Dear, my bubu .
Entah kenapa hati ini masih terasa kosong. Mungkin kalau hati aku diteliti pake mikroskopnya Robert Hooke yang dia liat bukan rongga kosong dan sayatan pada tumbuhan, melainkan rongga kosong dan sayatan halus yang menghiasi hatiku.
Jujur saja, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, aku masih belum bisa melupakan Gerald. Aku tahu, aku terlalu kekanakan untuk mengenal yang namanya cinta. Tapi bagaimana lagi? Kenangan-kenangan manis yang pernah kita lalui masih melekat didalam ingatanku.
Seperti yang dibilang Mama sama Gracia, aku hanya perlu mengikhlaskan dan melangkah ke depan. Karena pada kenyataannya kaca depan mobil lebih besar dari kaca spion, yang artinya masa depan lebih berharga daripada masa lalu.
Keep fighting Crisyella, kamu pasti bisa!
Crisyella menutup buku diary tersebut, kemudian merebahkan tubuhnya yang terasa lelah dan memejamkan mata tanpa menunggu Gracia yang sedang mandi.
Tak butuh waktu yang lama untuk menunggu Crisyella terlelap dan bergabung ke alam bawah sadar. Hingga dengkuran halus mulai terdengar di penjuru kamar.
Gracia keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyama tidur dan handuk yang melilit rambut panjangnya.
Ia melangkah menuju meja rias dan mengeringkan rambutnya menggunakan pengering rambut. Tiba-tiba saja terdengar suara dentingan ponsel yang menandakan pesan masuk, namun bukan dari ponselnya.
Gracia melirik ponsel Crisyella yang terletak begitu saja di atas meja belajar. Ia mengambil benda pipih itu dan membuka pesan masuk tersebut.
Abyan : besok aku tunggu di cafe deket sekolah jam 10 pagi. See you:)
Jijik.
Mungkin kata itu yang mendeskripsikan perasaan Gracia saat membaca pesan tersebut.
"Aku-kamu?" ujar Gracia, "jijik banget. Pacar juga bukan, segala pake aku-kamu." lanjutnya.
Entah mengapa sejak pertama kali Gracia melihat Abyan ia sudah tidak suka dengan orang itu. Dengan kesal Gracia menghapus pesan tersebut dan menaruh kembali ponsel Crisyella ditempat semula.
"Dapet dari mana sih lo temen kaya gitu, La? Ck." Gracia terkekeh diakhir kalimat dan menyelesaikan tatanan rambutnya yang masih sedikit basah.
Masa bodolah. Mau tidur ini gak usah rapih-rapih. Pikir Gracia.
Gracia mematikan lampu kamar dan menyisakan lampu meja di nakas sebelum bergabung dengan Crisyella di kasur nan empuk sekaligus nyaman milik Crisyella. Tak butuh waktu lama untuk membuat mata itu terpejam dan terlelap.
Di lain tempat.
Regar berbaring diatas kap mobil miliknya yang terparkir di depan rumah perkumpulan. Kepalanya ia hadapkan ke atas dan memandang langit yang terlihat gelap tak berbintang.
Tak ada satu suara yang dikeluarkannya sejak beberapa jam yang lalu, bahkan ia belum mengganti seragam putih abunya sejak ia kembali dari restoran. Hanya suara jangkrik dan kodok yang saling bersautan yang menemani kesunyiannya kali ini.
Victor? Ramol? Entahlah. Dua makhluk ajaib itu sedang apa sekarang. Mungkin saja mereka sudah terlelap karena kini sudah memasuki pukul sepuluh lewat lima menit.
Regar memikirkan tentang hubungannya dengan sang pujaan hati yang tidak semulus jalan tol. Ingin rasanya ia mengenal gadis itu lebih dalam dan mencoba memperbaiki perselisihan diantara mereka yang belum terselesaikan.
"Gak takut kesurupan apa lo di luar mulu? " celetuk seseorang yang tanpa menoleh pun Regar sudah tau siapa orangnya.
"Ck. Ganggu ketenangan gue aja lo! Kampret!" seru Regar diselingi dengan kekehannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CellaGar
Teen FictionKlise. Tentang kisah percintaan remaja yang penuh drama dan keegoisan. Tentang kisah masa lalu yang menjadi bayang-bayang keseharian dan menghancurkan masa depan. Tentang keegoisan seseorang yang tidak dapat menerima kenyataan yang begitu menyaki...