"Pagi pak"
"Pagi neng, sendirian neng?"
"Iya pak, duluan yah pak"
"Mangga neng"
Aku tersenyum setelah menyapa pemetik kebun yang aku jumpai kemudian kembali melangkah, menyusuri kebun teh di pagi hari.
Sejuk, nampaknya aku sudah mulai betah tinggal disini, tak begitu buruk sebenernya, hanya pikiran-pikiran negatif saja yang membuatku awalnya tak mau dan kesal Nenek sudah membawaku kesini.
Buktinya, kebun yang kupikir adalah berisi padi-padi justru kebun teh yang sangat luas dan indah, cuaca yang ku pikir panas justru sejuk karna desa ciburial memang terletak di bukit gunung. Tak ada asap kendaraan disini yang ada hanya kabut yang menandakan betapa dinginnya tempat ini.
"Hei."
Aku berjengit kaget karna suara itu, aku menoleh kemudian tersenyum melihat Ali yang baru saja menyapa.
"Hallo." duh pagi-pagi gini di sapa orang ganteng, pake senyum super manis pula, bener deh, lama-lama aku diabetes liat senyumnya, berasa pengen gigit tuh bibir karna gemes.
oke stop! jangan di lanjutin, pikiran mesumku akan berjalan dengan cepat kalau ketemu Ali.
"Lagi ngapain?"
"Ini jalan-jalan aja, mau nyusul Pakde."
"oh" Ali mengangguk mengerti.
"kamu rapih banget."
Dia memang rapih banget, pake kemeja dan jeans panjang, sepertinya dia mau pergi jauh.
"Emang rapih ya?"
Aku mengangguk, "Mau kemana?"
"Mau ke kota, mau ngambil buku ke kantor GPI"
"kantor GPI?"
"iya, jadi aku ngajar dapet bukunya ya dari GPI itu, Generasi Penerus Indonesia"
"Oh, emang nggak kerja?"
"Izin" jawabnya.
Entah kenapa aku sedikit agak tidak rela karna hari ini tandanya aku tak bisa bersama dengan Ali.
"Aku boleh ikut?"
"Jauh, nggak usah"
"Ngerepotin ya?"
"Bukan gitu, justru kasihan kamunya, aku naik angkutan umum loh"
"Gpp, aku bisa kok"
Ali tersenyum membuatku terdiam kembali terhipnotis, "kapan-kapan ya" ucapnya.
Aku mengangguk pelan.
"Kamu sendiri ke sana nya?"
"Nggak, aku sama Desi"
Desi? cewek yang semalam?
Kenapa bisa sama cewek itu sih, jadi alasan aku nggak bisa ikut karna dia mau berduaan doang ama Desi, oke fine.
"Oh" Ucapku yang tak bisa menyembunyikan rasa tak sukaku.
Ali tersenyum kemudian tangannya terulur dan kembali mengacak rambutku, aku kembali terpaku karna kornea Ali tak lepas dari mataku, seakan dia ingin mengatakan kalau dia tak akan macam-macam.
Oke. ini aku yang terlalu percaya diri, tapi setidaknya rasa percaya diri ini untuk menutupi rasa kesal ku karna Ali pergi bersama cewek lain.
"Mana no telpon kamu?" Ali menyelipkan rambut nakalku ke belakang telinga sebelum benar-benar melepaskan tangannya dari kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS ALI
FanfictionDia bukan orang yang suka mengikutiku dan kemudian berjalan disampingku, lalu mengatakan hal yang membuatku tertawa. Dia bukan orang yang nakal dan mengincarku sejak pertama kali melihat, lalu membuatku cinta. Dia, pria sederhana, yang hanya dengan...