Jane pov"Jane." Teriak makhluk di sampingku.
"Hmm?" Aku terus bermain permainan ular slither.io diponselku .
"Jannine." Kini dia mulai memanggilku dengan nada kesal.
"Apa, Wildan?" Aku sedikit menengok ke arahnya tanpa melepaskan pandanganku dari layar.
Ularku sudah berada ditingkat nomor 3. Aku tidak ingin ambil resiko. jika sedikit saja aku lengah, ularku akan menabrak ular lainnya.
Tiba-tiba saja Wildan mengambil ponselku dengan paksa.
"Yayayah.. Dan.. bentar lagi itu. Aduh mati dah uler gue." Aku meraih-raih angin kearahnya.
Dia melirik permainanku dan senyum liciknya pun muncul.
"Game over. Hahaha." Wildan mengembalikan ponselku sembari tertawa.
"Ah rese Lo. Padahal bentar lagi skor gue tembus tau." Dengusku kesal. Dia ini cowok rese se-antero Jakarta sekaligus yang paling dekat denganku.
"Abisnya Lo.. Gue panggilin dari tadi kagak nyaut."
"Apaan sih, Dan. Lo kan tau, gue paling gak bisa diganggu kalo udah main game ini."
Beberapa orang disekitar kami sepertinya mulai tertarik dengan keributan kecil yang kami buat.
"Gue mau ngajakin Lo nge-gym ditempat sepupu gue. Dia baru buka cabang di deket sini. Dia ngasih gue 2 voucher member free satu bulan pertama."
"Terus?"
"Ya gue kan tau, Lo member di daerah Sunter. Lumayan jauh tau. Gue kasian sama Lo kalo harus bolak-balik ke sana tiap pulang kerja. Kan capek." Ucapnya kemudian meneguk Coca-cola nya yang sisa setengah.
"Gue udah enak disana, Dan. Orang-orangnya juga asik."
Aku mencolekkan french fries ke saus tomat. Pandanganku mulai menyapu ruang resto yang tidak terlalu besar ini. Suasana yang tidak terlalu ramai selalu membuatku nyaman.
"Ya Lo kan bisa sosialisasi lagi di tempat baru. Gue jamin tempatnya nyaman. Karena baru buka, jadi gak terlalu rame."
Wildan selalu sukses membuat keyakinan ku gugur.
Ku lahap kentang terakhir. Meneguk ice lemon tea hingga hanya menyisakan es batunya saja.
"Lo tuh ya. Kalo soal rayu-merayu, gue akuin Lo rajanya."
Wildan tersenyum menang. Ia bertepuk tangan tanpa menimbulkan suara.
"Tunggu. Selalu ada syarat." Peringatan ku selalu menjadi kelemahan nya.
"Syarat apa lagi sih, nyet?" Senyumnya kini hilang. Dia mulai menatapku penasaran.
"Gue gak mau jadi tebengan Lo yah! Kita bawa kendaraan masing-masing. Deal?"
"Yahhh? Kok gitu si? Lo kan tau gue bawa mobil. Ini Jakarta, Jane. Gue gak mau macet-macetan. Lagian kos-an Lo kan cuma beda gang doang sama rumah gue." Dia menghela nafas panjang.
Aku pun tertawa melihat muka melas yang ia tunjukkan. Dia pikir aku akan kasihan melihatnya. Itu adalah salah satu kesenanganku.
"Gue juga gak mau kalo harus balik pake angkot lagi. Itu pertama dan terakhir kali."
Aku mengingat kejadian tempo hari, dimana aku harus berjejalan sesak dikendaraan umum karena Wildan mengantar kekasihnya menggunakan motorku.
"Sialan Lo. Itu juga karena kepepet. Waktu itu Dinda gak ada orang rumah, jadi gue sebagai pacar, harus selalu siaga. Lagian sesama teman kan harus saling membantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
JANE
General FictionKetika seseorang yang baru kamu kenal, tiba-tiba menarikmu jauh dari kehidupan yang sudah sedari dulu kau jalani. Dia membawamu untuk merasakan hal-hal baru, bahagia, menyenangkan, sakit dan menyedihkan. Main Cast: -Jannine Weigel (Jane) -Jessica Mi...