bagian 2

6.3K 717 16
                                    

Jalanku sudah tak pincang pagi ini, namun luka dilututku masih di perban dan baru saja di ganti dengan plester biasa.

Rasanya aku ingin terus tersenyum jika mengingat luka ini, karena entah mengapa luka ini selalu membuatku mengingat pria manis yang di panggil dengan Mas Ali.

"Sarapan dulu teh" Monik-Anak bude sari-memunculkan kepalanya, menyuruhku untuk sarapan.

"Oke" Aku menghampiri dia dan merangkul pundaknya untuk berjalan bersama ke meja makan.

"Masak apa bude?" tanyaku pada Monik sambil berjalan menuju tempat makan.

"Ibu masak ikan tongkol"

"Wah pasti enak"

"Enak atuh makanan bude mah" Pakde bersuara saat kami sudah di meja makan.

"Bisa aja" Bude tersenyum kemudian menyuruh kami duduk untuk bersiap makan.

Di meja makan ada berbagai macam lauk, meskipun sederhana namun sangat terasa kekeluargaannya.

"Kemaren Monik sekolah ya?" tanyaku, karna kemarin aku memang tak melihat Monik.

"Bukan sekolah sih teh, tapi belajar sama Mas Ali"

"Maksudnya?"

"Dia sekolah di sekolah biasa Prill, Tapi tiap hari rabu, sabtu dan minggu sorenya dia belajar sama Mas Ali" Bude menyahut.

"Oh, ngomong-ngomong kenapa di panggil Mas Ali sih bude?"

"Ya kalau neng, nggak mungkin teh" celetuk Monik sambil mengunyah makanannya.

"Ih kamu tuh"

dia cekikikan membuat pakde juga ikut tersenyum.

"Ayah dia dari Solo sebenernya, beberapa tahun yang lalu dia sempat pindah setahun ke Solo, tapi pas Ayahnya meninggal dia pindah lagi bareng Ibunya kesini"

"Ayahnya udah nggak ada?"

"Iya, padahal umurnya tuaan pakde mu"

"Soal maut kan nggak bakalan liat umur" Pakde menimpali.

"Iya juga sih pakde"

"Ntos ah kamu jangan ngobrol terus, pamali ngobrol di depan makanan"

"Dari kemaren dia penasaran pak sama Mas Ali itu"

"Apaan sih Bude"

"Wah Aku setuju" Seru Monik

"Nu gelo" Ucapku menjitak kepala Monik, dia mencebikan bibirnya kemudian kembali makan.

Sebenarnya aku memang penasaran pada sosoknya, Jadi dia sudah tak punya Ayah? Apakah dia hanya tinggal bersama Ibunya sekarang?

Kalau iya, senasib banget, tapi bedanya Aku hanya bersama Nenek.
Maksa banget yah pengen samaan.

Karna biasanya kalau samaan gini tandanya jodohkan?

Aku tertawa geli dengan pemikiranku sendiri, aku udah berubah menjadi anak alay sekarang.

°°°°°°°°°

"Ayo atuh Prill"

Ih Pakde nggak sabaran banget, dari tadi terus meributiku untuk berjalan cepat, padahal dianya aja yang jalannya cepet banget jadi tertinggal terus kan aku.

"Pakde jangan cepet-cepet" Ucapku yang lebih terdengar seperti rengekan, bodo amat deh aku memang sudah lelah terus berjalan terburu-buru.

Pakde memberhentikan jalannya membuatku akhirnya bisa sejajar dengannya, "Memang benar yah kata nenekmu, kamu itu manja"

MAS ALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang