BAB 22 : HAL BAIK DAN BURUK UNTUK KITA

646 88 15
                                    

Mungkin bertemu denganmu tidaklah seburuk yang kukira dan kupikir juga menjadi sebaliknya. Untukmu, mungkin dengan adanya diriku tidaklah menjadi pertemuan sebaik yang dikira.

INSIDE YOU

...

Naikkan nilai. Harus lebih dari enam puluh.

Netha berdecak kesal, diacaknya rambut dengan gusar lalu kembali menekan tuts hitam putih yang berada di depannya. Suara piano mengalun lambat, bersamaan dengan suasana hatinya yang memburuk seketika. Ya, dirinya membutuhkan waktu untuk mengisi energi lagi sampai suasana hati ini benar-benar membaik.

Pintu musik terbuka seketika, berhasil membuat ruangan yang tampak remang itu kini dipenuhi cahaya begitu dibuka dengan lebar.

"Baru kali ini gue dengar lagu twinkle-twinkle little star dimainin jadi musik horor."

Sontak mata Netha membulat seketika, bibir bawah yang tadinya mengerucut kini terangkat cerah begitu memerhatikan seseorang yang berdiri di ambang pintu sana.

Suara bass yang tidak asing, disambut dengan angkatan sebelah alis yang selalu terasa sinis.

"Atha?!" panggil Netha tertawa pelan. "Atha ngapain ke sini?"

Dengan kedua tangan yang berada di saku celana, Atha memerhatikan sekeliling. "Dilihat dari wajah lo kayaknya lo berpikir kalau gue datang kesini karena cemas. Tapi tenang aja semua itu enggak bakalan terjadi."

"Kalau terjadi juga enggak apa," Netha menyengir, masih saja betah duduk berhadapan dengan piano tersebut. "Netha senang kok."

"Tapi enggak senang untuk gue," ucap Atha cepat, diembuskannya napas panjang lalu membalikkan badan. "Ya udah, gue mau balik ke kelas."

"Eh! Atha!" tahan Netha, berhasil membuat pemilik langkah lebar itu terhenti seketika. Netha menyengir, menggeser posisi duduk seraya menepuk bangku panjang itu. "Atha ke sini mau main piano juga kan?"

Tampak kepala cowok itu tertunduk sejenak, berbicara tanpa menoleh belakang. "Gue enggak mau mainin lagu horor."

Bibir bawah Netha terangkat, namun tak lama menggeleng begitu senyum mengembang begitu cepat. "Kalau ada Atha, lagunya jadi senang kok. Ayo main!"

Dengan setengah hati Atha membalikkan badan, didaratkannya tubuh di bangku itu seraya bermain di sisi kanan.

"Twinkle-twinkle per level! Gimana? Biar enggak jadi horor." 

"Terserah." 

Tuts piano perlahan ditekan dimulai dari tahap mudah, baik Netha maupun Atha keduanya bertaruh bisa mengganti permainan ini sambil memejamkan mata. 

Level kedua, tiga dan empat. Semakin cepat dengan tingkatan perlahan berubah menjadi sulit, begitu banyak tuts yang ditekan, membutuhkan kelihaian jari yang begitu cepat dan kepekaan terhadap nada yang begitu dalam. 

Tanpa disadari, perlahan Atha menelan ludah. Gawat!!

"Level enam, Atha!"

"Oke," gumam Atha menunduk, fokus pada setiap tuts yang ditekan. Semakin cepat begitu juga dengan level yang semakin bertambah. Pusing, sungguh Atha merasa kepalanya sedang tidak baik sekarang. Terlalu cepat dan terlalu banyak tuts yang ditekan hingga berhasil membuat dirinya kebingungan. 

"Delapan, Atha!" ucap Netha semangat, wajah yang tadi sempat Atha pergoki kesal kini seakan melampiaskan pada permainannya, semakin kesal semakin cepat, dan baru Atha sadari betapa hebatnya fokus cewek itu di saat seperti ini. 

Inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang