkan mata, mencondongkan tubuh penasaran. "Lo pernah dijodohin sama Eren? Serius? Zaman kayak gini?"
Revan tertawa pelan, menjauhkan botol minuman itu lalu kembali berbaring. "Namanya juga permainan perusahaan Ngga, keluarga gue emang kayak gitu. Tapi ya bukan gue sama Eren, Atha sama Resa yang mereka pilih sebagai bentuk kerja sama cadangan kalau ada hal-hal buruk yang terjadi di perusahaan."
"Pft..." Sontak Rangga membungkam mulut, ditutupnya botol lalu meletakkannya di meja kecil. "Atha? Sama Resa? Bakal perang dunia kelima! Ibarat batu sama batu, kayu sama kayu, dinding sama dinding."
Revan tertawa renyah, mengembus napas panjang. "Ya."
"Rev," panggil Rangga lagi, berhasil membuat pemilik mata bundar itu melirik. "Gue boleh tahu alasan kenapa lo ingin mengakhiri hidup lo sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside You
Teen Fiction"Coba Atha tebak, apa yang jauh di mata tapi dekat di hati?" "Usus." "ATHAA!" ___ Begitulah Atha di mata Netha. Serius, dingin dan kaku. Jika Netha selalu mengejar Atha, maka Atha selalu mengejar uang. Jika Netha selalu mencintai kehadiran Atha...