bagian 10

4.3K 606 32
                                    

kamu dimana? kenapa menghilang? aku kangen.

Ini siapa?

Elzan

Aku diam memperhatikan layar handphone yang masih menampakan obrolan via whatsapp.

Kenapa elzan bisa tahu nomer baruku, padahal sudah lama aku mengganti nomer ini.

"Elzan ya?"

Aku langsung menoleh saat Gita duduk di sampingku dan menoleh pada layar Hp yang masih terbuka.

Tak salah lagi, pasti Gita yang memberitahu nomer baruku pada Elzan.

"Lo yang ngasih tau nomer gue ya?"

"Emangnya kenapa sih Prill"

"Jadi bener lo?"

"Iya" jawabnya tanpa merasa sedikitpun bersalah.

"Ih, kok lo kasih sih Ta"

"Dia maksa gue Prill, Apalagi pas Alma post foto kita bertiga di instagram, ya udah gue kasih aja"

Aku hanya berdecak kesal kemudian menutup obrolan bersama Elzan tanpa mau membalas lagi.

"Justin bieber lo kangen tuh, lo nggak kangen?" tanya Gita.

"Nggak tau" Jawabku.

"Kalau nggak ada Ali disini, apa lo akan tetap bilang nggak tau?"

"Berisik!" Aku beranjak dari dudukku, tak mau di tanya lebih lagi oleh Gita.

Elzan itu masaku dulu, saat aku masih menganggap kebahagiaan dunia adalah segalanya, kepuasan diri adalah keharusan, dan kata cinta adalah omong kosong.

Dan apa hubungannya dengan Mas Ali?

°°°°°°°°

Hari ini kami bertiga membantu Ali mengajar anak-anak, tentu saja bersama dengan Desi juga.

Memberitahu Ilmu yang kita punya dan berbagi pada anak-anak sepolos mereka tuh benar-benar menyenangkan. Melihat mereka mendengarkan dengan serius mmlembuatku merasa bahwa hidupku sangat tak berarrti. dulu aku malah selalu tak seriua jika guru sedang mendengarkan, padahal fasilitas lengkap, tak seperti merek yang hanya di fasilitasi dengan seadanya juga baju seadanya, tak ada Ac bahkan genteng sebelah pojok kanan sedikit bovor sehingga memancarkan sedikit cahaya yang menerobos masuk lewat celahnya.

"Nah sekarang kak Alma mau bertanya sama kalian, kalian punya cita-cita nggak?"

Alma dari tadi paling antusias berbicara di depan kelas, sifatnya yang pintar bicara, suka anak-anak, dan memang tak tahu malu membuatnya merasa senang bisa berbagi pengetahuan pada mereka.

Aku menoleh pada Ali yang sedang menatap Alma tanpa ekspresi, tatapannya kosong, seperti ada yang mengganggu pikirannya hingga membuatnya tak fokus.

Ali kenapa? mengapa dia makin aneh.

"Kenapa kamu mau jadi si Boy?" perhatianku kembali teraluhkan pada Alma.

"Soalnya ganteng kak, pacarnya cantik, bisa berantem lagi"

"Sayang, si Boy itu cuma cerita boongan, itu sinetron untuk mrnghibur saja. lagipula nggak baik nonton film kayak gitu. cita-cita itu apa yang ingin kamu capai di masa depan nanti, dan ingat!! bukan boy ya"

Sinetron jaman sekarang memang tak begitu mengedukasi untuk tontonan anak-anak, terlebih adegan kelahi lebih ditonjolkan, bahkan yang super menjadi minat sinetron sekarang yaitu kisah percintaan yang terlalu di tonjolkan, membuat anak-anak yang belum bisa memilih-milih apa yang harus di serap bisa mengikuti prilaku yang dia tonton.

"Nah, kalau mas Ali cita-citanya apa?" Gita di depan kelas meminta perhatian Ali untuk menjawab, Ali mendongak kemudian tersenyum.

"Anak-anak kan yah yang di tanya?" Jawab Ali menggaruk kepalanya.

"Eh anak-anak ya?"

"Bego" Kata Alma Mencibir Gita membuat Alma segera menutup mulutnya karna telah mengeluarlan kata tak pantas di depan anak-anak.

Setelah Alma dan Gita selesai membahas tentang cita-cita, kini giliran aku maju ke depan kemudian menceritakan pengalaman hidupku yang mungkin bisa membuat mereka bisa lebih baik. semoga.

"Aku nggak sekolah karna nggak punya uang bu, makanya aku ikut sekolah sama Mas Ali dan teh Desi"

"Iya, Kakak tahu. makanya sejalan dengan apa yang tadi kakak-kakak sampaikan sebelumnya, kalian harus punya cita-cita yang tinggi, tapi ingat, meskipun kalian nggak bisa sekolah kalian harus tetap punya cita-cita yang tinggi, jangan hanya punya tapi berusaha untuk menggapainya.

Kakak mungkin lebih beruntung dari kalian, kakak nggak perlu repot mikirin uang buat sekolah karna ada Nenek kakak yang bayarin. Tapi ingat, itu semua nggak di dapat tanpa perjuangan, nenek Kakak bekerja sangat keras saat muda, terus belajar sampai sekarang hingga dia bisa mempunyai perusahaan dan perkebunan yang di dalamnya pasti banyak karyawan, Nenek kakak dari dulu selalu bercita-cita bisa membuat lapangan kerja yang banyak untuk pengangguran, dan akhirnya bisa tercapai kan berkat semua perjuangannya dulu bersama kakek

jadi kalian tak perlu khawatir, kunci sukses adalah dengan terus berusaha dan tidak malas untuk terus belajar, bisa?"

"bisa kak"

Aku tersenyum melihat mereka begitu antusias mendengarkanku, membuatlu merasa sedikit berguna.

Setelah sekitar 2 jam kami mengajar akhirnya kelas sudah benar-benar kosong. Aku menghampiri Ali yang baru saja menerima salam terakhir dari murid.

"Li"

"Emmm.. Des, kamu mau langsung pulang kan?"

Aku terdiam, tak jadi melangkah semakin dekat saat Ali mengacuhkanku dan justru berbicara pada Desi.

"Iya Mas"

"Yaudah, bareng yuk"

Desi menatapku bingung kemudian tersenyum pada Ali dan mengangguk.

"Makasih ya buat kalian, Aku pulang duluan, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" ucap Alma dan Gita menjawab.

Ali benar-benar berbalik dan pergi bersama Desi tanpa menoleh padaku sekalipun.

°°°°°°°°

Berkali-kali Aku mengangkat Hpku pada telinga kemudian kembali mengetik sesuatu dan kembali mengangkat pada telinga.

Tak ada jawaban, sms, telpon pun tak ada jawaban dari Ali.

Ali kenapa??

Apa aku punya salah?

Bahkan dari kemarin saat Ali memelukku, setelahnya Ali kembali terdiam, entah karena apa.

Ucapannya yang mengisyaratkan kebingungan sepertinya bukan hal biasa.

tapi apa yang dia bingungkan, seharusnya dia bisa langsung bicara padaku apa yang ada dalam pikirannya.

bukan malah diam, dan membuatku uring-uringan seperti ini.

°°°°°°°°°°

Iya tau pendek dan banyak typo.
tapi alhamdulillah lah ya bisa update.

masih part 10. sabar ya.. sabar.
makasih loh.

MAS ALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang