The Fault (Chapter 18)

3.5K 367 34
                                    

     Tak sekalipun berhenti melirik Yoona yang masih saja bungkam, duduk disampingnya seakan tak menganggapnya ada. Ia mencoba untuk memahami perasaan gadis itu dan tetap fokus menyetir. Ia sudah titipkan Sora pada orangtua Yoona, dengan begitu ia akan memanfaatkan waktu berdua mereka baik. Ya, ia harus lakukan itu dan tidak akan ia undur lagi. Sebelumnya ia juga sudah membicarakan mengenai hal itu dengan ayah Yoona. Tak ia sangka, niatnya disambut baik. Membuatnya semakin yakin dan semakin mantap mengarahkan stir mobilnya menuju tempat yang sudah ia siapkan jauh hari.
     "Marah padaku?" tegurnya. Tapi Yoona masih saja berdiam diri. Manik mata yang ia rindukan itu hanya menatap lurus kedepan tanpa memberinya kesempatan untuk menikmati keindahan mata itu. Sehun tersenyum kecut atas perlakuan itu.

     Yoona memang berniat menghukum pria itu dengan cara bungkam seribu bahasa. Dilihatnya mobil itu yang tak juga berhenti meluncur bahkan 2 jam sudah berlalu. Jalur perjalanan mereka juga menuju tempat yang tak terlalu Yoona kenal. Mereka keluar masuk tol dan berakhir ke jalan dengan bagian kanan bertepi jurang dan tertutupi pepohonan tak berdaun. Lama dari itu dari sela pepohonan, jurang yang terjal itu memperlihatkan pesisir pantai. Semakin mendekati tujuan dan semakin terlihat jelas laut yang membentang luas dengan pesisir pantai yang tampak putih bersih. Tak bisa dipungkiri, Yoona benar-benar tak bisa berkata. pemandangan itu luar biasa indah.

     Mobil memasuki perkarangan sebuah rumah. Rumah berukuran sedang dengan halaman yang luas. Dindingnya bercatkan warna putih. Warna putih itu dihiasi sebuah tanaman menjalar yang bunganya tak berhasil tumbuh dikarenakan kini masih musim dingin. Menuju rumah harus menaiki beberapa anak tangga yang terbuat dari kayu. Membuat rumah itu tampak lebih tinggi dari daratan. Beberapa pohon tak berdaun tumbuh di halaman rumah, membuat keadaan disana tampak indah walau tanpa hijaunya dedaunan.

     Seseorang mengetuk kaca mobil disampingnya, membuat Yoona tersadar setelah melamun lama di dalam mobil. Baru saja ia hendak menoleh, pintu mobil disampingnya sudah terbuka. Terlihatlah Sehun disana, sedang menatapnya diam seakan tengah menunggunya. Entah kapan pria itu keluar dari mobil atau mungkin Yoona lah yang terlalu terlena dengan keindahan disana sehingga tak menyadari pergerakkan pria itu.
     "Mau terus duduk disitu?" tanya Sehun lembut. Yoona usahakan untuk tetap terlihat tenang—walau nyatanya ia sangat gugup dipandangi seperti itu—setelah seminggu lamanya tak saling sapa. Masih bungkam, ia segera keluar dari mobil. Tidak menyambut tangan Sehun yang berniat membantunya. Sehun masih mencoba bersabar dan hanya bisa menahan senyumnya. Dengan langkah lebar ia mendahului Yoona, berniat menuntun Yoona untuk masuk kedalam rumah.

     Pertama memasuki rumah itu, foto kemenangan Sehun dan beberapa medali miliknya menyambut mereka. Beberapa menempel pada dinding dan beberapanya lagi terletak rapi di atas meja. terlihat juga sebuah raket tenis yang dibingkai, ikut terpajang dengan berbagai macam foto penghargaan lainnya. Semua yang ada disana mengingatkan betapa hebatnya pria itu dulunya. Jauh dari kata mengecewakan walau pada akhirnya ia memilih berhenti dari dunia olahraga.

     Hanya terdapat satu kamar tidur dan satu kamar mandi yang terpisah. Walau begitu, semua ruangan disana lumayan besar. Sebuah mini bar yang bersambungan dengan dapur bersih. Ada juga ruang santai yang di fasilitasi lengkap. Juga balkon yang terdapat di bagian belakang rumah itu, menghadap pantai seakan sudah di set sedemikian rupa. Masih menahan senyuman di wajahnya, walau kini ia sudah sangat gemas melihat ekspresi kagum di wajah Yoona.
     "Kaulah satu-satunya orang yang kubawa kesini," ujarnya menepis kesunyian. Menyadarkan Yoona dari pandangan terpananya pada rumah itu. Dan tanpa sadar membalas tatapan Sehun yang tengah menatapnya datar tapi terlihat serius. "rumah ini adalah tempat persembunyianku dikala aku merasa tertekan dengan pertandinganku."
     "Bahkan Sora?" keluar begitu saja dari mulutnya dan langsung menyesalinya. Akhirnya Sehun tersenyum—karena sudah tak mampu menahannya lebih lama.
     "Aku tidak mungkin membawanya ketika aku tengah merasa terpuruk. Itu hanya akan membuatnya merasa sedih." kata Sehun dengan lembut. Jawabannya malah membuat Yoona manyun.
     "Lalu aku? Bagimu tidak masalah jika aku merasa sedih?" selanya ketus. Dugg! Tangan Sehun bergerak lalu menyentuh pipi gadis itu.
     "Aku juga tidak akan membawamu jika dalam keadaan seperti itu. Kau sama berharganya bagiku." tulang punggung Yoona meremang mendengar perkataan itu. Tatapan pria itu terlalu mendukung perkataannya. Yoona tak mampu melepas tatapan itu, ia sudah sangat merindukan pria itu. Entah dari mana perasaan melankolis itu datang, membuat matanya berair seperti hendak menangis. Seakan mengetahui itu, Sehun melangkah maju lalu menarik Yoona kedalam pelukannya.

The Fault (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang