Menghabiskan waktu hanya dengan melakukan pembicaraan yang tidak perlu. Bagaimana bisa ada makhluk seperti itu?
-INSIDE YOU-
...
Dihukum. Jelas sudah satu kata yang begitu asing di telinga Atha. Jika saja boleh memilih maka dirinya jauh lebih menikmati melihat para siswa yang berdiri di tengah lapangan dengan paparan cahaya matahari dibanding harus mengikuti.
Hormat, badan bermandikan keringat, dan demi apa percayalah dirinya sendiri tidak mengetahui apa faedah dari hukuman menatap ujung tiang bendera ini.
Membuat mata sehat? Sepertinya tidak, bagaimana juga kedua mata bundarnya malah terasa perih akibat menyipit untuk menghalangi masuknya matahari.
Menjaga agar tiang bendera ini tidak lari? Maaf, dirinya cukup waras untuk berpikir bahwa benda mati bisa berlari layaknya manusia di muka bumi ini.
"Atha! Atha!"
Nihil, Atha mengabaikan panggilan. Diam-diam digertaknya gigi dengan geram lalu melangkah ke kiri begitu merasa tanda bahaya. Orang gila, untuk berapa kali ingin rasanya ia mengutuki diri begitu menyadari fakta siapa seseorang yang berada di sampingnya.
Netha? Atha memasang wajah jengah, tetap fokus memerhatikan ujung besi tiang bendra yang cukup tinggi. Tidak cukup sebangku dengannya dan sekarang juga harus bersampingan dengan orang yang sama sekali tidak ingin ia harapkan kehadirannya.
Netha mencondongkan tubuh, wajah bulat dengan ekspresi penasaran itu memiringkan kepala. "Atha kenapa bisa dihukum?"
"Karena lo tadi manggil nama gue!"
Ya, ingin rasanya Atha menjawab dengan umpatan yang terus tertahan di kepalanya. Namun mengingat betapa pentingnya menghemat tenaga maka niat itu diurungkan dalam-dalam. "Karena gue manusia," ucap Atha datar.
"Benar juga," Netha mengangguk menyetujui, bola mata itu terangkat seakan berpikir. Netha? Berpikir? Diam-diam Atha tersenyum sinis, pasti dirinya sudah gila. "Karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan 'kan? Setidaknya itu yang Netha baca di novel."
"Hm," gumam Atha sebagai pertanda iya. Netha menyengir kemenangan lalu membalikkan posisi, menjalani hukumannya dengan baik.
Lima menit ....
Sepuluh menit ....
Atha menelan ludah, menarik napas terengah. Sial, semakin dirinya fokus menjalani hukuman maka semakin terasa lelah. Rasa panas yang menyengat di puncak kepala dan rasa haus yang tidak terhingga ingin rasanya membuat Atha mengutuki.
Dirinya pasti akan ke kantin dan membeli es, gagal sudah niat menabungnya hari ini.
Brugh!
Atha tersentak, nyaris limbung ke depan begitu bola berwarna oranye kini membentur punggungnya dengan kuat. Netha yang menyadari sontak menoleh belakang begitu juga dengan Atha yang diam-diam mengepalkan tangan dengan erat.
Siswa kelas 12C sedang jam olahraga. Sekitar lima cowok di sana membalikkan badan tertawa, berkumpul bersama timnya. Dengan wajah tidak bersalah beberapa orang itu malah terlihat senang di saat bola tidak mendarat pada tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside You
Teen Fiction"Coba Atha tebak, apa yang jauh di mata tapi dekat di hati?" "Usus." "ATHAA!" ___ Begitulah Atha di mata Netha. Serius, dingin dan kaku. Jika Netha selalu mengejar Atha, maka Atha selalu mengejar uang. Jika Netha selalu mencintai kehadiran Atha...