Tanda

2.9K 244 5
                                    

Jane pov

Aroma yang aku kenal mulai menusuk indra penciumanku. Perlahan ku buka mata dan dapat kulihat dia sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdyer.

Ia memunggungiku tanpa tahu aku telah bangun dan duduk dibelakangnya saat ini.

Dimatikannya alat pengering tadi, aku langsung memeluknya dan ia tampak terkejut atas perlakuanku barusan.

Ku letakkan daguku dipundaknya, ku tempelkan hidungku dileher putihnya yang mulus. Dapat kurasakan harum sampo dan sabun menjadi satu.

Kini aku merasakan dingin yang menghangat saat tangannya membelai lenganku dengan lembut.

"Kamu udah bangun?" tanyanya dengan suara pelan. aku hanya mengangguk.

"Mau sarapan? aku beliin dibawah ya?" aku menggeleng. Sungguh aku tidak selera saat ini.

"Kamu kuliah pagi?" tanyaku melonggarkan pelukanku agar ia dapat mengarahkan tubuhnya menghadapku.

"Iya. Kenapa?" Tatapannya sangat teduh.

"Aku anter, sekalian aku ada schedule cleaning."

Dia menatap ku seakan apa yang aku ucapkan barusan terdengar aneh.

"Kamu kok liatin aku gitu?"

Dia terkekeh sebentar.

"Kamu lupa ya kemaren aku anterin kamu pake mobil." ia mengingatkanku. Ah aku lupa.

"jadi hari ini gantian aku yang anterin kamu." ucapnya dengan tegas.

Baru saja aku ingin menolaknya "eitz. Gak boleh nolak, Jennie." jari tengah dan telunjuk ditekuknya mengapit hidungku bersamaan.

Ia tertawa saat melihat mukaku mulai kesal. Dan aku suka saat melihatnya seperti ini. Tertawa karenaku.

"Ya udah kamu mandi gih. Bau asem meluk-meluk aku. Kalo udah mandi, mau cium mau apa juga silahkan." katanya meraih sisir di dalam tas.

Aku beranjak menuju kamar mandi tanpa menanggapi ucapannya. Aku tidak yakin bisa menahan hasratku lebih lama jika dia semakin menggodaku.

***

"Jane." Seru Jessi saat aku keluar kamar mandi sambil menggosok rambutku dengan handuk.

"Hmm." Kulirik ia yang sedang asyik mengutak-atik iPhonenya. Duduk dipojokan atas tempat tidur dan bersandar pada tembok, ia terlihat nyaman dengan posisinya sekarang.

Namun tak lama ia beralih ke sisi tempat tidur mendekat ke arahku tanpa melepaskan pandangannya dari layar.

"Liat deh, Jane. Ada film baru nih, kebetulan tayang besok." Jessi menunjukkan pict poster film yang ia maksud, bergenre romance, misteri dan drama kesukaannya.

"Kita nonton yah?!" Puppy eyesnya memohon kepadaku. Tentu saja aku tak bisa menolaknya.

"Besok yah? Tapi aku masuk siang, gimana dong?" Aku sedikit menggodanya, rindu melihatnya bertingkah layaknya anak kecil yang ingin di perhatikan.

Ia semakin mendekat ke arahku kemudian memelukku dari belakang, sama seperti apa yang aku lakukan padanya tadi. Akupun mendekap lengannya yang sudah melingkari perutku dengan sempurna.

Kurasakan Ia mulai menyentuh tengkuk leherku dengan hidung dan bibirnya. Deru nafas hangat menerpa kulitku sehingga membuatku bergidik.

Ia berikan kecupan cukup lama disana, Membuatku tak dapat mengatakan sesuatu agar dia berhenti. Sensasi aneh yang aku rasakan hanya dengan bersentuhan dengannya. Seperti nikmat tidak ingin aku ingkari, aku menerima perlakuannya tanpa menolak seperti yang sudah-sudah.

JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang