Jane povI'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away"Halo, Jess. Iya ini aku baru sampe, kamu dimana?"
Sore ini aku bersikeras ingin menjemputnya, meski dia bilang tidak ingin merepotkanku sepulang kerja.
"Aku diperpus, kamu kesini dong. Tugas aku belom kelar."
Ia terlihat lelah dengan semua buku dihadapannya. Aku menatapnya dari jauh.
Tanpa berbicara aku menghampirinya. Ia tidak sadar bahwa aku kini berada dibelakangnya.
"Jane, kamu kok gak jawab."
Dia nampak kesal dengan mengetuk-ngetuk bulpoin ke meja. Lalu ku sentuh pundaknya dengan sedikit meremasnya. Namun dia segera memegang tanganku lalu memelintirnya keras.
"Aw. .aw. .aw. . Jess, sakit." eluhku cepat. Dia sontak melepaskan tanganku dan menatapku dengan tatapan bersalah.
Aku mulai duduk disampingnya dan masih memegang pergelangan tangan yang kurasa terkilir.
"Sorry. . Sorry, aku gak tau kalo itu kamu."
Dia memijat ringan tanganku.
"Hehe. . Aku cuma mau kasih surprise, tapi malah gini." Untung saja tidak terlalu keras tadi, jika iya maka aku harus benar-benar pergi ke mak Erot untuk urut.
"Maaf yah." Dia menundukkan kepalanya merasa tidak enak.
"Bukan salah kamu kok. Jadi gak perlu minta maaf."
"Tapi tetep aja tangan kamu kan jadi sakit gara-gar. . ." Kuletakkan jariku di bibirnya dan membuatnya bungkam.
"Udah ya, aku kesini bukan mau salah-salahan. Lanjutin lagi gih ngerjain tugasnya." Pipinya terlihat memerah, apa dia sakit? Ah sudahlah, ini bukan pertama kalinya dia seperti itu.
Dia kembali membolak-balik lembar buku tebal disampingnya. Aku pusing melihat tulisan kecil-kecil itu, jadi kuputuskan untuk mencuci mata dengan melihat-lihat sekeliling perpustakaan ini.
Tidak ada yang menarik, sampai aku temukan sosok tinggi dengan rambut lurus terurai sebatas punggung. Kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, membuatnya terlihat pintar. Apa lagi kemeja blus yang ia kenakan dengan skirt A-Line diatas lutut membuat kulit coklatnya terekspos, benar-benar seksi menurutku.
Kulihat disekitar cewek itu, banyak mahasiswa lain yang mencuri-curi pandang ke arahnya, namun ia tampak tak begitu menghiraukan sekelilingnya. Seolah ia asyik dengan dunia yang ia buat sendiri, jadi ingat awal pertama aku bertemu Jessi. senyum manisnya pun memperlihatkan sederet gigi putih dan rapi, buku apa yang sedang ia baca?
"Jane." Suara Jessi sedikit keras terdengar.
"Apa sih Jess, jangan teriak-teriak gitu." Wajahnya terlihat kesal.
"Kamu aku panggilin dari tadi gak nyaut. Taunya lagi ngeliatin dosen baru itu?!" Ucapnya sembari membenahi buku diatas meja.
"Dia dosen? Cantik sih." Gumamku pelan.
Jessi kemudian pergi tanpa menghiraukan ku yang masih duduk. Aku menoleh kearah tadi, namun sayang, dosen cantik itu sudah pergi dari tempatnya. Aku segera menyusul Jessi yang kulihat berjalan dengan cepat ke arah pintu.
Dia terlihat kesal, mungkin tugasnya belum selesai, lelah dan ingin segera beristirahat.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
JANE
General FictionKetika seseorang yang baru kamu kenal, tiba-tiba menarikmu jauh dari kehidupan yang sudah sedari dulu kau jalani. Dia membawamu untuk merasakan hal-hal baru, bahagia, menyenangkan, sakit dan menyedihkan. Main Cast: -Jannine Weigel (Jane) -Jessica Mi...