The Fault (Chapter 17)

2.7K 344 24
                                    

     Tepat ketika kakinya menginjak aspal parkiran. Udara dingin langsung menyerangnya—yang hanya menggunakan dress ketat sepanjang lutut. Tapi ia tak terlihat kedinginan, yang terlihat hanya raut cemasnya. Bahkan ketika Yuri belum benar-benar memarkirkan mobilnya, Yoona sudah lebih dulu berlari keluar. Langkah cepatnya membawanya menuju pintu depan rumah sakit dimana para wartaman tengah berkumpul—karena mereka dilarang masuk kedalam rumah sakit—sebagaimana yang Sehun inginkan.

     Melihat kedatangannya para awak wartawan langsung berlari menujunya. Melihat itu membuat Yuri segera bertindak. Ia berlari sekencang mungkin lalu menarik tangan Yoona. Membawa Yoona menuju pintu lainnya guna menjauh dari wartawan. Mereka tiba di halaman belakang yang sepi dan terjaga ketat oleh beberapa petugas keamanan rumah sakit. Dengan jantungnya yang berdebar hebat Yoona mengikuti langkah Yuri yang menuntunya didepan. Menuju ruang duka dimana Sehun berada. Sepi. Disana sangat sepi. Hanya Shindong yang terlihat. Tidak ada Sora apalagi Sehun.
     "Oppa, dimana Sehun?" Tanyanya langsung.
     "Entahlah, Sejak tadi ia belum juga kembali. Teleponku juga tidak diangkat." Yoona sadari dirinya yang lupa membawa ponsel. "Aku sudah mencoba mencarinya, Tapi tak juga ketemu. Aku sangat.."
     "Yuri-a, Pinjam ponselmu." Sergah Yoona mendesak, menghentikan perkataan Shindong. Yuri serahkan ponselnya ke Yoona. Tanpa mengatakan apapun Yoona langsung pergi dari sana. Berlari menyusuri rumah sakit guna menemukan keberadaan Sehun. Disela itu tangannya mulai menekan nomor Sehun yang syukurnya sudah ia hafal diluar kepala. Benar sekali, Seperti yang Shindong katakan. Tidak diangkat.

     Setengah jam sudah ia mondar-mandir disana, Tapi keberadaan Sehun tak juga ia temukan. Ia sudah sangat kelelahan dan tentunya sangat kedinginan. Dress ketatnya sama sekali tak menghangatkan tubuhnya, Apalagi kini ia hanya menggunakan sandal rumahan yang tadinya tak sempat ia ganti. Sendi-sendinya terasa nyeri akibat kedinginan. Jemarinya sudah terasa kebas sejak tadi. Dengan sisa tenaganya, Ia paksa untuk kembali melangkah. Tanpa menghiraukan pandangan orang disana.
    "Agassi!" Panggil seseorang. Belum juga Yoona berbalik, Seorang wanita tua sudah berdiri didepannya. Dengan sapu dan kain pel yang ia pegang, Menatap Yoona dengan tatapan menebak. "Apa kebetulan anda sedang mencari kekasih anda? Oh Sehun?" Deru nafas Yoona yang kacau perlahan stabil. Yoona mengangguk karena sudah terlalu kelelahan untuk berkata. Tidak perlu heran jika wanita tua itu mengatakan 'Kekasih', Hubungan mereka sudah tersebar ke seluruh pelosok Korsel. "Dia ada disana." Menunjuk kearah pintu menuju tangga darurat. Salah satu tempat yang belum Yoona periksa. "Saya pergi dulu." pamit wanita tua itu.

     Mengamati pintu itu dengan kakinya yang mulai melangkah pelan. Dari berita yang ia dengar disepanjang perjalanannya. Suara dari balik radio mobil mengatakan bahwa kematian Soomi dikarenakan percobaan bunuh diri. Dan itu Soomi lakukan di depan pintu apartemen Sehun. Tentu membuat Yoona tak bisa merasa tenang. Sedari tadi ia terus memikirkannya, Apa yang sebenarnya terjadi? Ingin sekali menanyakan itu pada Sehun. Yang kini sudah dapat ia lihat sosoknya. Tengah duduk menunduk di anak tangga yang sepi—tepat seperti yang wanita tua itu katakan.

     Tak ada keberanian untuk menghampiri pria itu disana. Hanya menyudut di sudut ruang sempit itu, Mengamati Sehun yang berada beberapa anak tangga dibawahnya. Ia sandarkan tubuhnya pada dinding. Lalu di edarkannya pandangannya ke luar dinding kaca yang ada disampingnya. Dilihatnya salju tengah turun, Menari di udara, Membawa udara dinginnya yang semakin menusuk. Ia memang merasa dingin, Tapi sejenak ia rasakan rasa lelahnya yang menghilang dikarenakan keindahan itu.

     Kepingan salju turun perlahan ke bumi. Sesekali mengikuti arah angin lalu berterbangan tanpa arah.  Beberapa darinya sudah menumpuk di daratan. Membuat apa yang tertangkap mata tampak putih akan balutannya. Yoona menghela nafasnya dengan lelah. Padahal tadinya ia ingin mengutuk kepingan es itu, Tapi ketika keindahan yang terlihat mata. Ia hanya bisa menghela pasrah. Haachim! Dan mendadak bersin. Hidungnya yang terasa gatal langsung di usap kesal olehnya. Dugg! Sehun tengah menatapnya. Tiga langkah dihadapannya. Menatapnya lekat dengan sorot mata yang tak terbaca. Seketika tubuhnya mematung, Bahkan udara dingin tak sehebat tatapan pria itu yang mampu membuatnya mematung seperti itu.
"Huh." Hanya dengusan pria itu yang terdengar. Seraya melepas jas hitam miliknya, Sehun melangkah mendekati Yoona. "Kenapa kesini?" Tanyanya lirih tanpa melihat Yoona langsung. Yoona tatap mata coklat miliknya. Tersirat kesedihan yang mendalam disana.
     "Aku mengkhawatirkanmu." Balas Yoona yang langsung mempertemukan tatapan mereka. Sehun diam sejenak, Seperti tengah mencoba untuk terlihat kuat.
     "Nan gwenchana. Sekarang pulanglah." Mendorong tubuh Yoona pelan.
    "Tapi.."
     "Aku benar-benar minta maaf. Tapi saat ini aku sedang ingin sendiri." Tangkas Sehun lembut, Menatapnya dengan sorot memohon. "Akan kusuruh Shindong hyung mengantarmu. Kau tunggu.."
    "Tidak perlu. Aku bersama Yuri." Sela Yoona. Ia terlihat kecewa. Tak lagi menatap Sehun. Ia kuatkan dirinya untuk tidak meneteskan airmata—yang sejak tadi terus memberontak hendak turun. "Kalau begitu aku pulang dulu." Baru selangkah, Ia mendadak berhenti. Dibukanya jas hitam milik pria itu. "Aku tidak perlu ini." Dan kali ini benar-benar berlalu dari hadapan Sehun.

The Fault (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang