Sinar matahari pagi menyinari wajahnya. Kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. dari balik selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, ia tersenyum dengan matanya yang masih tertutup rapat. Rambut blonde panjangnya terlihat berantakkan, beberapa helai menutupi wajah manisnya. Dapat ia hirup aroma kopi di kamarnya itu. Juga suara anak kecil yang tengah tertawa diiringi suara berisik dari siaran televisi.
"Tunggu!" ia tersentak kaget. Matanya melotot menatap langit kamarnya. "ini bukan kamarku!" erangnya dalam hati. Masih berbaring, menyibak selimutnya. Dilihatnya tubuhnya yang mengenakan kemeja putih yang kebesaran. "ini juga bukan pakaianku!" dengan gerakkan cepat duduk dari tidurnya. Ditepi tempat tidur, mengamati kamar itu. "dimana aku?!!!!" meringis panik. Kembali didengarnya suara tawa seorang anak. Mencoba meyakinkan dirinya, melangkah keluar dari kamar itu. "kenapa aku merasa pernah kesini?" melewati koridor yang dipenuhi dengan rak berisikan banyak piagam. Dan diujung koridor, sebuah ruangan yang luas, ruang keluarga dan dapur yang menjadi satu. Dengan mata bulatnya, kembali melotot menatap tontonan yang ada dihadapannya.
"Oo? Appa, dia sudah bangun!" seru seorang gadis kecil, menunjuk kearah Yoona yang tengah berdiri di sudut ruangan itu, menatap mereka tak percaya. dilihatnya, pria yang baru saja dipanggil appa, tengah menoleh padanya. Mendadak lututnya melemas. Pria tampan itu menatapnya tak bersahabat. Seakan penuh amarah yang tertahan.
Apa yang sebenarnya telah terjadi?!!!! Batinnya siap menangis.<<<Flashback
Duduk santai berdampingan dengan Sora di sofa empuk apartemen itu. Duduk menghadap layar televisi yang tengah mempertontonkan aktifitas anak-anak artis Korea. Ayah dan anak itu sama-sama tertawa ketika melihat aksi lucu dari tontonan itu. Sora menikmati cemilannya setelah baru saja selesai menyantap makan malamnya. Dan Sehun tengah menyeruput kopinya yang merupakan gelas keduanya.
"Appa, ini gelas terakhirmu, mengerti?" peringatan dari Sora yang selalu mengingatkannya untuk mengurangi mengkonsumsi kopi. Sekilas Sora terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan teman-temannya disekolah. Hal biasa bagi anak-anak yang tak ber-Ibu.
"Ne.. Arrasoyo.." jawab Sehun berusaha terlihat imut dan berhasil membuat Sora tertawa karenanya.
"Appa, kapan aku bisa memiliki seorang ibu?" mendadak membuat Sehun tersedak dan langsung meletakkan cangkirnya.
"Ee?" dilihatnya wajah polos anaknya itu.
"Aku sudah tidak sabar untuk menyebut eomma." ujar Sora. Sekilas ia merasa sedih melihat putrinya itu.
"Sora-a, kau.."Ting Tong.. Ting Tong..
Perkataannya terhenti dikarenakan bunyi bel apartemennya. Mata Sehun dengan cepat melirik jam dinding, bukan waktu yang pantas untuk seseorang berkunjung. Pada saat itu sudah sangat larut. Dan tidak mungkin jika Henry yang datang, karena dokter itu baru saja dari apartemennya. Juga tidak mungkin orangtuanya, mereka akan menghubunginya jika akan mengunjunginya. Lalu siapa?
Meninggalkan Sora di sofa. Terus memikirkan itu, Sehun mulai melangkah menuju pintu. Sebelum itu ia mencoba melihat dari monitor yang terdapat tidak jauh dari pintunya, yang terlihat hanya dinding. Mungkin orang iseng. Pikirnya dan kembali ke sofa. Ting Tong.. Ting Tong.. belnya kembali terdengar. Mendengus menahan kesal. Perasaan sudah tidak tenang. Dengan cepat kakinya melangkah ke hadapan pintu. Tanpa ragu, Sehun langsung membuka pintu apartemennya.
"Kenapa kau lama sekali! Aku sudah menunggu lama! Apa kau tidak pikir betapa lelahnya aku?" gadis itu memukuli tubuhnya.
"Yak.." hendak memarahinya, tapi ketika itu Sehun menyadari sesuatu. Aroma alkohol tercium kuat dari tubuh gadis itu dan jika diperhatikan, gadis itu sudah tidak menyadari perbuatannya. Ya, benar sekali. Gadis itu sudah mabuk.
"Aku haus, berikan aku minum." gadis itu mencoba masuk, tapi ditahan oleh Sehun.
"Jangan masuk." kata Sehun menghalanginya.
"Aku haus!" teriaknya. Dapat dipastikan tetangga pria itu pasti mulai terusik akan keributan yang gadis itu perbuat.
"Pergilah.." berusaha menolaknya dengan baik.
"Yak! sudah aku katakan, aku haus! Berikan aku minum.." dan mulai berakting dengan aegyonya yang lumayan imut. Sadar bahwa gadis itu tengah mabuk, Sehun tetap menolaknya. Sehun hendak menutup pintu apartemennya, tapi entah dapat kekuatan dari mana, gadis itu menarik pintu itu lalu mendorong tubuhnya dengan kuat hingga berhasil menerobos masuk kedalam apartemennya.
"Y-yak!" segera mengejar gadis itu yang kini tengah meringkuk di lantai dapur. "kau sedang apa?" tanya Sehun yang tengah melangkah menghampirinya. Dilihatnya, gadis yang berparas cantik itu tengah tersenyum mengamati lantai rumah itu. "jogiyo.." terus berusaha menegurnya, tapi tak juga dihiraukan.
"Kenapa lantai rumahmu terbuat dari kaca? Jika begini aku dapat melihat pantulan diriku dari lantai." ujarnya yang mulai melantur. "omo! Celana dalamku juga dapat terlihat!" ia berdiri dan langsung menghadap Sehun yang sudah berdiri disampingnya. Menyilangkan kedua kakinya dengan rapat. "kau pasti sengaja! Apa kau mau mengintip celana dalamku? Hah!" raut wajah Sehun semakin terlihat kesal. Ia sudah sangat bersabar.
"Sebaiknya kau pergi sebelum aku memanggil pihak keamanan dan kau.." dan gadis itu muntah.
"..." tak bisa berkata. Jengkel bukan main. Entah sudah sadar atau tidak, gadis itu berlari lalu masuk kedalam toilet. Tinggallah Sehun disana dengan sisa kotoran itu. Tidak mampu membiarkan kotoran itu disana, dirinya yang termasuk pembersih langsung bergerak cepat untuk membersihkannya.