Lana merasa berangkat sekolah kali ini berbeda, karena biasanya ia akan diantarkan oleh ayahnya atu kalau ayahnya sedang tidak bisa mengantarkannya paling tidak ia dapat mencium tangan ayahnya. Tapi sekarang berbeda, ia hanya bisa berangkat dengan menggunakan bus, tidak bisa lagi diantarkan oleh ayahnya, bahkan hanya untuk mencium tangan ayahnya tidak bisa.
Sebenarnya tadi kakaknya, Adit mau untuk mengantarkannya, tapi Lana menolaknya karena tidak ingin kakaknya terlambat berangkat ke kampusnya hanya untuk mengantarkan Lana yang letak sekolahnya lumayan jauh dari kampus Adit.
Saat ini Lana sedang menunggu bus yang dapat membawanya ke sekolah di pinggir jalan raya depan gang rumahnya.
Jam di lengannya sudah menunjukkan pukul 06:25 WIB, tapi bus yang ditunggunya belum lewat, ia mulai takut jika nanti sudah mendapat bus tetapi malah bus tersebut harus berhenti untuk menunggu penumpang lain. Akhirnya Lana memutuskan untuk menelpon Vito yang biasanya melewati jalan raya yang ada di depannya saat ini.
"Halo Vit." Ucap Lana begitu panggilannya dijawab oleh Vito.
"..."
"Lo udah berangkat?" Tanya Lana.
"..."
"Oh gitu. Yaudah deh." Ucap Lana sedih.
"..."
"Tadinya gue mau nebeng."
"..."
"Nggak usah."
Lana langsung mematikan teleponnya.
ººººº
Seorang cowok bermata sipit yang mengenakan helm full face merahnya sedang bersiap menyalakan motornya saat tiba - tiba ada sebuah notifikasi line masuk yang kebetulan ponselnya dengan mode getar, sedang bergetar di saku celananya.
Farzan Vito : Lan, lo udah otw sekolah belom?
Begitulah pesan yang dibaca Alan yang dikirim oleh Vito.
A. Alano : Belom. Knp?
Farzan Vito : Lo kalo ke sekolah lewat depan gang Cendrawasih nggak?
A. Alano : iya. Knp?
Farzan Vito : Kenapa2 mulu lo. Gue minta tolong dong lo berhenti di depan gang itu. Tebengin temen gue ya.
A. Alano : Iya.
ººººº
Farzan Vito : Lana lo jangan berangkat dulu. Ada temen gue yang mau lewat sana. Gue udah bilang kalo lo nanti bareng dia. See you Lana.
Lana masih berdiri di pinggir jalan raya depan gang rumahnya saat sebuah notifikasi line masuk dan menampilkan sebuah pesan dari Vito. Ia pun hanya membacanya dan tidak berniat untuk membalasnya. Lana melihat ke arah jalan raya, ia melihat beberapa anak SD dan SMP bahkan SMA diantarkan oleh ayahnya. Iapun menundukkan kepalanya mengingat dulu ia sering diantarkan ayahnya.
Mendengar ada sebuah deru motor berhenti di dekatnya, ia mendongakkan kepalanya. Si pemilik motor celingak - celinguk mencari seseorang hingga matanya menangkap sosok Lana berdiri di dekatnya. Sang pengendara tadi pun membuka helmnya dan memangil Lana.
"Na." panggil Alan pada Lana.
"Apa kak?"
"Ayo naik!!!" perintahnya pada Lana.
"Kakak disuruh Vito?" Tanya Lana.
"Iya. Ayo buruan keburu telat!!!"
Lanapun naik ke boncengan motor Alan.
"Lan." Panggil Alan pada Lana di tengah perjalanan.
"I..iya kak." Saut Lana dengan sedikit kegugupan.
"Gue ikut sedih atas meninggalnya bokap lo." Ucap Alan dengan mengeraskan suaranya afar didengar Lana.
"I..iya. Ma..makasih." ucap Lana masih dengan kegugupannya karena bisa berada sangat dekat dengan Alan.
"Kok kayaknya kalo sama gue, lo bawannya aneh mulu deh. Lo takut sama gue?"
"Ng..nggak." Ucap Lana singkat.
¤¤¤¤¤
Alan dan Lana telah sampai di SMA Bumi Pertiwi. Tak sedikit mata yang memandang ke arah mereka. Paea pemilik mata sedang menduga - duga ada hubungan apa antara Alan dengan Lana yang notabene-nya masih murid baru.
"Kak, a..aku duluan ya." Pamit Lana pada Alan yang berjalan disampingnya.
"Kenapa?" Tanya Alan pada Lana yang terlihat aneh.
"Itu..eee...ada tugas. Duluan kak." Ucap Lana dan langsung berjalan cepat mendahului Alan untuk menghindari banyak tatapan mata yang mengamatinya.
Saat hendak naik ke tangga, tiba - tiba ada seseorang yang menarik lengan Lana.
"Heh. Lo ngapain sih bareng PACAR gue?" Tanya seseorang yang tadi menarik Lana dengan nada sinis dan menekankan kata pacar.
"Nggak sengaja ketemu di jalan." Jawab Lana dengan santai.
Sebenarnya Lana tidak terlalu takut dengan Keira yang merupakan pacar Alan. Ia hanya takut jika berbicara dengan Keira di depan Alan karena ia selalu merasa gugup jika dekat dengan seorang cowok bernama lengkap Aidan Alano Argani Ahmad.
"Songong ya lo. Berani lo sama gue?" Tantang Keira yang semakin maju mendekati Lana dan bersiap menjambak rambut Lana.
Lana yang sudah mengetahui gerak gerik Keirapun langsung menepis tangan Keira.
"Nantang gue ya lo? Hah?" Keira semakin emosi begitu Lana dengan berani menepis tangannya.
"Nggak, KAK KEIRA YANG TERHORMAT. Permisi." Ucap Lana jengkel.
Lanapun berjalan menaiki tangga meninggalkan Keira yang masih berdiri di tempatnya tadi dengan emosi yang semakin memuncak.
"Awas aja lo berani deket - deket Alan lagi." Ucap Keira penuh emosi.
¤¤¤¤¤
Bersambung
22 Maret 2017
Jangan lupa Vote coment!!!!
Kalau nggak suka nggak usah dibaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the Same
Teen FictionSatu detik. Satu menit. Satu jam. Satu hari. Nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kecuali Sang Maha Tahu. Akan ada perubahan yang terjadi dalam setiap kehidupan makhluk-Nya termasuk juga... perasaan? Hati? Sakit? Sedih? Tentu semua...