17.Buenas noches

2.8K 192 11
                                    

Baca notes di bawah! Wajib!

Alvaro masih saja diam ketika Anne mencomot pipinya. Anne tau jika lelaki itu masih ngambek perkara masalah yang terjadi kemarin.

Yang di toko buku itu loh.

"Al jangan ngambek gini ah, jelek sumpa."

Hening.

Alvaro masih tetap diam.

"Udah dua hari loh diemin gue, ga kangen ribut bareng gue?"

Lalu tiba-tiba perempuan itu mengeluarkan kertas yang sudah agak lungset(?) dari dalam tasnya.

"Anjirrrrr rusak tiketnyaaaa"

Alvaro menoleh, lalu matanya terarah ke kertas yang sedang di pegang oleh Anne. Oh tiket nonton. Tunggu-tunggu.. Itu tiket nonton f&f8.

Sialan.

"Kok bisa rusak begini?!" Alvaro langsung mengambil tiket yang berada di tangan Anne tadi.

"Gara-gara hujan kemarin palingg, gue lupa kalo ada tiket ini."

Alvaro menghembuskan nafasnya, lalu memberikan tiket itu ke tangan perempuan di sebelahnya.

"Yaudahlah buang aja, lagian ngapa beli kemarin-kemarin liatnya baru mau sekarang?" tanya Alvaro membuat Anne menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Hehehe cari waktu yang pas aja, biar bisa full time berdua sama lo. Kapan lagi coba ya."

Lalu Anne menunduk, merasa bersalah. Sekarang ia membuang sia-sia uangnya, membuat Alvaro merengut karena tidak jadi menonton film hang sudah di idam-idamkan lelaki itu, dan satu lagi,

Full time mereka berdua hangus sudah.

Melihat Anne begitu, Alvaro langsung menaikkan dagu perempuannya itu, membuat manik mata Anne fokus pada manik matanya.

"Udah gapapa. Ga marah lagi gue."

Anne tersenyum sekaligus merona, tangan besar Alvaro itu mengusap-usap pipinya, berusaha menenangkan empunya.

"Tapi kan lo jadi ga bisa liat film yang udah lo tunggu-tunggu."

"Ke gue sebenarnya lebih nunggu ini, nunggu saat lo minta maaf ke gue, terus kita baikan."

Aw cutes.

"Huh gue berarti ada utang sama lo."

Alvaro menyeringai,

"Yaudah bayar utangnya pake ini aja."

Tanpa aba-aba, Alvaro mendekatkan wajahnya ke Anne, lalu mengecup bibir perempuan itu.

∆∆

"Al.."

"Hm?"

Anne sempat terdiam sebelum melanjutkan perkataannya.

"Gue takut."

Alvaro yang awalnya sedang tiduran di paha Anne, langsung mendudukkan diri sambil menatap perempuannya.

"Takut apa?"

Anne agak takut untuk mengucapkan apa yang telah ada di benaknya saat ini, karena perempuan itu sadar, perkataannya mungkin akan membuat Alvaro marah.

"Enghh gue laper." mungkin, lain kali Anne akan bercerita. Tidak untuk sekarang, tidak saat mereka sedang akur.

Alvaro terlihat mengerutkan dahinya, laki-laki itu sebenarnya mengetahui gelagat Anne yang aneh.

"Serius?"

Pertanyaan Alvaro membuat Anne mengangguk.

"Gue masik omlette ya."

Dan Anne masih mengangguk lagi.

Lalu mereka berdua menuju ke dapur. Sementara Alvaro mulai menyiapkan bahan-bahan memasak, Anne mendudukkan dirinya ke kursi meja makan.

Lalu memperhatikan gerak-gerik Alvaro, bagaimana lelaki itu mengocok lepas telur, memotong sayuran yang setelah itu di masukkan ke dalam cairan telur.

Anne tersenyum, lalu seketika terenyuh.

Alvaro..

Gue takut kita gabisa kaya begini lagi.

Anne ingin menangis, sungguh.

Harusnya takdir tidak sejahat ini.

∆∆

"Enak ga?"

Dan Anne sudah tiga kali hanya mengangguk ketika Alvaro bertanya.

Alvaro benci, kemana gadisnya yang cerewet?

"Lo aneh."

Anne pura-pura cemberut,

"Gue serius Al, ini enak sumpah ga boong."

"Bukan masalah rasa, lo beneran kaya ga punya nyawa sekarang. Kenapa?"

Anne tergugu kaku,

"Ituu gue lagi dapet."

Hening.

Anne mencoba memakan makanannya dengan menunduk. Perrmpuan itu tau jika Alvaro masih memandangnya nyalang.

"Ke.. Lo gabakat bohong, lo selalu dapet waktu tengah bulan, bukan awal bulan kaya sekarang."

Perempuan di depan Alvaro itu terlihat menegang.

Anne mendangak, menatap Alvaro.

"Ya mana tau Al, kalo udah begini mau gimana."

"You seems like hiding something rigth now."

Anne berdiri dari kursi, lalu menaruh piringnya di rak cuci.

"Al gue capek, lo pulang ya?"

Alvaro bungkam, ini pertama kalinya Anne bersikap seperti ini.

Lelaki itu berjalan menuju pintu, diikuti Anne di belakangnya.

Saat sudah akan pergi, Alvaro membalikkan badannya,

"Lo ga bisa nyembunyiin sesuatu dari gue, karena cepat atau lambat, gue bakal tau. Dan itu pun tanpa lo yang harus kasih tau gue."

Lalu Alvaro berpaling, hendak melanjutkan langkahnya, namun tertahan karena tarika Anne di tangannya.

"Buenas noches, amor."

Anne mengecup bibir Alvaro, lalu melepaskan pegangannya di tangan lelakinya, dan mulai menutup pintu.

Meninggalkan Alvaro yang kalut dalam pilirannya sendiri.

∆∆

Anne sudah banyak mendengar gosip bila Alvaro kemungkinan akan di keluarkan dari sekolah. Lelaki itu semakin kesini semakin nakal saja.

Bahkan dalam seminggu, lelaki itu mungkin hanya masuk dua hari. Bahkan tidak sama sekali.

Anne jarang melihat wajah Alvaro, ia tau bila lelaki itu berusaha menghindarinya.

Yah mungkin Alvaro memang butuh waktu.

Dan ini sudah sebulan, jujur saja Anne mulai rindu.

Saat melamunkan Alvaro, tiba-tiba ada notif line masuk di handphonenya.

Anne menghela nafas saat selesai membaca line tersebut.

"Gina gue titip ijin dong, ada keperluan nih. Duluan ya."




Yash girl ini dah kira-kira setengah bulan dan kayanya tidak ada peningkatan :(

Silent readers masih banyak *ewh.

Oke aku mah baik, jadi update meskipun sakit hati;)

Oiya btw, AKU MAU UN NIH TARLAGI, MOHON DOANYA DONGG GAMINTA APA-APA DEH CUMA DOA AJAAA😌😌

Selesai un baru update lagi. Eits tapi minim votes 50 aye. Kalo ga.. Ya ga update *NGAHAHA.

Ur arco iris,

-gby.

C R U E L {TAMAT} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang