#1
"Hati lo boleh patah, tapi bukan berarti lo harus nutup hati lo, Sa"
Saat kejadian dua tahun lalu, Alysa mengucap janjinya untuk tidak suka dengan seseorang.
Selama dua tahun gadis remaja yang selalu dikuncir satu itu menjalankan hidupnya tanpa adanya orang spesial, kecuali Milla. Sahabat sejak ia berusia lima tahun. Milla pun tau persis kejadian yang menimpa sahabatnya, Alysa.
Bel istirahat sudah dimulai lima menit yang lalu, kelas Alysa baru saja istirahat setelah melewati ulangan dadakan. Langsung saja Alysa melangkahkan kaki ke kantin karena perutnya sudah meronta-ronta untuk diisi.
Milla udah istirahat belum ya gumam Alysa sembari melihat ke sebuah arloji yang melingkar sempurna dipergelangan tangan kirinya. Tanpa basa basi, Alysa memutar arah langkah kakinya menuju ke sebuah tukang bakso.
"Alysaaa" suara teriakan yang berasal dari salah satu meja makan. langsung saja Alysa mencari sumber suara tersebut dan ternyata suara Milla yang sudah menempati meja makan sebelah ujung kanan.
Milla nampak sendirian dan hanya ditemani dengan sebuah laptop biru donkernya dan sisa makanan yang baru saja selesai disantapnya. Alysa pun langsung menuju ke meja yang kini Milla tempati.
"Eh Mil, sendirian aja lo?" ucap Alysa duduk di sebelah Milla
"Keliatannya gimana Al?" ketus Milla, "Ngomong-ngomong, lo kok baru istirahat sih? Tumben banget"
"Iya nih, tadi ada ulangan mendadak, mana soalnya susah banget lagi, bete." Alysa bergumam dengan wajah jengkelnya.
"Makanya belajar Al, jangan novel terus. Inget lho, kita udah semester 5 bentar lagi lulus, lo mau enggak lulus?" nasehat Milla.
"Iya-iya Mil tau" gumam Alysa sembari tangan kanan menadah dagunya. "Oh God, gue lupa, gue lagi mesen bakso, bentar ya Mil gue ambil bakso pesenan gue dulu. Oh iya, elo udah makan?" ia langsung terbangun dari duduknya.
"Ini gue baru selesai makan Sa, udah sana ambil dulu pesenan lo ntar keburu bel istirahat abis" perintah Milla
Alysa langsung menuju tukang bakso yang entah pesanannya sudah dibuatkan atau belum.
Alysa memang suka dengan bakso apalagi ditambah dengan beberapa sendok sambal yang cukup terlihat sangat pedas jika dimakan.
Sejak dulu, Alysa suka dengan makanan yang pedas, dan menurutnya hambar jika tidak ada sambal. Sesampainya ia di tukang bakso langganannya, ia cukup terkejut karena pesanannya belum juga dibuat.
"Lho bang, bakso pesanan saya mana? Belum dibuat ya?” ketusnya dengan mengerutkan dahi.Nampaknya tukang bakso itu baru saja kewalahan setelah melayani banyaknya pesanan, memang saat Alysa memesan bakso, sudah banyak yang mengantri untuk memesan bakso, dengan rasa bersalah meski jelas ini bukan salahnya, abang tukang bakso pun meminta maaf pada Alysa dan langsung membuatkan pesanannya.
Tiba-tiba saja, sekelompok anak cowok yang Alysa kenal datang dan memesan bakso tanpa melihat adanya Alysa yang sedang sabar menunggu pesanannya. Sehingga Alysa terdorong dari posisinya.
"Bang, baksonya 1, pake bihun sambelnya 3 sendok" ucap Erik salah satu dari sekelompok anak cowok yang tiba-ba-tiba datang tanpa permisi
"Iya Bang, saya juga, kecapnya dikit aja" Lanjut Steve.
Sontak membuat Alysa geram
"Woy, ngantri kali"Mereka menatap Alysa bersamaan lalu mengabaikannya dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lollipop And Cotton Candy [Completed]
Teen Fiction[Telah direvisi] "Jangan lagi tanya 'Kenapa' karena udah jelas, gue nunggu lo karena gue sayang sama lo. Gak butuh alesan untuk sayang sama lo.." - Devan Edgar Wijaya (Lollipop And Cotton Candy ©2017)