"Mau kemana Va?"tanya Bintang sembari berusaha mengejar Iva.
Iva dengan rasa bodoamat dan cuek-nya menjawab,"Ga kemana-mana. Udahlah lu sama Jihan aja sana. Ngapain ngurus gue. Tar juga gue balik."
Bintang tetap menunggu Iva setelah ia melontarkan k...
Terdengar suara tangisan dari dalam rumah Iva. Tanpa Iva liat pun, ia sudah tau alasan tangisan itu. Dengan segera Iva berlari menghampiri ibunya yg terduduk lemas.
"Bu? Kenapa lagi?" tanya Iva tak kuasa menahan tangisnya.
Setelah Iva mandi, ia lalu melakukan ibadah. Berdoa semoga keluarganya baik-baik saja. Dijauhi dari orang-orang jahat.
Kini Iva menelpon Fareihan. Dalam situasi ini ia butuh penenang kepenatan yang hadir.
"Halo, assalamualaikum."
"Bang..." ucap Iva lemah.
Diseberang orang tersebut gelisah.
Iva menjelaskan secara detail kejadian-kejadian yang ia alami hari ini. Memang hanya Fareihan tempat ia berkeluh kesah. Walaupun jarak mereka jauh tetapi komunikasi tetap berlanjut.
Fareihan tau betul kapan Iva senang, sedih, kecewa. Segala perasaan Iva, Fareihan tau. Segalanya.
"Gitu bang."
Andai saja Fareihan ada di sebelahnya. Ia akan memeluk Iva dengan segera mungkin.
Fareihan menghibur Iva sampai Iva tertidur karena terlalu lama menangis. Dan Fareihan pun memutus telepon dengan sepihak.
. . .
"Garudaa." panggil Jihan ketika ia melihatnya.
Garuda pun menoleh ke belakang.
"Kenapa Han?"
"Laskar mana?"
"Tau tuh anak. Di bp kali ngegoda bu Irma."
Jihan hanya mendengus.
"Oiya, gue mau nanya."
"Apa?"
"Waktu itu setelah lo anterin gue. Pas gue bangun tidur masa ada kotak gede isinya coklat sama es krim. Trus gua mimpi kalo kotak itu dari Bintang. Mustahil banget ga sih? Tapi gapapa deh jadi happy gue dibuatnya. Hadue." dan Jihan pun senyum-senyum ga jelas dihadapan Garuda.
"Itu dari gue."
3 kata 1 kalimat yang telah merenggut kebahagiaan Jihan.
"Dari lo? Dalam rangka apa dah? Segala sorry sorry an. Alay lo."
"Ya gue mau minta maaf aja gitu pas kejadian di mobil."
Jihan hanya mengangguk-ngangguk ga jelas.
"Okey.. Gue traktir baso kuy."
"Y x g kuy." dan Garuda senang karena dapat menghemat sedikit uang jajannya.
. . .
"Eh itu ada si ganteng jalan sendirian. Panggil Gar."
Garuda yang sedang menikmati baso gratisnya langsung mengangkat kepalanya dan terbingung.
"Si ganteng siapa deh?"
"Bintang hehe."
"Watda.. Mana orangnya?"
"Tuh lagi beli soto mie."
"Oke."
Setelah Bintang telah mendapatkan soto mie-nya. Ia terbingung harus duduk dimana sedangkan kantin sudah penuh sekali.
"Tang! Sini." panggil Garuda.
"Sip lah."
Bintang menaruh soto mie-nya di meja. Jihan yang duduk di depan Garuda menahan napasnya.
Dan Bintang tersenyum melihat Jihan. Menyejukkan. Tidak seperti Bintang biasanya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sebuah senyuman yang berpengaruh besar bagi Jihan. Bintang tidak tau saja dibawah kaki Jihan tengah menendang-nendang kaki Garuda. Dan Garuda pun meringis kesakitan.
"Kenapa Gar?"
"Ha? Ah ngga tadi liat tukang lumpia basah selingkuh sama Laskar. Sakit hati babang."
"Jayus ler." tetapi tersenyum mendengar guyonannya.
"Tadi katanya lagi di bp?" tanya Jihan. Reflek.
"Serah gue lah."
Di depannya Jihan sudah lupa bagaimana untuk bernafas. Sungguh.
Hanya karena seorang Muhammad Bintang Alvero.
Brukk
Seseorang memukul meja kantin yang ditempati Garuda sejak awal.
"Yowasap ma fren apa kabs?"
Astagfirullah tolong baim tuhan.
Jihan yang sedari tadi menatap Bintang dengan kagum langsung melihat ke arah kanan. Itu Laskar. Yang baru saja diomongin sama Garuda kalo sedang selingkuh dengan tukang lumpia basah. Btw, anaknya tukang lumbas cewe, cakep. Tapi mereka suka bilang tukang lumpia basah.
'Biar gampang manggil si cecan,'Laskar said.
"Apa sih lo Kar? Ga jelas bingits."ucap Bintang.
Wow Bintang yang terlihat cool di depan ternyata mempunyai jiwa alay yang sangat baik.