Part 25

43 6 0
                                    

Jangan lupa vote & comentnya ya!!!

"Gimana Vi jawaban lo?" tanya Alan to the point.

"Eh anu kak, apa itu. Ee.. Gue mau kak." jawab Vie yang tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Makasih ya Vi." Ucap Alan sambil menggenggam tangan Vie.

"Kak, gue pulang dulu ya." pamit Vie pada Alan.

"Gue anterin ya?"

"Nggak usah kak. Gue bawa motor kok, lagipula gue bareng Lana nih." tolak Vie sa sambil menengok pada Lana yang berada disebelahnya.

"Oh yaudah kalo gitu. Gue duluan ya Vi, Lan." Alan pun berjalan meninggalkan Vie dan Lana setelah menepuk pelan kepala Vie.

"Ayo Lan, pulang!" ajak Vie pada Lana yang sedari tadi hanya diam setelah kedatangan Alan.

Lana hanya berjalan mengikuti Vie menuju parkiran. Vie tidak menyadari bahwa mata Lana sedikit memerah menahan air matanya.

∆∆∆∆∆

Hai. Sebenarnya lo itu siapa sih? Kenapa hampir setiap hari ngirimin gue kata-kata yang kadang gue nggak paham apa artinya? Tolong dong kasih tahu identitas lo!

Seseorang baru saja selesai mengganti baju setelah mandi sorenya. Ia masih penasaran dengan kertas yang ditemukannya di laci meja Alan. Mumpung ia sedang tidak mengerjakan apa-apa, iapun membuka kertas tersebut yang belum sempat dibuka dan dibacanya.

Cewek yang mengenakan kaos oblong biru itu pun menulis jawaban dari surat tadi juga surat hariannya untuk Alan.

Masih ingat sama isi surat yang aku kasih sebelum surat kemarin nggak? Gunakan hatimu!

Ku kira ada kesempatan untukku berada di dekatmu. Namun ternyata, kamu telah memilih orang lain untuk melangkah seirama denganmu.
Tolong ya, jangan sakiti dia yang sudah kamu pilih untuk bersamamu. Karena jika kamu menyakitinya maka akan bertambah hati yang patah.

Setelah selesai menulis beberapa kalimat pada kertasnya dan menyobeknya, cewek tadi pun melipatnya dan memasukkannya pada amplop untuk besok dia berikan pada Alan atau lebih tepatnya letakkan di laci meja Alan.

Hatinya senang mengetahui Alan mau membaca bahkan membalas suratnya. Setelah itu, ia pun menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu begitu mendengar adzan maghrib berkumandang dan melaksanakan kewajibannya.

∆∆∆∆∆

Seminggu Vie berpacaran dengan Alan berjalan lancar-lancar saja, tidak banyak hal yang berubah. Hanya hal-hal kecil yang berubah. Seperti saat istirahat Alan akan mengajak Vie ke kantin, sesekali juga menanyai mengenai harinya di sekolah.

Farzan Vito : Oit

R. Zaviera : Apaan?

Farzan Vito : Gue ada kabar bagus dong

F. Alana N. : Apa?

Farzan Vito : Lo berdua nanti istirahat ke kantin ya!ya ya ya? Wajib!!!

F. Alana N. : Gapenting

R. Zaviera : Kenapa emang? Lo mau nraktir gue sama Lana?

Farzan Vito : Kepo. Datang ajalah ya.

∆∆∆∆∆

Lana duduk sendirian di kantin. Vie diajak Alan menuju salah satu tempat yang menjual makanan di kantin, sedangkan Vito sedang menghilang entah kemana.

"Hai hai Lana yang jomblo." sapa Vito dengan riangnya berjalan menghampiri Lana yang sedang memainkan handphone nya bersama seorang perempuan yang berseragam sama dengannya.

"Apaan sih lo berisik. Emang lo nggak jomblo? Pake ngata-ngatain orang lagi." balas Lana sengit.

"Nggak dong. Nih lihat!" Vito dengan sombongnya mengangkat tangannya yang sedang menggenggam tangan seorang perempuan. Lisa.

"Hah? Kok bisa? Kok lo mau sih Lis?" seru Lana tidak terima.

"Ya maulah. Gue ganteng gini." ucap Vito berbangga diri.

"Gue nanya Lisa ya. Bukan lo." Ucap Lana dengan kejengkelannya.

"Heh. Itu ngapain pake gandeng-gandengan?" belum sempat Lisa berbicara, dari arah belakang ada orang yang menyelanya.

"Oi, Lan. Masih taken ternyata lo sama nih orang." ucap Vito dengan gayanya yang 'rame'.

"Masih lah. Ini cewek lo?" Alan menarik kursi dari meja lain sedangkan Vie duduk di kursi samping Lana.

"Iyalah. Cantikkan? Mana kalem lagi. Nggak kayak cewek lo sama nib kunyuk depan gue." ucap Vito yang bermaksud mengejek Vie dan Lana.

"Berisik!" seru Vie dan Lana bersamaan.

"Tadi lo ngapain nyuruh kita ke kantin?" tanya Vie begitu mengingat suruhan Vito di grup chat mereka.

"Gue mau ngenalin cewek gue. Pada kenal kan? Kalo lo pasti kenal kan Lan, apalagi lo yang sering nyuruh gue nganterin Lisa jadinya gue bisa dekat sama Lisa. Ya meskipun kita sekelas sih." Tutur Vito pada teman-temannya.

"Sabar, Ya Tuhan." batin seseorang ketika mendengar penuturan Vito mengenai Lisa.

"Terus sama ibu lo gimana Lis? Dibolehin emang?" Tanya Lana penasaran.

"Awalnya sih nggak boleh. Tapi begitu Vito ngeyakinin ibuku jadi dibolehin walaupun rada-rada nggak ikhlas." Tutur Lisa.

"Lo apain Vit, ibunya Lisa nyampe ngebolehin gitu?" Tanya Vie.

"Ya gitu deh." Jawab Vito sambil menaik turunkan alisnya.

∆∆∆∆∆

Hari-hari Alana terus berjalan meski ia sering diejek kedua sahabatnya yang sudah mempunyai pasangan sedangkan dirinya masih 'sendiri'.

Ia masih aktif ikut ekstakulikuler pasukan pengibar bendera seperti biasanya. Namun, baru-baru ini ada seorang kakak kelas yang sering mengajaknya mengobrol entah seputar sekolah, ekstra ataupun masalah pribadi mereka.

"Alana!" seru seorang laki-laki dengan tinggi 174 cm dan memakai seragam abu-abu yang bajunya sudah keluar dari celananya.

"Kenapa kak Ar?" tanya Lana pada laki-laki yang tadi memanggilnya.

∆∆∆∆∆
Bersambung
18 Agustus 2017

Happy Independence day Indonesia yang ke 72. Maaf ucapannya telat.

Not the SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang