Harry memberi tahu semua runtutan peristiwa yang ku alami kepada ayah dan ibu ketika mereka sudah pulang dari bulan madu nya.
Aku senang ketika mereka pulang. Rasanya, aku kembali merasakan kehidupan yang tentram seperti dahulu. Meskipun aku harus menelan pahit nya kisah dengan Louis.
Ibu dan Ayah sudah tahu bahwa Louis memang penjahat. Mereka pun tahu bahwa Louis bukan lah pasangan hidup yang baik untuk ku. Maka dari itu, mereka sudah setuju jika aku akan menggugat cerai diri nya.
Memang, bercerai di usia dini bukan lah hal yang di inginkan setiap pasangan. Tetapi apa boleh buat, Tuhan sudah mengatur semua naskah yang ia uji pada setiap manusia di muka bumi. Sebenar nya bukan ini yang ku inginkan, yang ku inginkan adalah Louis menjadi suami yang baik sama seperti dahulu ketika kita belum menikah.
Kalau aku boleh jujur pada mu, sebetulnya, hati ku masih mencintai Louis. Kalau saja louis bisa memperbaiki diri nya dan menjadi Louis yang dahulu ku kenal, aku tidak akan memutuskan untuk berpisah dengan nya. Menurut penilaian ku, louis itu seperti permen karet. Ia manis di awal dan pahit di akhir.
Aku jadi ingat ketika louis membicarakan perihal orang tua nya yang selalu bertengkar tetapi mereka tidak pernah berpisah. Ia menceritakan betul seluk beluk orang tua nya. Hingga aku tanya apa yang ia rasakan ketika mempunyai orang tua yang selalu bertengkar, lalu ia menjawab " bagi ku itu sudah biasa " dengan senyuman yang terukir di wajah nya.
Dan juga, ia pernah bercerita pada ku bahwa ia memiliki adik yang selalu menangis ketika tidak di temani sebelum tidur." Kau tahu? Aku memiliki adik yang aneh "
" Aneh? Maksud mu? "
" Ia selalu menangis ketika tidak ku temani sebelum tidur "
" Itu tanda nya, ia sayang pada kakak nya " kata ku.
" Tidak hanya itu. Ia juga selalu mencubit dan menarik rambut ku ketika ia sedang senang "
Aku tertawa kecil.
" Aku juga memiliki kakak. Ia sama aneh nya seperti adik ku. "
" Aneh bagaimana? "
" Setiap pagi ia memberikan ku sehelai roti "
" Itu tidak aneh. Kakak mu baik " ucap ku
" Tapi sebelum ia memberikan roti nya kepada ku, ia jilat lalu ia beri garam. "
" Lalu kau terima? "
" Awal nya, sih, aku terima. Lalu ku makan. Aku berfikir ketika memakan roti itu, mengapa rasa nya hambar tetapi asin "
" Lalu reaksi kakak mu bagaimana? "
" Ia tertawa terbahak - bahak lalu menjulurkan lidah nya kepada ku "
Aku tertawa lagi.
" Kalau kakak mu? Bagaimana? " ia tanya
" Ia baik. Tidak pernah menyakiti ku " ku jawab
" Hmm, kalau ada laki - laki yang menyakiti mu, kau apakan dia? "
" Kalau ia memukul ku, aku balas saja "
" Kalau laki - laki itu menikahi mu lalu berbuat kasar? "
" Aku cerai-kan saja "
Louis diam seraya tersenyum kepada ku.
Melalui percakapan ku itu, sebenar nya Louis sudah memberi petunjuk. Tetapi aku tidak menyadari nya.
Oh, Louis, di mana kau yang dahulu ku kenal? Aku rindu. Rindu kau yang tidak sejahat ini.
----000----
