Orang yang mengatakan bahwa dia bisa sendirian itu sebenarnya ada hal yang dia abaikan bukan? Ah tidak, mungkin lebih tepatnya ia merasakan kehilangan dan menutup diri pada realita yang ada
INSIDE YOU
...
Tuk!
"Atha ...."
Cowok bermata bundar itu menghentikan langkah seketika, wajah yang masih saja tampak pucat dan sayu itu menoleh sejenak begitu berhasil meraih buku dari rak lalu menggeser kursi putar di sirkulasi petugas.
Libur. Ya, seharusnya dirinya meliburkan diri hari ini. Selain Bu Stefi memaksanya untuk beristirahat secara penuh tampaknya kejadian dirinya ambruk berhasil menjadi sorotan para guru.
Tidak butuh cctv, hanya mengandalkan rumor yang beredar dan ucapan tidak penting dari orang lain. Sungguh, dunia menyeramkan jenis apa ini?
Saat dirinya berkelahi dengan anak basket, lalu bekerja di kantin dan terjebak di perpustakaan ini juga menjadi pembicaraan hangat. Segala kegiatannya di sekolah, hal apa yang ia lakukan meskipun sudah berusaha keras, namun tetap saja dipandang negatif oleh orang-orang.
Si mata duitan, gila kerja, seseorang yang hanya sibuk dalam dunianya.
Menyebalkan.
"Kondisi tubuh kamu sudah membaik? Bukannya kamu harus istirahat?"
Dengan tenang Atha menggeleng, menanggapi ucapan Pak Rehan. Tanpa memerhatikan, dibukanya buku dengan lembar beratus halaman tersebut untuk membaca. Terserah, dirinya memang perhitungan, apalagi bicara soal waktu yang tidak ingin ia sia-siakan.
"Bapak penasaran, apa yang membuat kamu bisa jadi sesibuk ini?" tanya pria itu mematikan layar komputernya lalu bersadar di kursi seraya meneguk secangkir kopi di meja. "Keluarga kamu bukan orang yang susah, mudah untuk kamu ingin menjadi apa saja. Kamu banyak koneksi dan jika ingin berkuliah di mana saja kamu tinggal pilih bukan?"
Tanpa menjawab, Atha tetap fokus pada bacaan. Ya, selain dirinya sudah cukup kebal mendengar ucapan miring, maka ia juga sudah kebal mendengar ucapan tentang hal menyenangkan terkait dirinya.
Hidup dalam keluarga yang kaya, anak dari salah satu perusahaan terkenal, dan kenikmatan mana lagi bila ditambah memiliki otak yang cukup pintar hingga mudah baginya untuk melakukan apa saja?
Tidak perlu bekerja terlalu keras seperti orang lainnya, hanya butuh belajar itupun jika dirinya sedang ingin saja.
Mengesalkan.
"Jadi untuk apa kamu bekerja sampai merelakan waktu kamu untuk di kantin? Apa uang jajan dari orang tua kamu belum cukup?"
"Cukup, bahkan berlebih," jawab Atha sekenanya, tanpa berniat mengalihkan pandangan. "Tapi yang perlu Bapak tau saja, semua harta kekayaan itu milik orang tua saya, bukan milik saya. Jadi saya ingin bekerja atau bagaimana bukan urusan Bapak."
Pria itu mengernyit, heran. "Bukankah kamu anaknya? Semuanya nanti akan menurun ke kamu bukan? Ah ya, meskipun kamu punya abang yang berapa tahun lalu juga alumni sini, tapi bukannya kalian bisa berbagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside You
Teen Fiction"Coba Atha tebak, apa yang jauh di mata tapi dekat di hati?" "Usus." "ATHAA!" ___ Begitulah Atha di mata Netha. Serius, dingin dan kaku. Jika Netha selalu mengejar Atha, maka Atha selalu mengejar uang. Jika Netha selalu mencintai kehadiran Atha...