"Bin, balik bareng gue yuk. Semenjak kita pacaran, nggak pernah tuh kamu ajak aku pulang sekali pun," rengek Jihan ke Bintang yang sibuk dengan ekskul jurnal.
Bintang tengah sibuk menata mading sekolahnya. Tidak, itu sebenarnya bukan tugas jurnal, tetapi tugas anak mading. Namun, dikarenakan pelatih jurnal sedang berhalangan hadir, Bintang bantu saja anak mading. Kurang baik apa coba?
"Lagi sibuk," jawab Bintang acuh.
Jihan tidak berani membantah. Karena, jika ia memarahin Bintang, bisa saja hubungannya akan menjadi tidak baik. Dan Jihan tidak mau itu terjadi.
Meskipun Jihan tau, Bintang-nya tidak seutuhnya yang Jihan dapatkan. Raganya bersama Jihan tetapi tidak dengan hati dan tatapan matanya.
"Oke, aku pulang dulu ya."
Dan Jihan pun pergi dengan perasaan yang berkecamuk tidak jelas.
. . .
"Jadi, mana cewe yang mau lu kasih tunjuk ke gue?" tanya Iva ke lawan bicara yang tengah di hadapannya.
Seseorang itu yang sedang mengesap Caramel Frappucino-nya dengan segera mencari pujaan hatinya ketika pertama kali bertemu. Ketika, hatinya patah.
"Tuh. Cewe yang di pojokkan dengan tatapan kosongnya yang membuat diri gue nggak tahan untuk bertanya 'ada apa?'"
Iva tersenyum. Iva tau, jika seseorang yang di hadapannya sudah jatuh cinta, dia akan berjuang semampunya. Meskipun, Iva tau, percuma saja berjuang sendirian sedangkan orang itu lebih memilih untuk diam, stuck di zona amannya.
Dan Iva telah melewati masa itu.
Masa dimana seseorang itu telah berjuang buat dirinya, tapi Iva lebih milih diam membisu.
. . .
Di depan para pengunjung Cafe itu, Laskar dan Skala baru saja mengakhiri "konser sederhana"-nya. Dengan riuhan tepuk tangan, Laskar merasa bahagia. Karena, sudah lama juga ia tidak bernyanyi di depan umum setelah lama hiatus.
Laskar dan Skala berjalan ke arah teman-temannya berada.
"Gils. Suara bang Laskar bagus bingit woi,"teriak Jihan heboh.
"Emang bagus kelii, kamu kemana ajah,"komentar Laskar dengan kealayan-nya yang baik.
Bintang menatap ke arah cewe yang duduk di depan tempat Laskar dan Skala menunjukkan bakatnya.
"Kal, tuh cewe yang duduk depan podium si Amal bukan ya? Anak kelasan kita,"tanya Bintang memastikan.
Tanpa disadari kelima temannya langsung melihat ke arah sana. Namun nihil. Cewe itu tidak ada di meja yang ditunjuk Bintang.
"Eh si kampret malah balik," umpat Bintang.
"Buset, kasar amat bang Bintang,"komentar Laskar menanggapi.
"Dengan kondisi suara lu yang bagus gini boleh deh tiap malming lu nyanyi di Cafe gue, Kar."
Akhirnya, Garuda mengizinkan Laskar untuk menyalurkan bakatnya disini. Kali aja gitu ada musisi main ke Cafe ini terus liat Laskar. Terus ntar Laskar ditawarin job nyanyi dan Laskar terkenal. Pasti teman-temannya bakal bangga padanya.
YOU ARE READING
NUTS[1]- Bintang
Dla nastolatków"Mau kemana Va?"tanya Bintang sembari berusaha mengejar Iva. Iva dengan rasa bodoamat dan cuek-nya menjawab,"Ga kemana-mana. Udahlah lu sama Jihan aja sana. Ngapain ngurus gue. Tar juga gue balik." Bintang tetap menunggu Iva setelah ia melontarkan k...