Cantik

3.1K 280 18
                                    

Jane pov

Sepertinya hari ini akan melelahkan.

Acara sosialisasi yang diselenggarakan oleh salah satu kampus di Jakarta ini cukup ramai.

Sekitar 100 orang yang hadir membuatku harus menyiapkan energi, karena beberapa karyawan mengabarkan tidak masuk dengan alasan yang berbeda.

Function room yang telah ditata dengan round table style demi memperoleh ruang yang cukup.

Setelah pembukaan dan pembahasan yang dilakukan sekitar 1 jam lamanya, kebanyakan dari mereka pasti merasa bosan mendengarkan ocehan dari cowok kurus yang berdiri di podium tadi.

Setelah manager mengarahkan untuk menyediakan beberapa menu, kami pun segera menjalankan tugas kami.

Aku dan beberapa karyawan lainnya bolak-balik untuk mengantarkan pesanan dengan cepat.

Setiap mejanya berisikan 4 kursi. Cowok dan cewek saling bercengkrama satu sama lain dengan teman semejanya.

Tiba saatnya aku mengantar pesanan terakhir untuk meja nomor 25.

Aku tidak terlalu memperhatikan siapa saja yang berada di meja ini, tapi sudah jelas satu diantaranya adalah cowok kurus tadi.

"Ssshh. . " Desis cewek disebelahku Saat aku tidak sengaja menjatuhkan gelas dan membuat semua isinya jatuh ke rok putihnya.

Pasti saat ini ia menahan diri untuk tidak berteriak padaku.

"Maaf, Kak. saya nggak sengaja." Ucapku sambil mengusap roknya dengan tisu.

"Hati-hati dong, mba. Temen saya jadi basah gitu kan." Tukas cewek lainnya dengan culas.

Aku mulai berhenti saat cewek ini mengangkat tangannya sebagai isyarat.

"Gapapa, Ta. Dia juga gak sengaja. Aku pamit ke kamar kecil dulu yah."

Cewek ini berlalu. Tanpa berani melihat kearahnya, aku pun kembali ke dinning table.

Dengan kepala tertunduk aku melirik pak Tiar yang sepertinya sudah menungguku.

"Aduh Jane. Kamu sekalinya ikut general reservation udah bikin masalah gini."

"Maaf, pak."

Inilah yang aku takutkan. Kepribadian tertutup membuatku merasa risih dan canggung apabila berada dilingkungan umum. Pekerjaan ini membutuhkan percaya diri dan profesional kerja yang cukup tinggi. Dan aku merasa gagal karena telah melakukan kesalahan tadi.

"Ya sudah kamu urus nona tadi. Saya tidak mau kalau dia sampai mengajukan komplain atas kinerja kita yang dinilainya buruk." Suruhnya dengan nada kesal.

"Baik, pak."

***

Tidak ada orang, apa dia sudah keluar?

Aku menelusuri pandanganku pada ruangan yang cukup besar ini. Dari sekian banyak pintu hanya satu bilik yang tertutup, itu berarti ada orang didalamnya.

Aku memutuskan untuk berdiri memunggungi cermin, sambil memegang celana jeans bersih yang aku ambil dari loker sebelum kemari.

Ceklek.

Refleks tubuhku berdiri tegap saat mendengar pintu yang dibuka.

Menampilkan sosok yang anggun meski hanya menggunakan kaos tipis hitam dilapisi blazer biru. wajahnya heran dengan keberadaan ku disini. Wait, Dia kan?

Segera aku tersadar untuk kembali ke niat awalku untuk menyelesaikan urusan ini.

"Ehm. . Saya mau minta maaf sebelumnya atas kejadian tadi. Ini saya bawakan celana bersih." Aku tak sanggup menatap wajahnya berlama-lama. Menatap lantai adalah pilihan terbaik saat ini.

JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang