04 - Gerald Fernando Anetine

1.3K 403 197
                                    

"Astaga, lo gapapa?" tanyanya khawatir.

"Eh elo La, gue gapapa ko cuma rada sakit sedikit aja."

Crisyella membantu Gracia berdiri dan mengajaknya duduk di tempat tadi di mana ia meletakkan buku-bukunya. Yap orang itu ternyata adalah Cia, entah bagaimana bisa ia berada di perpustakaan setelah tadi keluar meninggalkan Crisyella dengan tanda tanya besar.

Memandang Cia dengan tatapan yang tak dapat diartikan membuat Cia sedikit merasa terintimidasi. Bagaimana bisa? Sungguh tatapan Crisyella itu sangatlah tajam dan seram. Percayalah.

Tatapan itu semakin lama semakin menelusup ke dalam mata Cia. Ini yang tidak disukai Cia dari dulu. Tatapan mata Crisyella yang membunuh.

Hening.

Tak ada satupun percakapan sejak tadi. Mereka saling diam. Bedanya Crisyella menatap Cia untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Oh? Dua pertanyaan sepertinya.

Pertama, mengapa dirinya yang tiba-tiba marah kepadanya dan meninggalkannya begitu saja.

Kedua, sedang apa dia di sini sampai-sampai Crisyella menemukannya dalam keadaan seperti tadi? Oh jangan anggap Crisyella pura-pura bodoh karena tak mengerti sahabatnya. Tapi percayalah, Crisyella hanya seorang gadis cantik yang masih terikat oleh bayang-bayang akan masa lalunya yang kelam.

"Ekhhm," deheman Cia itu membuat sedikit susana canggung melonggar.

Hening lagi.

"Gue tau sikap gue itu childish banget, tapi lo harus tau La! Gak semua orang bisa bertahan temenan sama lo kalo sikap lo itu kaya gini! Buang deh jauh-jauh sifat lo yang cuek akan keadaan sekitar. Selama ini gue udah terlalu sabar ngadepin sifat lo yang gak pernah berubah kaya gini La, tapi sabar gue juga ada batesnya!" jelas Cia menggebu-gebu namun tetap terkontrol.

"Tapi gue gatau salah gue apa, Cia?" tanya Crisyella.

Good! Terkadang Tuhan memang selalu mempersulit keadaan dengan caranya sendiri entah itu akan berjalan baik atau buruk. Seperti Crisyella dan Gracia contohnya. Dua sahabat yang memiliki karakter berbeda-- ralat jauh berbeda bahkan bisa dibilang kebalikannya. Namun perbedaan itu yang membuat mereka merasa sempurna. Kenapa? Karena perbedaan itu, hal yang tidak dimiliki dari salah satu mereka bisa tertutupi oleh kelebihan lainnya.

Mereka.. Terlihat seperti layaknya kakak dan adik. Selalu bertengkar, mengalami cekcok, ngambek, ribut, dan semacamnya. Namun hal itu membuat mereka semakin dekat, semakin memahami sifat satu sama lain.

Sulit mencari persahabatan seperti kisah persahabatan mereka. Karena, zaman sekarang banyak orang berteman punya maksud tujuan mengumbar kedekatan dapetin keuntungan dan abis itu lo dibuang gitu aja bagai sampah yang tak berguna.

"Fine, lo gak salah. Dan di sini gak ada yang salah!" seru Gracia.

"Tap--" Gracia mengangkat sebelah tangannya keudara bermaksud memberhentikan ucapan Crisyella. Dan benar saja Crisyella bungkam.

"Diem La, gue masih marah sama lo." tegasnya dengan ekspresi dingin tanpa mau menatap Crisyella.

Tak menghiraukan perkatan Gracia, Crisyella terus meminta menanyakan apa yang telah ia perbuat terhadap sahabat satu-satunya itu. Gracia jengah, cape, bosan mendengar celoteh Crisyella. Beginilah Crisyella jika sifat bawelnya sudah muncul. Memang tak banyak yang bisa melihat sifatnya yang seperti ini bisa dibilang hanya orang terdekatnyalah yang dapat melihat kebawelan dirinya terlebih Gracia, karena sudah lama Crisyella bagai begitu jauh hubungannya kepada kedua orangtuanya.

"Cia maafin Cella ya,"

"Cia ih ngomong dong, Cella salah apa?"

"Ciaaaaa.."

CellaGarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang