3. Dont know, dont care

5.3K 258 1
                                    

"Cemberut ajha ea qaqa."

"Bangsat. Diem."

"Woah-woah languange babe."

Alvaro mendengus kesal.

"Sok suci lo."

"Emang suci gue."

"Link bokep asia sampe eropa, link hentai dari yang b aja sampe yang hot aja lo ada, itu yang namanya suci?"

Dathan. Teman sepergilaan Alvaro, langsung merasakan wajahnya memerah saat mendengar perkataan Alvaro.

Anjir,main buka-bukaan ini anak.

"Heh masi untung gue cuma simpen linknya, dari pada lo, nyimpen segudang video bokep."

"Duh sama-sama liat bokep kok ya masih tengkar."

Satu lagi, teman Alvaro. Rayza namanya. Yang satu ini memang agak pendiam, guna mendapat gelar kakak kelas cogan yang cool dan adem hatinya.

"Eh diem lo, main ikut nyambar aja mulutnya."

"Mulut-mulut gue. Ya terserah gue lah mau tiba-tiba ikut nimbrung, sapa lo sapa gue." balas Rayza sambil menaikkan satu alisnya.

"Banyakan ngomong lo pada."

"Hm ngerokok lagi." komentar Dathan saat Alvaro mulai menghisap rokoknya.

Tidak ada jawaban. Hening, sesaat.

"Lo.. Putus ya sama Keke?"

Alvaro hanya melirik Dathan sebentar lalu mengangguk-anggukan kepalanya setelah itu melanjutkan aktivitasnya lagi.

"Duh lo tuh goblok emang, cocok deh Keanne kalo bilang lo goblok."

"Goblok kenapa sih gue?" tanya Alvaro sembari mengerutkan dahinya.

"Ibaratnya nih lo tuh dikasih hati tapi malah minta kulit."

"Ya bener lah pilihan gue." jawaban Alvaro langsung membuat kedua temannya menautkan alisnya.

"Misal lo pada ke kfc, enakan makan hati atau makan kulit krenyes-krenyes?"

Sebenarnya kata-kata Alvaro agak sedikit menohok hati Rayza.

Plis makan hati itu gaenak,gue udah pernah ngerasain, batin Rayza.

"Jangan gitu Al, makan hati itu,emang gaenak. Oke fine gue setuju sama lo, lebih enak makan kulit krenyes-krenyes emang."

"Yee baperan lo." ucap Alvaro sambil mengacak-ngacak rambut Rayza.

"Mahal pomade gue!"

∆∆

"Eh punya gue itu!" reflek, Anne langsung berteriak saat melihat ice cream aice kesukaannya yang hanya tersisa satu diambil orang lain.

Anne langsung melihat langsung siapa orang yang bisa-bisanya mengambil moodbosternya.

Bungkam. Anne bungkam.

Mantan anjir.

Berhenti berbicara, Anne langsung menghindar dari Alvaro. Sengaja memang. Dia agak merasa muak melihat muka sok ganteng Alvaro.

∆∆

"Lo tuh udah gue suruh tunggu, malah ninggal gue. Pantes ga laku, orang ga setia."

"Aduh maaf sayanq, aku udah brusaha yang terbaik, tapi percayalah, rencana tuhan adalah yang terbaik."

"Susah ngomong sama orang ga waras kaya lo. Eh btw gue ketemu Alvaro tadi. Di kantin."

"Oh iya?, nyapa gak?, ngeliat lo gak?, balikan gak?"

"Boro-boro balikan, nyapa aja kagak."

"Aw yang suwabar mbaqu."

Alina tau kalau Anne sangat-sangat masih mencintai Alvaro. Tapi dia merasa tidak begitu berhak mengomentari kisah cinta Anne, jadi yang bisa dia lakukan adalah membuat Anne terhibur supaya tidak terlalu terpuruk.

Saat akan menjawab perkataan Alina, Davin, teman sekelas mereka, memanggil Anne.

"Nne dicari nih, buru!" teriak Davin kearah Anne.

"Sapa?"

"Buruan deh!"

Gue nanya apa, dibalesnya apa.

"Iya nih jalan gue." sesuai apa yang Anne bilang, ia beranjak dari kursi kesayangannya.

"Sapa sih?" tanya Anne kepada Davin saat ia sudah sampai di depan anak itu.

"Liat aja sendiri."

Anne geram, rasanya percuma ia dua kali bertanya kepada Davin.

"Ati-ati ya, jangan sampe jantungan okey."

Anne menoleh ke arah Davin.

Apa sih?, jantungan?, emang kenapa?

Terjawab sudah semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak Anne.

Lelaki itu, Alvaro yang awalnya sedang melihat-lihat tanaman dipinggir kelas, menyadari kehadiran Anne sehingga pandangannya beralih ke arah perempuan itu.

Astagfirllah, kuatkanlah hati hamba.

Rasanya Anne ingin berteriak sekarang. Gimana enggak?, melihat Alvaro mantannya, sedang berjalan ke arahnya.

Makin deket, makin deket anjir.

"Ini." ucap Alvaro sambil mengulurkan tas plastik yang Anne bahkan belum tau itu berisi apa.

Sebenarnya, Anne ingin mengambil tas plastik itu. Tapi sebelum itu ia menatap tas plastik itu dan wajah Alvaro bergantian.

Seakan tau apa arti tatapan Anne, Alvaro mulai berbicara lagi.

"Ambil aja. Bukan racun."

Dengan berat hati, Anne menerima tas plastik itu.

Alvaro berbalik, akan meninggalkan Anne sepertinya.

Sumpah?, cuma kasih beginian?, apaan coba.

Sebelum akan melanjutkan langkahnya, Alvaro melihat ke arah Anne lagi.

Bibirnya terbuka, sepertinya akan mengeluarkan suatu kalimat.

Dan benar saja, dalam hitungan ketiga, sebuah kalimat keluar dari mulut indah Alvaro.

"Cuma karena kita udah putus, bukan berarti lo mesti bikin pemikiran kalo kita harus musuhan."

Setelah mengatakan itu, Alvaro berbalik lagi. Melanjutkan langkahnya. Ke sebuah tempat yang Anne bahkan tidak tau.

Tapi yang Anne tau sekarang, Alvaro benar-benar pintar untuk mengaduk-aduk perasaanya.

Dan satu lagi, Alvaro memang lihai untuk membuat Anne merasa bersalah sekarang.


Udah banyak beyum? 708 kata lo yha.

Ehm next chapt mau yang ada manis-manisnya atau nangis-nangisnya?, vote ya!

Mumpung buka req loh, besok-besok mungkin aja gabisa req :)

Udah nemu casting Alvaro dan Anne loh aku, mungkin  next chapt bakal aku taruh di mulmed oke.

Dont forget to tap star symbol babe 😆

Sincerely,

-gby.

C R U E L {TAMAT} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang