Terlentang pasrah dengan kedua tangan diatas kepala. Sebelah kakinya terlipat ketengah dan yang satunya lagi melebar menguasai kasur. Rambut blondenya sudah menutupi bantal dimana kepalanya bersandar. Bahkan sebagian rambutnya terlihat menyelip di sela bibir manisnya. Dengkuran halusnya sesekali berubah menjadi kicauan alam bawah sadarnya. Saking nyenyaknya ia bahkan tidak menyadari selimut yang tak lagi menyelimutinya. Dan yang pasti, Yoona benar-benar terlihat kacau.
Sehun yang baru saja tiba dirumah setelah melakukan jogging ikut kaget melihat kondisi gadis itu. Ia berniat mengambil pakaiannya di koper, tapi ketika melihat mahkluk yang ada di atas kasur kamar itu, kakinya langsung melangkah balik keluar dari kamar. Menggelengkan kepalanya tak percaya. Jika mengingat penampilan Yoona ketika pertama kali mereka bertemu, sangat tidak bisa dipercaya. Kini Yoona benar-benar sangat kacau. Efek stress mengelola butik barunya yang tenar diluar perkiraan.
Sehun memilih duduk santai di halaman belakang rumahnya. Mengamati tingkah lucu Sora yang tengah mengganggu aktifitas para pekerja di kebun. Similir angin sejuk menghempas tubuhnya pelan. Angin dingin yang sejuk itu hingga masuk melalui cela jaketnya yang tak ia kancing. Kaos putih polos yang ia gunakan sudah basah akan keringatnya. Tapi perlahan mengering berkat angin yang terus menerpa tubuh tegapnya.
Ibunya ikut duduk disampingnya dengan membawakannya secangkir teh hangat dan roti panggang buatannya. Sehun menikmati sarapannya dengan nikmat. Sesekali menyuapi Sora yang menghampirinya dan meminta secuil roti panggang miliknya. Berdua mengobrol akrab setelah sekian lama tak memiliki waktu untuk melakukannya.
Banyak hal yang telah terjadi padanya. Tepatnya setelah kedatangan Sora dalam hidupnya. Ia sama sekali tidak menyesali itu. Mengingat perkataan Soomi—wanita yang ia cintai, dulunya—yang mengatakan bahwa Sora adalah anaknya. Pada awalnya Sehun memang terpaksa menerima keberadaan Sora. Dan mau tidak mau membawa Sora ikut bersamanya ke Seoul.
Padahal pada saat itu adalah tepat ketika karirnya tengah naik. Pasang surut dalam karir sempat ia rasakan. Ya, karena kehadiran Sora tentunya. Sehun sama sekali tidak menutupi identitas Sora, bahkan jika para wartawan menanyakan mengenai putrinya itu, ia akan mejelaskan sebaik mungkin. Tetapi jika wartawan bertanya mengenai siapa ibunya, Sehun akan langsung bungkam dan berusaha untuk pergi dari hadapan mereka.
Syukurnya kondisi yang tak mengenakan itu tak berlangsung lama. Prestasinya di bidang olahraga berhasil menepis semua isu buruk tentangnya. Perlahan publik tak lagi membicarakan mengenai ibu biologis putrinya. Mungkin juga dikarenakan Sora yang semakin tumbuh menjadi putri yang manis dan menggemaskan. Gadis kecil yang tak bersalah itu berhasil mengambil hati publik. Mereka yang dulunya mencaci malah berbalik menyayanginya. Sejak saat itulah karir Sehun semakin membaik dan membuatnya semakin terkenal. Tentu juga dikarenakan wajah tampannya yang bak pangeran.
Namun walau begitu, kepergian Soomi tetap memberatkan pikirannya. Tidak tahu apakah ia masih mencintai wanita itu, tapi ia benar-benar ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia memang menerima Sora dan menjaga malaikat kecilnya itu dengan sangat baik. Hanya saja ia merasa sesuatu menjanggal batinnya. Soomi tak pernah mengatakan itu secara langsung padanya. Wanita itu hanya menitipkan Sora pada orangtuanya lalu pergi begitu saja tanpa pamit padanya.
Syukurnya sejak kedatangan Soomi kemarin, Sehun mengalami banyak perubahan. Dulunya ia sangat tertutup pada orangtuanya, bahkan mengenai hal kecil sekalipun. Hanya Shindong lah yang mengetahui semua yang ia alami di Seoul. Tapi kini, setelah kebenaran itu terungkap. Beban yang selama ini menghimpitnya perlahan meringan dan membuatnya merasa tenang. Walau kekecewaannya pada sahabatnya itu—yang pernah ia cintai—tak akan membaik. Ia merasa berat untuk memaafkan wanita itu.
"Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanya ibunya di tengah obrolan mereka.
"Apa maksud ibu?"
"Mengenai hatimu.." sambung ibunya.
"Omoni, Aku sedang menikmati ketenangan ini." sahutnya lembut.
"Bagaimana dengan gadis itu?" dan Sehun tahu betul kemana arah pembicaraan ibunya. Ia diam sejenak memikirkan itu. "kau itu anakku, dan ibu tahu betul bagaimana perasaanmu. Terutama perasaanmu padanya." Sehun masih saja diam. "kau yang kasar bisa melembut padanya. Apa kau masih ingin mengelak juga? Bahkan dia yang rada aneh seperti itu.." ibunya tertawa kecil memikirkan tingkah aneh Yoona. Sejenak suara batuk Yoona terdengar berbisik dari dalam rumah. "tapi yang tak luput dari perhatian ibu. Dia bersikap baik pada Sora. Dia menyayangi Sora dengan caranya sendiri. Semua perlakuannya terhadap Sora terlihat alami. Yoona.. Dia adalah gadis yang tepat untukmu. Juga untuk Sora." desir hangat menggelitik Sehun. Perkataan ibunya meyakinkan dirinya. Sehun sependapat dengan ibunya.
"Omoni, Aku belum tahu mengenai perasaannya padaku." tangkas Sehun setelah berpikir lama.
"Aish.. Kau ini benar-benar payah. Apa mengambil hati wanita sesulit itu?" Sehun tersenyum lucu. "kau itu Oh Sehun.. Dengan wajah tampanmu ini, tidak mungkin dia tidak menyukaimu.. Semua gadis mendambakanmu.. ibu sangat yakin bahwa.."
"Yak Oh Sehun!!! Dimana kau?!!!!!!!" dan teriakkan Yoona menghentikan perkataan ibunya. Keduanya mematung kaget mendengar suara melengking Yoona yang berteriak dengan nada tertingginya.
"Omoni, Dia berbeda." gumam Sehun pelan kepada ibunya.
"Oh Sehun.. Cepat kemari..!!!!!!" teriak Yoona lagi.
"Aku pergi dulu." pamit dengan ibunya. Langkah malasnya bergerak pelan menuju kamar mereka. Dilihatnya Yoona yang sedang duduk di tepi tempat tidur, dengan ponsel ditangannya yang bergetar berkat digenggam geram olehnya. "mwoya?" tanyanya malas.
"Lihat ini!!!" masih berteriak. Sehun ikut duduk disampingnya. Melihat kearah layar ponsel gadis itu yang selama ini bersemedi di dalam koper. OMG!!! Mata Sehun melebar melihat itu. Keningnya mengkerut tak percaya. "apa yang sebenarnya telah terjadi? Bagaimana bisa ada foto seperti ini?" tanya Yoona tanpa jeda. Sehun masih diam memikirkan itu. "Cepat jelaskan padaku! Aish.. Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?!!" Yoona mengacak rambut blondenya yang sudah berantakan sejak tadi. "yak cepat katakan padaku! Tunggu!" gadis itu diam sejenak. "mereka sudah tahu tempat persembunyian kita?????" lucunya, kini Sehun terlihat santai. Ia malah menarik kopernya yang ada disamping tempat tidur. Membongkar isi kopernya untuk mengambil setelan pakaian yang tadinya tak jadi ia ambil. Ia hendak melangkah keluar kamar untuk mandi, tapi Yoona mendadak berdiri dihadapannya yang pada akhirnya gagal membuka pintu kamar itu.
"Apaan sih kau ini. Pikyeo!" ujarnya geram. Yoona naik pitam melihat dirinya yang terlihat santai seperti itu.
"Kau gila? Yak! Foto kita sudah tersebar dimana-mana dan kau masih bisa santai seperti ini?! Dan, Foto yang tersebar.." sulit untuk mulutnya mengatakan itu.
"Foto kita sedang berciuman?" sambar Sehun tenang. Blushing. Pipi Yoona mendadak memerah. Gadis itu langsung menunduk malu. Sehun menatapnya dengan sorot mata gemas. "biarkan saja, lagi pula mereka kan tahu bahwa kita berpacaran." sikap santainya membuat Yoona tak nyaman. "bukankah seperti itu yang publik ketahui saat ini? Bahwa kita berpacaran?" jelasnya lagi. Membuat Yoona kembali menatapnya. Kini tatapan gadis itu terlihat menyelidik.
"Jadi.. Tadi malam kau menciumku?" Degg! Sehun mendadak gugup. "di artikel itu tertera tanggal pengambilannya. Dan itu adalah tadi malam." sambung Yoona menatapnya menunggu jawaban. Sehun mendengus pelan dalam tatapan itu.
"Jadi kau benar-benar tidak ingat apapun? Bahkan semua yang telah kau katakan padaku?" tanya Sehun dengan lembut. Yoona menggeleng polos. Sehun kembali mendengus penuh kekecewaan. "sudahlah, Lupakan saja dan jangan hiraukan berita itu." mendorong tubuh Yoona kesamping lalu membuka pintu kamar itu. Yoona terbodoh di ambang pintu. Jadi dia benar-benar menciumku? Ia tersenyum tersipu. Menepuk-nepuk pipinya pelan, kakinya bergerak nyaris terlihat menari. Yoona tampak senang.