Jessi pov
Dia menatap keluar jendela kamarku. Tanpa suara, ku perhatikan dirinya yang menopang dagu dengan kedua tangannya. Berdiri membungkuk sambil sesekali menghentakkan kecil kaki kirinya.
Ku pegang dua mug berisikan green tea latte di tanganku. Cuaca malam ini sedang dingin, ditambah angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela.
Jane tak banyak bicara semenjak aku menyuruhnya mampir sebentar, tapi ini sudah jam sembilan malam, ia sudah dua jam berada di kamarku.
Selama itu ku habiskan waktu untuk membersihkan diri dan menyiapkan makan malam untuk kami.
"Jane." Aku menghampirinya dan menaruh mugnya diatas nakas sisi kanannya.
Kutarik kursi lain untuk menemaninya disini. Dia begitu tenang menatap indahnya malam.
"Diminum dulu mumpung masih anget." Ucapku selembut mungkin.
Dia mengikuti kata-kataku. Beberapa kali ia menyeruput nya, aku rasa ia suka.
Kembali hening.
"Jane, kamu nginep disini ya?!" Pertanyaan yang sedari tadi ingin aku sampaikan kini berhasil lolos dari bibirku.
Ia seakan terkejut atas perkataanku barusan lalu menatapku dengan wajah heran.
Aku tak tahu apa alasan menginginkannya untuk tetap berada disini. Bahkan dia lah orang lain yang kuizinkan masuk kedalam ruangan ini selain keluargaku. Tata selalu saja ingin mampir melihat kamarku, namun aku selalu menolaknya halus. Aku tidak ingin sembarang orang bisa memasukinya.
Jadi, apa aku menganggap Jane ini orang yang spesial? Argh, berkali-kali aku bertanya dalam hati, aku tetap saja tak habis pikir, sikap dingin yang selalu aku tunjukkan pada orang lain bahkan tak pernah menampakkan dirinya saat Jane lah yang berada di dekatku.
"Mmm, sorry ya aku gak bisa malem ini. Wildan ngajak aku liat pameran jam sepuluh nanti." Aku merasa kecewa.
Aku kira dia akan mengatakan 'iya' setelah berkali-kali tak menjawab 'tidak' padaku.
Wildan? Siapa dia?
Ah aku ingat, dia yang kemarin malam chatingan bersama Jane saat sebelum aku menelponnya.
Pacar kah?
Apa yang aku pikirkan, itu bukan urusanku. Lagipula aku dan Jane baru kenal kemarin sore, jadi apa yang harus aku khawatirkan. Tapi. . . Hal ini benar-benar buat aku kepikiran.
Aku bisa saja bertanya langsung padanya, namun ada rasa malu dan canggung terselip di hatiku. Kalau sudah begini, aku hanya bisa menunggu sampai Jane bercerita sendiri siapa Wildan itu.
"Owh yaudah. Sebelum pulang, kamu makan malem dulu ya, aku udah bikin nasi goreng spesial, dan kamu harus coba."
Gelagatnya mudah terbaca saat ini, ia sedang mencari cara untuk menolak tawaranku.
"Jane, aku gak suka penolakan dua kali." Ia terlihat menyerah saat aku menatapnya tajam.
"Ok." Kepalanya mengangguk lemah.
***
Jane hanya diam selama menghabiskan makan malamnya, tak ada pembicaraan berarti kali ini.
Aku kira dia orang yang cukup atraktif. Tapi sejauh ini ternyata Jane terlalu pendiam. Dan itu membuatku semakin penasaran, Ingin rasanya mengenalnya lebih dekat dan lebih jauh lagi.
Seperti yang sudah direncanakan, dia pulang setelah usai menghabiskan makan malamnya.
Aku hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/90717363-288-k155721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JANE
General FictionKetika seseorang yang baru kamu kenal, tiba-tiba menarikmu jauh dari kehidupan yang sudah sedari dulu kau jalani. Dia membawamu untuk merasakan hal-hal baru, bahagia, menyenangkan, sakit dan menyedihkan. Main Cast: -Jannine Weigel (Jane) -Jessica Mi...