"Ini semua pertanyaan yang bakal lu tanyain ke kepala sekolah yang baru."
"Siap kak. Btw, ntar aku sama siapa? Apa aku sendiri kak?"
Ketua jurnal itu pun berpikir bentar.
"Ah! Sama Bintang aja. Lu tau kan? Bintang XI IPA 3. Nanti gue kasih tau orangnya."
Wut?!
Iva hanya mengangguk lemah.
Ketua jurnal pun melihat perubahan mood Iva dari ceria menjadi sedih.
"Apa keberatan Va?"
"Ah ngga kak. Aku temenan baik kok sama dia." seutas senyum pun terbentuk di bibirnya yang manis.
. . .
Iva memasukan berkas tersebut ke tasnya. Dengan segera ia mengeluarkan iPod nya dan headset. Ia butuh penghibur di saat yang seperti ini.
"IVAAAA!!!"
Iva terlonjak kaget. Kebiasaan Jihan ketika bahagia. Dilepaskannya headset untuk mendengar cerita Jihan.
"Ada apa Han?"
Semuanya ia ceritakan ke Iva.
"Oh wow. Perkembangan dong. Congrats yaaa,"ucap Iva sekaligus bahagia.
"Thanks hehe."
"Apa sekarang Bintang telah membuka sedikit hatinya buat lo Han?"
Sekejap Iva mengingat apa yang dikatakan Bintang tempo lalu.
"Gue ga seburuk apa yang lo kira, Va."
"Mungkin hehehe. Semoga Vaa. Doain yaa!!"
Kesenengan yang terlalu berlebih dapat membuat kesedihan yang terlalu berlebih juga.
"Ada Iva?"
Seseorang nongol dari pintu kelas Iva. Iya, dia Bintang. Seseorang yang baru saja di omongin sama Jihan.
"Gue. Ada apa?"
"Sini keluar dulu bentar."
Jihan terbengong sambil berkata dalam diam dengan gestur bibir ke Iva,"Ada apa?"
Iva hanya mengangkat bahunya, tanda tidak tau.
"Ada apa Bin? Tumben."
"Tadi kak Adit udah bilang ke gue kalo kita kebagian tugas wawancara kepala sekolah. Mau kapan?"
Seorang cewe yang sedang berdiri di depan Bintang adalah patung. Tidak bergerak, tidak menjawab pertanyaannya. Apa dia tidak bernafas juga? Entahlah.
"Hey."
Iva pun telah kembali menjadi manusia dan menjawab pertanyaan Bintang,"Besok aja ya. Sekarang gue ga bisa."
"Oh oke. Besok," sebelum Bintang beranjak dari tempatnya ia berkata,"Jangan sering ngelamun. Ga baik, cewe. Oke. Istirahat yang betul ya."
Sungguh kaku karena baru pertama kali Bintang begini.
Tetapi, sengatan listrik baru saja menyambar seluruh badan Iva.
Iva kembali ke kelasnya. Jihan terlihat menunggu kehadiran Iva.
Dengan segera ia bertanya,"Ada apa Va?"
"Ah ngga itu masalah jurnal gue sama dia kebagian tugas yang sama."
"Oh jurnal.."
Terlihat Laskar masuk ke kelas dan mengagetkan Iva dan Jihan. Memang kurang kerjaan tuh anak.
Fyi aja, Iva, Jihan dan Laskar sekelas sedangkan di kelas lain Garuda dan Bintang yang sekelas. Dan Laskar duduk di depan Iva.
"Va, pr mtk udah belum? Liat dong."
"Ha? Emang ada?" tanya Iva panik sebab tadi malam ia langsung tertidur setelah menelpon kakanya.
"Ada cui. Jangan bilang lo belum."
Iva hanya mengulum senyumnya,"Belum hehe. Jihan pasti udah. Liat dong."
Dengan enteng Jihan berkata,"Laskar aja belum," terjadi jeda sejenak,"Apalagi gue."
"Hadue mampus gue."
Baru saja Laskar ingin bertanya pada teman sekelasnya yang lain, Pak Rudi datang dengan penggaris panjang dan buku pengetahuannya itu.
Terlihat biasa saja tapi tetap saja menyeramkan!
. . .
Maaf part ini ga jelas krn mood kurang baik. Maaf yaa.
YOU ARE READING
NUTS[1]- Bintang
Teen Fiction"Mau kemana Va?"tanya Bintang sembari berusaha mengejar Iva. Iva dengan rasa bodoamat dan cuek-nya menjawab,"Ga kemana-mana. Udahlah lu sama Jihan aja sana. Ngapain ngurus gue. Tar juga gue balik." Bintang tetap menunggu Iva setelah ia melontarkan k...