Dunia memang tak pernah bisa disangka, kadang kita bisa menemukan hal mustahil seperti halnya menemukan sungai di antara gurun pasir atau bahkan menemukan justin bieber di tengah-tengah fansnya.
Pria ini maksudku, dia benar-benar hal mustahil yang tak mungkin aku temukan di desa terpencil seperti ini. Dia tidak modis seperti pria yang biasa ditemui, pakaiannya sama layaknya anak desa yang aku temui di desa ini, namun dengan tshirt putih dan celana jeans lusuh selutut saja sudah membuat sosoknya yang tampan mampu membuat semua orang terpesona.
Tangannya yang lembut membersihkan luka dilututku dengan telaten, aku hanya bisa tersenyum senang saat melihatnya dari dekat. Rahang nya kokoh menggoda tangan siapa saja untuk menyentuh, jiwa jalangku sedari tadi terus meneriaki untuk menyentuh rahang kokohnya namun mati-matian aku hindari.
"Nama kamu siapa?" tanya Prilly.
Pria tadi mendongak menatapku, matanya tajam seperti elang, alisnya tebal hampir menyatu, sungguh nikmat tuhan mana lagi yang kalian dustakan, dia benar-benar jelmaan Dewa Ares, mungkin dia kehilangan sayapnya hingga terdampar di tempat ini.
"Ali" Ucap pria tadi kemudian kembali membasuh luka dengan air yang tadi dia ambil dari irigasi yang ada di dekat saung ini.
"Aku Prilly. Emmm, gpp yah pake baju kamu gitu?" tanyaku meringis, Pria bernama Ali ini memang membersihkan lukanya dengan baju yang dia pakai, tanpa di lepas, namun ujungnya yang dia pakai.
"Gpp, lagian nggak ada kain, pake baju kamu bagus banget gitu, pake baju aku aja yang udah lusuh ini, eh tapi tenang, ini bersih kok, kamu nggak usah takut infeksi"
"Makasih yah" ucapku tersenyum.
"Sama-sama, kenapa bisa jatuh?"
"Emmm, tadi mainan HP" ucapku lesu, kini mataku menatap HP yang tergeletak di sisiku, mati mengenaskan. Bagaimana aku harus memperbaikinya, mungkin aku bisa tanya Pakde nanti.
Aku kembali menatap Ali yang ternyata sudah selesai membersihkan lukaku, "jatuh deh nggak liat jalan" lanjutku.
"Kebiasaan anak kota sih ya, nggak bisa jauh-jauh hidupnya dari HP, lupa keadaan sekitar"
Aku menatapnya tak percaya, mulut dengan bibir tebal dan berwarna merah itu ternyata bisa juga berkata sinis, aku kira hanya perkataan manis saja yang bisa keluar dari sana.
"Maaf, maksud kamu?"
"Ya iya, anak kota jaman sekarang selalu manja, apa-apa lewat HP, bahkan mau belanja aja males keluar, HP jadi andalan. Sebenarnya mereka sedang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh"
"kamu nggak bisa ngejudge semua anak kota kaya gitu" ucapku tak terima, sungguh salah aku sudah habis-habisan memujinya, ternyata Pria ini menyebalkan, "HP di zaman sekarang memang sangat diandalkan, tapi nggak semua orang ketergantungan dengan HP, tadi aku cuma lagi chat-chatan seru aja sama sahabat-sahabat aku makanya nggak liat jalan"
Menyebalkan, baru bertemu seenaknya saja dia sudah berpikiran sinis terhadapku.
"Udah, gue pergi, makasih" Ucapku, musnah sudah kata 'Aku-kamu' yang sudah aku gunakan dari awal, kemudian berdiri dan melangkah menjauh dari dia.
Sungguh ini sakit apalagi dengan sepatu hak tinggiku, rasanya aku ingin digendong kembali oleh punggung lebar Ali, tapi mana sudi, dia ternyata menyebalkan seperti itu.
"Hey, aku bantu" Suara Ali mengintrupsi dari belakang, membuatku memutar mata malas, saat Ali merangkulkan tanganku untuk dia papah, aku segera menepisnya, "nggak usah" Ucapku.
Berjalan kembali semakin cepat, aku justru merasakan sakit lagi hingga tak sadar aku meringis.
"udah, aku bantu" Ucap Ali merangkulkan tanganku lagi pada pundaknya, kali ini aku hanya bisa diam. terpesona dengan sikapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/93215625-288-k997277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS ALI
Fiksi PenggemarDia bukan orang yang suka mengikutiku dan kemudian berjalan disampingku, lalu mengatakan hal yang membuatku tertawa. Dia bukan orang yang nakal dan mengincarku sejak pertama kali melihat, lalu membuatku cinta. Dia, pria sederhana, yang hanya dengan...