Beginikah rasanya berada di samping orang yang kita sayangi? Suaranya, setiap gerak-geriknya, meskipun ingin mengalihkan pandangan namun tetap saja tidak dapat melepasnya
INSIDE YOU
...
"Yash! Netha hadir di sini!"
Atha mendesis, mengerlingkan pandangan ke kanan. Tak pernah sedikit pun terlintas di pikirannya bahwa semua akan berujung bencana seperti ini. Menjadi petugas perpustakaan tanpa dibayar, dan sekarang?
Netha? Dirinya bersama alien ini?
"Siang Atha," sapa Netha menyengir. Tanpa membalas Atha kembali berkutat dengan tugasnya, dalam dua puluh menit cewek itu selalu memamerkan cengiran dan sipitan mata senangnya. Entah bagaimana bisa ada makhluk dengan bentukan seperti itu.
Seakan tidak pernah kehilangan energi dan semakin bersemangat saja bila berinteraksi dengan setiap orang.
Cewek yang polos tanpa mengetahui betapa mengerikannya arti sebuah kegagalan, kekecewaan, dan kesakitan.
Menyeramkan.
"Terima kasih sudah meminjam! Bukunya pasti senang deh dibaca sama kamu," ucap Netha berulangkali, khususnya kepada para siswa siswi yang meminjam buku.
"Bodoh." Atha mengerlingkan pandangan dengan tajam. Bunyi tarikan lem isolasi terdengar dari meja Atha dan Netha yang mulai sedikit bersantai. "Buku enggak punya perasaan ataupun emosi. Apa lo harus dikembalikan ke TK buat tahu mana yang benda hidup sama mati?"
Netha menggeleng, tersenyum simpul seraya memotong kertas barcode yang telah dicetak beberapa menit lalu. "Buku memang benda mati, tapi Netha yakin kok buku punya emosi."
Atha tersenyum sinis, setengah melemparkan buku yang sudah di-barcode dengan rapi ke troli. "Terus yakini pikiran lo yang aneh itu."
"Atha enggak pernah baca buku ya?" celetuk Netha polos. Sontak saja Atha yang duduk di kursi putar hitam itu termundur belakang begitu novel disodorkan secara tiba-tiba tepat beberapa senti dari wajahnya. "Coba deh Atha baca novel."
Atha mendesis, menepis lengan kecil itu. "Gue sibuk, enggak punya waktu."
"Hih ...." Netha mendelik, mata bulat itu mengkerjap, sama dengan mulut yang selalu mengerucut ketika berbicara. "Atha tuh bukannya enggak punya waktu, tapi Atha enggak bikin prioritas aja."
"Ya, ya," ucap Atha malas. Melemparkan buku yang telah selesai di data kembali ke troli. Mendarat dengan mulus.
"Kalau Atha baca apalagi novel ya, itu tuh punya emosi tau. Aneh memang, Netha bisa ketawa tapi bisa sedih juga bahkan paling parahnya Netha bisa aja galau berhari-hari karena ketemu ending yang gantung."
Nyaris saja Atha menutup telinga disaat suara fals Netha berteriak kencang. "Ah! Sedih banget pokoknya kalau dapat cerita yang ending-nya gantung. Cukup cinta Netha aja digantung sama Atha, enggak perlu ending novel lagi."
"Bukan gue yang ngegantung, lo yang terlalu berharap," ucap Atha ketus, tanpa menoleh.
Nerha membulatkan mata, syok. "Ah! Netha tertusuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside You
Genç Kurgu"Coba Atha tebak, apa yang jauh di mata tapi dekat di hati?" "Usus." "ATHAA!" ___ Begitulah Atha di mata Netha. Serius, dingin dan kaku. Jika Netha selalu mengejar Atha, maka Atha selalu mengejar uang. Jika Netha selalu mencintai kehadiran Atha...