Please do comment and vote if you like this story^^
**
"Bisa tidak, kau tidak berlagak sok kuat? Menangislah."
Taehyung memelukku, erat.
Seakan di jalanan ramai ini tidak ada orang lain selain kami berdua. Ia bahkan seperti tidak peduli jika orang-orang memperhatikan kami. Aku semula tidak bisa menangis karena terkejut akan perbuatannya yang sangat tiba-tiba, namun saat ia semakin mengeratkan pelukan dan mengelus kepalaku perlahan—seakan berusaha menyalurkan ketenangan—pertahananku buyar dan tubuhku mulai bergetar, cairan bening itu perlahan mengalir dan membasahi seragam Taehyung.
Aku menggigit bibir, berusaha menahan tangis meski usaha itu sia-sia. Yang ada aku malah sesenggukan dan semakin membasahi seragam Taehyung. Aku harap ia tidak menyuruhku mencuci setelah ini.
"Hobimu sungguh aneh, Jihyun. Membuat orang khawatir." Taehyung terkekeh kecil. Tangannya masih mengelus rambutku dan aku merasa wajahku mulai memanas entah mengapa. Aku meremas seragam Taehyung dan menyembunyikan wajahku semakin dalam di dada bidangnya karena malu.
Oh, haruskah aku katakan, kalau berada di dalam pelukan Taehyung adalah salah satu tempat ternyaman di dunia?
Aku sudah gila. Tapi memang benar, aku tidak bisa menampik fakta yang satu itu.
Aku melepaskan diriku dari pelukan itu setelah tangisku mulai mereda. Sedikit kecewa, namun aku tidak boleh berlama-lama berada dalam kendali musuh, benar?
"Ini mukamu yang nomer berapa?" pertanyaan bodoh itu tergelincir begitu saja dari mulutku. Oh, Jihyun, kenapa kau tidak bisa diam dan menyimpannya di dalam otak bodohmu itu?
Taehyung mengangkat alis sebelah, terkekeh pelan, "Maksudmu?"
Aku mengibaskan tanganku ke wajahnya, "Ah, sudah tidak usah dipikirkan. Ayo pulang."
Tanpa mempedulikan ekspresi wajah Taehyung yang penasaran, aku melenggang melewatinya dan berusaha terlihat cool meski wajahku benar-benar tidak karuan akibat menangis tadi. Bahkan bisa kurasakan mataku memberat karena sembab. Biasanya habis menangis, aku akan langsung tertidur, tapi saat ini aku masih harus menempuh beberapa ratus meter untuk sampai ke rumah dan tidur.
"Yah, aku ingin makan tteokbokki. Tapi kau yang bayar." aku memutar bola mataku mendengar suara Taehyung dari belakang.
Aku berusaha untuk pura-pura tidak dengar, namun belum sempat aku melakukannya, dia sudah menarik lenganku ke sebuah stand jajanan di pinggir jalan.
Yasudahlah, lagipula aku berhutang padanya atas hari ini.
**
"Jihyun-ah, kau dengar berita tidak hari ini?" aku baru saja datang, hendak meletakkan tasku di meja dan Doyeon sudah bertanya soal berita hari ini. Anak ini memang tidak pernah ketinggalan berita apapun di sekolah.
Aku mengangkat alis padanya, "Berita apa?"
"Katanya, Yugyeom pindah sekolah. Anggota grup cheerleaders membahasnya pagi ini di grup kakaotalk."
Mendengar nama itu, jantungku seakan berhenti berdetak selama satu detik.
Yugyeom. Si brengsek yang sudah menyalahgunakan kebaikanku.
YOU ARE READING
Alien Next Door [KTH]
FanfictionKetika Kim Taehyung si tetangga baru menjadi musuh terbesar sekaligus orang yang paling berarti bagimu di saat yang bersamaan... ••• (ON-EDITING) ⚠ DO NOT PLAGIARIZE ©kookkiri, 2016.