Semakin kamu menyangkal perasaan itu, maka rasa sakit tersebut akan tumbuh setiap waktu
INSIDE YOU
...
Yang kini engkau cinta sebagai bintang hati
Teruslah berpijar hingga saat kau lelah
Kau hanya bisa temani, untukku saja.Hingga esokku berarti, betapa cintaku
Untuk kau hias sebagai bintang hatimu
Hingga hari sekian cintamu utuh ...
Bersamaku.Bus sekolah bagian C menyusuri jalanan kota dengan cepat. Siang yang tadinya begitu terik kini tampak sedikit redup begitu menyadari perlahan terbenamnya matahari.
Kota yang berisik, angin senja yang berhembus perlahan, dan pemandangan sore yang begitu menenangkan. Perlahan kedua mata bundar Atha mengerjap, memerhatikan kendaraan bermotor yang tampak rendah bila dilihat dari bus, dibiarkannya musik mengalun di telinganya di saat orang di samping meminta mendengarkannya berulang kali.
Tenang, aman, dan meskipun ada rasa sedikit takut bila ia tidak menyangkalnya.
Untuk pertama kali setelah sekian lama otaknya bisa terasa tenang di hari ini, bukan senantiasa menatap jam dan menghitung apa saja hal yang sudah ia lakukan sepanjang hari. Belajar, bekerja di mana saja, dan menghitung hal apa yang dapat ia jadikan uang.
Tidakkah uang yang harusnya dipandang sebagai hal menyenangkan malah menjadi hal yang membebankan ketika berhadapan dengannya?
Ada rasa tidak cukup dan ingin mengejarnya terus menerus. Parahnya lagi, bisa saja seseorang lupa untuk menghela napas sejenak dan terus berlari tanpa memedulikan kondisi tubuh.
"Atha," panggil Netha duduk di samping Atha. Volume dari sebelah headset yang terhubung dikecilkan sejenak agar dapat mendengarkan panggilan. "Kita benaran langsung salurkan bantuan buku ini untuk orang-orang?"
"Hmm," gumam Atha sebagai pertanda iya. Seakan bosan menatap pemandangan luar melalui jendela bus sekolah kini ditutupnya kedua mata, mencoba beristirahat.
"Tempatnya jauh tidak?" tanya Netha penasaran, meraih sesuatu dari tas lalu mengeceknya. "Soalnya kamera Netha batrainya udah mau habis, hp Netha juga. Lagi enggak bawa charger."
"Lumayan, tapi entar ambil motor gue dulu di kafe Gabriel," ucap Atha setengah sadar. "Kalau habis bisa pakai hp gue."
Netha mengangguk paham, menutup tas kembali lalu memerhatikan pemilik wajah bundar Atha. Meskipun tidak tidur sepenuhnya namun entah mengapa terlihat begitu kelelahan, untuk pertama kalinya Netha dapat melihat cekungan mata yang begitu jelas serta wajah pucat akibat kurang beristirahat.
Atha yang diam-diam bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang? Sungguh Netha sama sekali tidak dapat memasuki kehidupan cowok ini. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui, kehidupan, lingkungan, bahkan seperti apa sifat Atha yang sesungguhnya.
Ada banyak pikiran yang saling bertolak belakang hingga terkadang membuat Netha sendiri kesulitan untuk menebaknya.
Seakan menyadari pikirannya, Netha menggeleng cepat. Tidak, Atha bukan permainan teka-teki yang harus ditebak, Atha adalah manusia yang harus dimengerti dan dipahami jika ingin masuk ke kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside You
Teen Fiction"Coba Atha tebak, apa yang jauh di mata tapi dekat di hati?" "Usus." "ATHAA!" ___ Begitulah Atha di mata Netha. Serius, dingin dan kaku. Jika Netha selalu mengejar Atha, maka Atha selalu mengejar uang. Jika Netha selalu mencintai kehadiran Atha...