Dari raut wajahnya saja sudah jelas terlihat gugup. Debaran jantungnya semakin memburu seiring langkah kakinya yang mendekati apartemen pria itu. Bahkan dicuaca yang sedingin itu keringat berhasil muncul di keningnya, Dan di telapak tangannya yang sedari tadi terus di genggam erat olehnya. Namun anehnya, Yoona sama sekali tak menolak permintaan itu. Ya, Walau Sehun hanya mengatakan untuk pulang ke apartemennya. Tapi perkataan Sehun sukses menghasilkan berbagai asumsi berbisik liar di telinganya.
Tak sepertinya yang terbakar kegelisahan. Sehun jauh lebih santai bahkan kelewat santai. Di dalam lift saja pria itu masih sempat bersiul padahal tidak pernah begitu sebelumnya. Yoona yang berisik malah bungkam seribu bahasa. Akibat imajinasi liarnya yang tak terkontrol. Mereka keluar dari lift dengan perasaan yang berbanding tebalik. Jika Sehun melangkah santai dan tetap gagah. Berbeda dengan Yoona yang semakin kikuk tatkala kaki semakin bergerak mendekati TKP.
Bunyi langkah kaki Sehun seakan terdengar seperti bunyi timer bom. Setiap dentumannya mengingatkannya akan bahaya yang akan segera menyerangnya. Keringat yang tak seharusnya muncul semakin membanjiri kening dan telapak tangannya. Bahkan ia berniat membuka coat yang ia gunakan akibat hawa panas yang tengah menggerogoti tubuhnya. Sehun membuka pintu apartemennya! Nafasnya dan detak jantungnya semakin memburu. Hidungnya kempas kempis mengendus gelisah. Kakinya mengetuk lantai tak beraturan. Tangannya semakin basah akan keringat. Bibirnya bergetar pelan hendak berkata. Namun nyatanya terus mengatup rapat. Dan tepat ketika itulah, Pintu apartemen terbuka lebar seakan mempersilahkannya untuk masuk kedalam sana.
"Heeeeeee????????" Reflek tubuhnya mematung melihat itu. Melihat apa yang kini ada di hadapannya. Apa yang tertangkap oleh matanya. Segala kegelisahan menghilang seketika, Tak berbekas. Yang tertinggal hanya sisa debaran jantungnya yang masih setia memberinya kehidupan.
"Masuklah." Tegur Sehun yang sudah melangkah masuk. Masih penuh tanya Yoona melangkah masuk mengikuti pria itu. Mengamati kondisi apartemen itu dengan takjub. "Pakai ini." Melempar sebuah celemek ke Yoona. "Dan ini juga." Ditambah sebuah sarung tangan, Masker pelindung wajah, Dan syal penutup kepala. "Kita mulai." Penuh kepasrahan. Yoona menghela panjang tak percaya dengan semua itu.Apartemen itu bagaikan kapal pecah yang tak pantas dihuni. Kain gorden terlepas dari sangkutan dan menyisakan sebagiannya di sana. Dinding kaca berubah menjadi white board yang dipenuhi dengan tulisan dan gambar abstrak. Letak sofa berubah 180 derajat, Begitu juga dengan meja. Layar televisi yang tak bersalah itu juga ikut menggantikan peran black board. Lalu lantai, Dipastikan dapat menemukan berbagai macam kemasan dari produk makanan ringan. Lalu apa yang sebenarnya telah terjadi? Ulah siapa semua itu?
Satu hal yang harus di jawab pertama kali. Semua itu ulah Sora dan teman-temannya. Apa yang terjadi? Tadinya, Sepulang ia dari sekolah. Tanpa mengabari Sehun dan Shindong. Ia langsung meminta bis sekolah mengantarnya kesana beserta teman sekelasnya. Alasannya? Karena teman-temannya terus mendesaknya dan meminta untuk melihat seperti apa tempat tinggalnya. Alias tempat tinggal dari anak seorang mantan petenis terkenal yang kini malah semakin terkenal semenjak merambah ke dunia model. Dan yang pertama kali menangkap aksi mereka adalah Shindong. Yang kebetulan tengah berada di apartemen itu menunggu jam pulang Sora. Sedangkan Sehun masih sibuk dengan kerjaannya.
Bahkan Shindong yang sebesar itu tidak mampu mengawasi tingkah bocah-bocah itu. Dua orang guru juga ikut dengan mereka, Namun tetap saja, Mereka tak semudah itu. Sora mengeluarkan semua mainannya dari ruang bermainnya. Makanan ringan miliknya yang bersemedi di kulkas habis tuntas. Juga termasuk yang disembunyikan Sehun, Gadis kecil itu berhasil menemukannya dan membagikannya ke semua teman-temannya. Saking kelelahannya, Shindong dan kedua guru mereka sampai terkapar di sudut ruang keluarga. Dan apa yang Yoona lihat kini adalah sisa dari kericuhan yang tadinya terjadi.
"Sepulangku dari pekerjaanku. Aku mendapatkan kondisi apartemenku yang berubah kacau seperti itu. Aku tidak menemukan Sora dan Shindong hyung. Ketika kuhubungi, Hyung mengatakan bahwa Sora tak berani bertemu denganku. Takut aku memarahinya." Jelas Sehun seraya membuka coatnya. Menggulung lengan sweaternya sebatas siku. "Terlalu menyesakkan untukku. Aku coba menghubungimu. Tapi ponselmu tak dapat dihubungi. Aku hubungi Hyeri, Setelah itu aku langsung menyusul kalian disana."
"Kau benar-benar akan memarahinya?" Tanya Yoona yang mau tidak mau mulai mengumpulkan sampah.
"Entahlah." Sahut Sehun yang ikut membantunya mengumpulkan sampah dari sudut berlawanan.
"Jangan.. Dia hanya mencoba bersenang-senang dengan teman-temannya." Sehun menggangguk sedikit menyetujui itu. "Kau hanya perlu mengingatkannya, bahwa apa yang ia lakukan salah. Katakan baik-baik. Jangan sekali-kali meninggikan suaramu." Mereka terus bergerak santai sambil terus berbincang. "Sora hanya perlu diberikan penjelasan mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Tanpa perlu mendapatkan kekerasan kata maupun fisik." Sejenak Sehun menghentikan aktifitasnya, Mengamati Yoona dengan perasaan bangga. "Wae?" Tanya Yoona yang menyadari tatapannya. Pria itu hanya tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya.