Duduk santai di meja kerjanya. Mengamati tumpukkan proposal yang sudah menanti sejak lama, namun tak kunjung disentuh olehnya. Menyeruput kopinya, yang merupakan gelas ketiga setelah seharian melewatkan jadwal makannya. Suramnya malam terpampang jelas dari balik dinding kaca apartemennya. Sedikit memutar posisi kursi kerjanya, mencoba mengalihkan pandangannya ke gedung-gedung pencakar langit yang berada di sekitar gedung apartemennya.
Lama mengamati pemandangan itu, ia kembali menoleh ke tumpukkan proposal itu. keningnya mengkerut seakan tengah beradu batin. Menghela nafas karena lelah memikirkan itu. kali ini ia mengalihkan pandangannya kearah tempat tidur yang berada tepat di depan meja kerjanya. Disana, putri kesayangannya tengah tertidur pulas. Diamatinya wajah imut itu, gemas bukan main hingga tersenyum lama. Rasa rindu mendadak menyelimutinya. Cepat-cepat memutar posisi kursinya agar membawanya kembali menghadap ke luar dinding kaca. Dan kembali menghela nafas. Tentu senyuman itu sudah hilang dari wajah tampan itu.
Tangannya bergerak cepat meraih cangkir kopi, sudah habis. Berniat kembali membuat kopi, ia bangkit dari duduknya, melangkah menuju dapur yang tampak seperti mini bar. Ketika hendak menuang kopinya, matanya tak sengaja melihat sebuah memo kecil yang menempel di mesin pembuat kopi itu. 'Jangan minum lagi!' tentu itu tulisan Sora. Walau Sora tidak akan tahu jika ia tetap meminumnya, tapi Sehun tetap memilih menyudahinya. Mengapa? karena Sehun selalu mendengarkan perkataan Sora. Merasa sudah sangat kelelahan, Sehun melangkah menuju kasur. Berbaring disamping Sora, sedikit berhati-hati ketika hendak naik keatas kasur, takut jika Sora terbangun berkat guncangan yang ia lakukan. Malam itu ia lewati dengan tidur lebih awal.
--
"Eonni......!!!!!! Akhirnya kau pulang juga!!!" teriak Hyeri memeluk kakaknya yang sudah 4 tahun lamanya tak kembali. "wah.. Aku rindu sekali padamu.." melompat ria dalam pelukan itu. Tidak menghiraukan raut wajah tak suka dari Yoona. "mana hadiah untukku?" ucapnya sesudah itu. Hal yang sudah ditebak oleh Yoona.
"Opseo." jawab Yoona singkat. Melepaskan pelukan itu lalu berlalu pergi menuju kamarnya. Tapi seseorang kembali menghalanginya.
"Nuna!!!" kali ini Baekhyun yang memeluknya. Yoona tetap dengan raut tak sukanya. "kupikir kau tidak akan kembali lagi." ujar adiknya itu dengan manja. Ia terlihat sangat bersemangat, berbeda dengan Yoona yang terlihat sangat terganggu dengan tingkah mereka. "nuna.." beralih menatap Yoona dengan mata bulatnya yang berbinar. "hadiah untukku?" lalu menyengir lebar.
"Opseo.." jawab Yoona dengan jawaban yang sama. Mendorong tubuh adiknya itu agar tidak menghalangi jalannya. Tidak ingin terganggu lagi, kali ini ia melangkah cepat, masuk kedalam kamarnya yang lebih ia rindukan dari seisi rumah itu. Hal pertama yang ia lakukan disana. merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. "hah, hanya hadiah yang mereka ingat?" menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. dari luar kamar, terdengar suara teriakkan kedua orangtuanya yang tengah memanggil namanya. Terdengar juga suara ketukkan pintu, sepertinya mereka tidak bisa membuka pintu kamarnya, itu karena Yoona mengunci pintunya dari dalam. Ia merasa harus beristirahat terlebih dahulu. Hari sudah terlalu larut untuk mengobrol dengan keluarganya yang tak pernah jauh dari kata berisik.--
Selimut tebalnya sudah berada di lantai, ditemani bantal dan guling miliknya. Lalu dirinya? Menguasai tempat tidur yang besar itu dengan kedua kaki dan tangannya yang terlentang lebar. Dengan dress ketat yang masih melekat di tubuhnya, syukur tidak ada yang melihat kondisinya pada saat itu. Sungguh, benar-benar kacau. Dari balik pintu kamarnya, suara aneh menyambut paginya. Suara aneh? Sebenarnya itu suara ayahnya yang tengah bernyanyi, namun sama sekali tidak pantas didengar. Sama kacaunya dengan kondisi gadis itu.
"Appa!!! Diamlah!!!" teriak Yoona yang masih terbaring malas di atas kasurnya. Masih menutup matanya. Masih berharap kembali ke dalam mimpinya. Sayangnya, suara aneh itu semakin terdengar jelas. Melengking tak berujung. "Aaarggggghhhh!" geram bukan main. inilah salah satu alasan dirinya enggan balik ke Seoul.
"You are my everything.. Byeolchorom ssodajineun unmyeonge.." terus bernyanyi bak Gummy sungguhan. "Geudaeraneun sarameul mannago.. Meomchobeorin.. Nae gamseumsoge.. Dan hanaui sarang.." ayahnya diam sejenak, menarik nafas panjang. Penuh keseriusan, menempelkan pipinya ke pintu kamar Yoona, siap melanjutkan sisa lagunya. "You are my everything.." beberapa detik lamanya hingga akhirnya suara ayahnya benar-benar tak terdengar lagi. Itu karena Yoona sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah mengutuknya. Menatap ayahnya penuh amarah. "Omona, Putriku!" seakan tidak menyadari raut wajah anaknya itu, tanpa segan langsung memeluk Yoona. Penuh kerinduan. Dari jauh, suara teriakan tak kalah kacau terdengar, suara itu semakin mendekat dan semakin mendekat. Belum sempat mengedipkan mata, ibunya sudah ikutan menempel pada pelukan itu. Terkurunglah dirinya diantara pelukan ganda yang diiringan teriakan melengking dari kedua orangtuanya.
"Keumanhae.." ujarnya penuh kesabaran. Tapi orangtuanya masih saja menempel padanya. "Keumanharago!!!" mengalahkan teriakan orangtuanya dan sukses melepaskan pelukan itu.
"Adeul.. Kenapa kau berteriak seperti ini?" kata ibunya seraya mengelus telinganya.
"Hoh, sedari tadi kalian juga berteriak." mendahului orangtuanya melangkah menuju dapur. Masih dengan dress ketatnya dan rambutnya yang super berantakkan. Menghampiri wastafel dapur guna membasuh wajahnya. "apa mobilku sudah sampai?" ujarnya yang kini tengah meneguk air mineral. Duduk di ruang makan dan mulai menyumpit dadar gulung buatan ibunya.
"Sudah dari 3 hari yang lalu." kata ayahnya yang ikutan menyumpit dadar gulung itu yang ternyata terlalu asin. Mereka bahkan memuntahkannya secara bersamaan. Wajah ibunya langsung petak tak senang.
"Aku hanya ingin jalan-jalan saja." mencoba menyendok sup kimchi, hendak memuntahkannya, tapi ketika itu dilihatnya wajah ibunya yang tengah menatapnya penuh kutukkan. Hal hasil sup kimchi itu tertelan begitu saja. "eomma.." panggilnya lembut.
"Ne.." jawab ibunya tak kalah lembut diikuti senyumannya yang lebar.
"Mulai saat ini, carilah seorang koki." lalu pergi dari sana. Masuk kedalam kamarnya dan tak lupa mengunci pintu kamarnya. Ia bergerak dengan sangat cepat, hingga berakhir 15 menit saja, ia sudah siap untuk pergi dari rumah itu.