#22
Sesampainya Alysa di Gedung Olahraga. Ia hanya terdiam di ambang pagar. Memandang lamat gedung tua yang kini ada di hadapannya. Kemudian Alysa menolehkan kepalanya kearah kanannya, ia mengharapkan sosok Bagas ada disebelahnya.
Memandang Gedung tua yang sama, melangkah masuk bersama dan bersemangat untuk mewujudnya impian mereka yang sudah ada didepan mata mereka. Senyum tipis nan manis kini terlihat diwajah gadis berkuncir satu yang menyukai permen kapas.
Lalu menghelai nafas panjang dan seketika menutup kedua matanya. Kini harapannya hanyalah sekedar harapan. Hingga sebuah tepukan lembut mendarat dipundak gadis berkuncir satu yang masih memandangi gedung tua itu.
“Nak? Ayo masuk” ucap sang Mama. Alysa tersadar dan hanya mengangguk. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya untuk memasuki Gedung itu, ia menolehkan kepalanya kearah jalanan.
Berharap mobil hitam yang sering Bagas kenakan terlihat diujung jalan yang sepi nan sunyi. Begitu banyak harapan gadis berkuncir satu itu.
“Sayang ayo” ucap Ayah yang sudah berada di pintu masuk bersama Mama.
Alysa pun bergegas dengan melepaskan senyum tipisnya, melangkah ke lapangan indoor bersama kedua orang tuanya.
Disepanjang jalan menuju lapangan sangat banyak orang-orang. Bagaimana dilapangan nanti, pasti banyak sekali orang-orang. Langkahnya kini terhenti pada sebuat podium lapangan. Lalu, menghampiri teamnya sedangkan orang tuanya memisahkan diri darinya, mereka duduk dikursi penonton.
Alysa menyapa team nya dengan semangat, senyumnya melebar seiring ramainya orang dilapangan. I can do it. Gumam Alysa sembari memandang sekelilingnya.
“Ayo team kumpul” ucap Scout.
Bersiap untuk bertanding! Berdoa kemudian melakukan yel-yel. Menumpukkan satu tangan pada satu tumpuan, hingga saat tumpukan terakhir Alysa nampak bingung lalu ia mencari tahu itu tangan siapa. Mata Alysa pun terbelalak bahkan team pun juga bereaksi sama.
“BAGAS?” ucap Alysa spontan.
Bagas hanya tersenyum lebar dengan megenakan baju volley bernomor punggung 88. Team pun ikut senang karena melihat kedatangan Bagas dengan tiba-tiba. Kini mereka mengayunkan tumpuan sembari beryel-yel. Setelah beryel-yel mereka bergegas kelapangan.
Alysa yang terlebih dahulu menuju lapangan, ia pun menghentikan langkahnya saat tau Bagas tidak menuju kelapangan. Alysa berbalik dan menghampiri Bagas.
“Kenapa? Ayo tanding” kata Alysa, namun Bagas hanya tersenyum seadanya. Membuat Alysa terdiam dan memikirkan sesuatu. Kini ekspresi Alysa berubah,
“Lo dateng bukan buat ikut tanding? Tapi lo dateng Cuma buat ngasih semangat team?” jelas Alysa. Bagas hanya terdiam. Dan Alysa tertunduk dan mencoba mengerti.
“Oke kalo gitu, gue kesana dulu” ucap Alysa yang ingin bergegas menuju kembali ke lapangan namun Bagas menahan langkah Alysa.
“Gue ikut” jawab Bagas singkat sembari melebarkan senyumnya. Ekspresi Alysa berubah senang. Mereka berdua pun kembali ke lapangan dan bertanding bersama team.
Di tengah pertandingan, Alysa menatap Bagas lalu menatap para penonton. Tertuju pada seorang wanita berusian 40-an mengenakan pakaian dari rajutan wol dengan rambut di ikat berantakkan.
Memberi semangat pada seseorang. Dengan sangat amat bersemangat. tak salah lagi, dia adalah Mamanya Bagas tanpa ditemanin oleh Ayah atau Abangnya. Seorang diri datang untuk memberikan anaknya Semangat! Betapa sayangnya seorang ibu terhadap anaknya terwujud pada Mamanya Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lollipop And Cotton Candy [Completed]
Teen Fiction[Telah direvisi] "Jangan lagi tanya 'Kenapa' karena udah jelas, gue nunggu lo karena gue sayang sama lo. Gak butuh alesan untuk sayang sama lo.." - Devan Edgar Wijaya (Lollipop And Cotton Candy ©2017)