Regar terkekeh. "Dia yang gue maksud itu Abyan."
Keduanya terbelalak kaget dengan mulut terbuka. Ramol yang pertama menyadari kemudian berucap, "Abyan yang lo maksud apa sama kaya Abyan yang gue kenal?" tanyanya harap-harap cemas.
"Iya, dia Abyan Reynand. Sahabat kita waktu SMP yang udah menghianati persahabatan kita."
Dan lagi-lagi keduanya terbelalak kaget. Masih tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Bagaimana bisa?" gumam Victor yang masih terkejut sambil geleng-geleng kepala.
"Gue juga gak tau," sahut Regar.
"Bukan, maksud gue. Bagaimana bisa lo masih nganggep Abyan sahabat lo, setelah apa yang udah dia perbuat sama lo!"
Regar terkekeh mendengar ucapan Victor yang ada benarnya.
"Entahlah. Begonya gue ya di situ. Gue masih nganggep sahabat pada orang yang seharusnya gue benci. Tapi, rasanya pas gue liat muka dia tadi gue pengennya marah dan gue jadi keinget apa yang udah dia lakuin ke gua." jelas Regar.
"Kalo gitu kenapa lo masih nganggep dia sahabat?" desak Victor yang merasa sedikit kesal.
"Lo gak bakal ngerti." Regar menaikan suaranya sambil menatap tajam Victor.
"Ketika lo merasa kesel, marah, benci kepada seseorang karena perbuatan orang itu, tapi disatu sisi lo ngerasa terbebani sendiri dengan rasa benci lo dan jauh di dalam hati, lo ngerasa peduli dan care sama orang itu. Semua yang lo lakuin bakalan terasa salah, sampai kapan pun." Regar berkata dengan lirih dan menurunkan nada bicaranya.
"Walaupun pada akhirnya lo jadi tau apa itu artinya kehilangan." lanjut Regar.
Semuanya terdiam. Mencerna setiap kata yang berusaha didengar oleh telinga mereka.
"Sebagai sahabat, gue cuma bisa ngedukung lo. Ya meskipun gue tau apa yang udah dilakuin Abyan itu kelewatan, tapi gue yakin dia punya alasan tersendiri kenapa ngelakuin itu." ucap Ramol.
Victor menaikan sebelah alisnya mendengar ucapan Ramol. "Kenapa lo jadi terkesan ngebela Abyan begitu?"
Ramol yang mendengar ada sindiran sekaligus sinis memandang Victor kesal.
"Gue bukan ngebela dia, gue cuma berusaha menempatkan diri di tengah-tengah. Melihat dari dua sisi."
"Maksud lo ngeliat makhluk halus gitu? Sampe harus ngeliat dari dua sisi. Ck! Yang bener aja." Victor tersenyum mengejek melihat Ramol yang mulai tersulut emosi.
Belum sempat Ramol membalas ucapan Victor, Regar terlebih dulu berbicara sebelum perang dunia ketiga terjadi.
"Udah-udah. Lo berdua kenapa jadi ribut gini. Gue ke sini itu buat menenangkan pikiran gue yang lagi kacau, kalo lo berdua tetep mau ribut kaya gini mending kalian pergi dari sini. Tempat ini terlalu bagus buat kalian jadiin tempat ribut." ucap Regar sarkas bermaksud menghentikan perdebatan mereka yang nyatanya berhasil meski harus menyindir, sidikit.
Victor dan Ramol saling tatap, bukan tatap dalam artian mereka tengah dimabuk cinta. Tapi tatapan yang memiliki arti berbeda.
"Sorry." kata mereka berbarengan.
Regar tersenyum menang. See, mereka memang tidak bisa jika harus saling memendam rasa kesal. Itulah gunanya persahabatan, meskipun terkadang kita memiliki pemikiran ataupun pendapat yang berbeda satu sama lain itu tidak menjadi alasan untuk kita saling membenci. Justru dari bedanya pendapat yang kita punya, kita bisa belajar bagaimana caranya menghargai satu sama lain.
Ya, memang harus diakui terkadang perbedaan itu yang membuat kita menjadi emosi dan tak terkendali sehingga berakibatkan perpecahan. Tapi apa gunanya persahabatan jika kita tak bisa mengerti dan menghargai pemikiran satu sama lain? Dan pada saat itulah persahabatan kalian diuji.
![](https://img.wattpad.com/cover/87125274-288-k995241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CellaGar
أدب المراهقينKlise. Tentang kisah percintaan remaja yang penuh drama dan keegoisan. Tentang kisah masa lalu yang menjadi bayang-bayang keseharian dan menghancurkan masa depan. Tentang keegoisan seseorang yang tidak dapat menerima kenyataan yang begitu menyaki...