Kembali

2.7K 259 25
                                    


Jessi pov

Hari-hari ku kembali penuh kekosongan. Tak lagi sama seperti hari-hari sebelumnya.

Orang yang aku anggap memiliki rasa yang kuat untukku, yang selama ini selalu ada disampingku, kini telah pergi meninggalkanku tanpa ia sadari. Ia melanggar janjinya.

Menjauh dari perasaan yang sama, dia pergi menjauhi hatiku yang mulai mendekat.

Kenapa, Jane?

Kenapa aku mencintaimu sedalam ini?

Bahkan selama sebulan ini, tidak ada tekad baikmu untuk menemuiku dan memperbaiki semuanya.

Aku menangis sepanjang hari. sekeras apapun aku mencoba menjauhkan Pikiranku darinya, ia semakin terbayang jelas.

"JENNIE, KENAPA KAMU SETEGA INI SAMA AKU... KENAPA?"

Aku tak kuat menahannya didalam hatiku, begitu sakit rasanya disaat aku mencintai seseorang, aku tak dapat memeluk, bahkan menciumnya.

Oh Tuhan. Sekarang aku menyesal karena telah menyatakan perasaan bodohku dan membuatnya menjauh dariku. Seharusnya ku simpan hingga ia sendiri yang mengatakannya padaku, dengan begitu aku akan menerimanya dengan senang hati. Aku terlalu egois dan tak bisa menahan diri.

Tok. . Tok. . Tok.

"Jess. Kakak boleh masuk?"

Tanpa menunggu jawabanku ia masuk lalu menghampiriku yang tengah duduk ditepi ranjang.

"Kamu ada masalah apa sih sama Jane?Hampir Tiap sore kakak ketemu Jane cuma berdiri didepan gerbang ngeliatin jendela kamar kamu. Setiap kakak tanya, dia bilang cuma kangen sama kamu. Tapi pas kakak suruh dia masuk, ada aja alasan lalu pergi."

Aku tergelak mendengarnya. Jane datang kemari, tapi dia tak menemuiku. Apa yang dia takutkan sampai melihatku saja urung.

Aku menurunkan lutut yang sedari tadi kugunakan untuk menopang dagu. Kutatap mata Kak Nathan, aku mencari kebenaran didalam sana. Kak Nathan dan Jane sudah cukup dekat sejak awal mereka kenal. Mungkin saja Jane menceritakan semua kepadanya, kemudian kak Nathan mengatakan hal yang tak mungkin Jane lakukan agar aku luluh.

Namun tak sedikit kebohongan dimatanya. Itu berarti Jane benar-benar datang kemari.

"Aku ngacauin semuanya Kak. Aku yang buat Jane ngejauh selama ini. Aku egois Kak. Aku gak mau sampai dia ninggalin aku sama kayak Mama dan Mischa. Apa yang harus aku lakuin?"

Tangisku kembali berderai, kututupi wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku terlalu malu menangis didepan Kak Nathan.

Pria tampan sarjana kedokteran ini menarik tubuhku kedalam pelukannya. Bahkan pelukan Papa tak sehangat ini. Mungkin karena sudah lama juga Papa tak lagi memelukku, aku jadi tak ingat sehangat apa rasanya.

"Jess. Kalo kamu sayang sama dia, jangan pernah lari. Kamu harus selalu ada untuknya, bahkan ketika ia ragu, buat ia merasa yakin." Kak Nathan membelai lembut puncak kepalaku.

Aku tak bisa membayangkan bila tak ada pria ini yang selalu menguatkan keadaanku, seburuk apapun itu dia selalu ada untukku.

"Makasih, Kak. Makasih untuk buat aku ngerasa yakin. Aku yakin Kakak itu malaikat yang dikirim Tuhan buat jagain aku." Aku tersenyum, bila mengingat selama ini kebaikan Tuhan tak pernah ada habisnya. Disaat ia mengambil orang yang aku sayangi, saat itu pula ia mengirim orang yang lebih menyayangiku.

***

Sudah sejam aku menunggunya di lobby tempat ia bekerja, namun batang hidungnya tak terlihat sampai sekarang.

JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang